MENYELAMI SAMUDRA KALIMAT TAUHID لا إله إلا الله (Edisi 6)
Penafsiran Yang Salah terhadap Kalimat Tauhid لا إله إلا الله
A. Tidak Ada Tuhan/Pencipta Selain Allah
Banyak kaum muslimin yang mengartikan لا إله إلا الله dengan tidak ada Tuhan/pencipta/pemberi rezeki selain Allah. Mengartikan لا إله إلا الله seperti ini kalau kita cermati tidaklah benar sama sekali. Hal ini disebabkan karena beberapa alasan:
1. Arti إله dalam bahasa arab adalah المعبود (yang diibadahi/disembah).
– Imam Ibnu Al-Qayyim rahimahullahu berkata: الإله adalah yang disembah oleh hati dengan penuh kecintaan, pemuliaan, taubat, pengagungan, kerendahan, ketundukan, ketakutan, pengharapan, dan tawakkal.
– Imam Ibnu Rajab rahimahullahu berkata: الإله adalah yang ditaati dan tidak dimaksiati dengan penuh rasa pengagungan, pemuliaan, kecintaan, ketakutan, pengharapan, tawakkal, permintaan, dan doa kepada-Nya. Dan ini semuanya tidak ada yang layak (menyandangnya) melainkan Allah ta’ala.
– Ath-Thiibi berkata: الإله wazannya فِعَالٌ maknanya مَفْعُوْلٌ seperti الكتاب maknanya المكتوب . الإله dari kata أَلِهَ yang bermakna عَبَدَ عِبَادَةً (yang beribadah).
– Syaikh Sulaiman Alu Syaikh rahimahullahu berkata: Ini banyak sekali dalam ucapan para ulama dan ini adalah ijma’ mereka, yaitu bahwasanya الإله itu artinya yang disembah. Hal ini berlainan dengan apa yang diyakini oleh para penyembah kuburan dan yang sejenis dengan mereka yang mengartikan الإله adalah sang pencipta atau yang Maha Mampu untuk menciptakan atau yang semakna dengannya. Beliau juga berkata: Ini adalah ucapan yang bid’ah, tidak ada seorang pun dari ulama atau ahli bahasa arab yang mengatakannya. Ucapan para ulama dan ahli bahasa menyatakan seperti yang telah kita sampaikan di atas.
2. Orang arab di zaman jahiliyah telah memahami makna yang sebenarnya dari kalimat tauhid tersebut.
Hal ini karena mereka ahli bahasa Arab dan kalimat tauhid لا إله إلا الله dari bahasa mereka. Oleh karena itulah ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyeru mereka kepada kalimat tauhid لا إله إلا الله, mereka pun berkata:
أَجَعَلَ ٱلۡأَلِهَةَ إِلَـٰهً۬ا وَٲحِدًاۖ إِنَّ هَـٰذَا لَشَىۡءٌ عُجَابٌ۬
“Mengapa ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu hanya satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (QS. Shaad : 5).
Mereka memahami dari kalimat tersebut bahwa kalimat tauhid لا إله إلا الله itu membatalkan semua peribadahan kepada berhala-berhala dan hanya membatasi ibadah untuk Allah saja. Sedangkan mereka tidak menginginkan hal tersebut. Maka jelas dari sini bahwa makna لا إله إلا الله dan konsekuensinya adalah mengesakan Allah dalam ibadah dan meninggalkan semua sesembahan selain Allah. Apabila seorang hamba telah mengucapkan لا إله إلا الله maka dia telah mengikrarkan kewajiban untuk mengesakan Allah dalam ibadah dan menolak untuk beribadah kepada selain-Nya baik kepada kuburan, para wali, dan orang-orang shalih. Dari sini jelas kesalahan para penyembah kuburan dan yang semisal dengan mereka yang mengartikan لا إله إلا الله dengan Allah itu ada atau Allah adalah sang pencipta atau yang maha mampu untuk menciptakan dan yang semisal dengannya.
3. Jika makna لا إله إلا الله itu tidak ada Tuhan/pencipta selain Allah, maka otomatis orang-orang musyrikin jahiliyah masuk Islam dan tidak akan diperangi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Karena apa? karena mereka yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa tidak ada yang menciptakan, memberi rezeki, mengatur alam semesta melainkan Allah semata. Allah berfirman:
قُلۡ مَن يَرۡزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ أَمَّن يَمۡلِكُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَـٰرَ وَمَن يُخۡرِجُ ٱلۡحَىَّ مِنَ ٱلۡمَيِّتِ وَيُخۡرِجُ ٱلۡمَيِّتَ مِنَ ٱلۡحَىِّ وَمَن يُدَبِّرُ ٱلۡأَمۡرَۚ فَسَيَقُولُونَ ٱللَّهُۚ فَقُلۡ أَفَلَا تَتَّقُونَ
Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” Maka mereka akan menjawab: “Allah”. Maka Katakanlah “Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?” (QS. Yunus : 31)
Allah juga berfirman:
وَلَٮِٕن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُۚ قُلِ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِۚ بَلۡ أَڪۡثَرُهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ
“Dan Sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” tentu mereka akan menjawab: “Allah”. Katakanlah: “Segala puji bagi Allah”; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. Luqman : 25)
Syaikh Sulaiman Alu Syaikh berkata:
“Tidaklah mereka merasa bahwa saudara-saudara mereka dari orang-orang kafir Qurasiy bersekutu dengan mereka dalam pengikraran ini. Dan mereka memahami bahwa Allah adalah sang pencipta dan yang Maha Berkuasa untuk menciptakan. Sesuai dengan pengartian para penyembah kubur tersebut maka Abu Jahl, Abu Lahab, dan yang mengikutinya telah memeluk Islam. Demikian pula dengan saudara-saudara mereka yang menyembah Wad, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nashr. Seandainya makna kalimat tauhid seperti yang mereka (orang-orang jahil) yakini maka tidak ada lagi perselisihan antara Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan orang-orang kafir Quraisy tersebut. Bahkan mereka (versi penafsiran yang salah tersebut) bersegera untuk memenuhi seruan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau mendakwahi mereka: Katakanlah لا إله إلا الله , (jika) itu bermakna tidak ada pencipta selain Allah. Mereka pun berkata kami mendengar dan kami mentaati.
4. Makna diatas menyelisihi apa yang dipahami dan diserukan oleh para Nabi dan Rasul.
Sedangkan mereka adalah orang yang paling paham tentang makna لا إله إلا الله. Dan mereka telah sepakat untuk mengartikannya dengan tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah. Allah berfirman:
وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِى ڪُلِّ أُمَّةٍ۬ رَّسُولاً أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّـٰغُوتَۖ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”. (QS. An-Nahl : 36)
لَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوۡمِهِۦ فَقَالَ يَـٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَـٰهٍ غَيۡرُهُ ۥۤ إِنِّىٓ أَخَافُ عَلَيۡكُمۡ عَذَابَ يَوۡمٍ عَظِيمٍ۬
“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: “Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada sesembahan (yang haq) bagimu selain-Nya.” Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (kiamat).” (QS. Al-A’raf : 59)
وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمۡ هُودً۬اۗ قَالَ يَـٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَـٰهٍ غَيۡرُهُ ۥۤۚ أَفَلَا تَتَّقُونَ
“Dan (kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud. ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?” (QS. Al-A’raf : 65)
Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu berkata: Penafsiran kalimat tauhid لا إله إلا الله itu dijelaskan oleh firman-Nya:
وَإِذۡ قَالَ إِبۡرَٲهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوۡمِهِۦۤ إِنَّنِى بَرَآءٌ۬ مِّمَّا تَعۡبُدُونَ (٢٦) إِلَّا ٱلَّذِى فَطَرَنِى فَإِنَّهُ ۥ سَيَہۡدِينِ (٢٧) وَجَعَلَهَا كَلِمَةَۢ بَاقِيَةً۬ فِى عَقِبِهِۦ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ (٢٨)
“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah kecuali (Allah) yang menjadikanku; karena sesungguhnya Dia akan memberi hidayah kepadaku”. Dan beliau menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu.” (QS. Az-Zukhruf : 26-28).
5. Makna tidak ada Tuhan selain Allah tidak sesuai dengan fakta yang ada.
Karena berapa banyak Tuhan-Tuhan selain Allah di atas muka bumi ini. Allah berfirman tentang dakwah Nabi Yusuf ketika di penjara:
يَـٰصَٮٰحِبَىِ ٱلسِّجۡنِ ءَأَرۡبَابٌ۬ مُّتَفَرِّقُونَ خَيۡرٌ أَمِ ٱللَّهُ ٱلۡوَٲحِدُ ٱلۡقَهَّارُ (٣٩) مَا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِهِۦۤ إِلَّآ أَسۡمَآءً۬ سَمَّيۡتُمُوهَآ أَنتُمۡ وَءَابَآؤُڪُم مَّآ أَنزَلَ ٱللَّهُ بِہَا مِن سُلۡطَـٰنٍۚ إِنِ ٱلۡحُكۡمُ إِلَّا لِلَّهِۚ أَمَرَ أَلَّا تَعۡبُدُوٓاْ إِلَّآ إِيَّاهُۚ ذَٲلِكَ ٱلدِّينُ ٱلۡقَيِّمُ وَلَـٰكِنَّ أَڪۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ (٤٠)
“Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa? Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) Nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang Nama-nama itu. keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Yusuf : 39-40)
Allah juga berfirman:
ٱتَّخَذُوٓاْ أَحۡبَارَهُمۡ وَرُهۡبَـٰنَهُمۡ أَرۡبَابً۬ا مِّن دُونِ ٱللَّهِ وَٱلۡمَسِيحَ ٱبۡنَ مَرۡيَمَ وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُوٓاْ إِلَـٰهً۬ا وَٲحِدً۬اۖ لَّآ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَۚ سُبۡحَـٰنَهُ ۥ عَمَّا يُشۡرِڪُونَ
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al masih putera Maryam, Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS.At-Taubah : 31)
6. Kata-kata “Tidak ada tuhan selain Allah” ini bisa mengantarkan kepada aqidah sesat dan kufur yaitu aqidah wihdatul wujud.
Aqidah yang meyakini bahwa semua yang ada di alam semesta ini adalah wujudnya Allah. Dan bahwasanya Tuhan-tuhan yang disembah oleh manusia di atas muka bumi ini hakikatnya adalah Allah. Na’udzu billahi min dzalik.
Berkata Ibnu Arabi Ash-Shuufi: Sesungguhnya Al-‘Arif (yang sampai tingkatan ma’rifah) adalah yang melihat Allah itu ada dalam segala sesuatu bahkan dia melihat bahwa Allah adalah wujud segala sesuatu.
Dia juga berkata: Al-‘Arif yang sempurna adalah yang melihat semua sesembahan (manusia) itu adalah jelmaan Allah yang disembah. Oleh karenanya mereka menamakannya sesembahan meskipun nama aslinya adalah batu, pohon, hewan, manusia, bintang atau malaikat.
Setiap orang yang berakal sehat pasti mengingkari ucapan di atas ini. Allah berfirman:
وَمَا قَدَرُواْ ٱللَّهَ حَقَّ قَدۡرِهِۦ وَٱلۡأَرۡضُ جَمِيعً۬ا قَبۡضَتُهُ ۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَـٰمَةِ وَٱلسَّمَـٰوَٲتُ مَطۡوِيَّـٰتُۢ بِيَمِينِهِۦۚ سُبۡحَـٰنَهُ ۥ وَتَعَـٰلَىٰ عَمَّا يُشۡرِكُونَ
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Az-Zumar : 67)
——————
[1] Lihat Kamus bahasa arab seperti Al-Mu’jam Al-Wasiith, Mukhtar Ash-Shihah dan yang lainnya.
[2] Madariju As-Salikin 1/32.
[3] Tahqiq Kalimat Al-Ikhlas hal.25.
[4] Syarhu Ath-Thiibi ‘ala Misykah Al-Mashaabiih 1/98.
[5] Taisir Al-Aziz Al-Hamid Fii Syarhi Kitab At-Tauhid hal.181.
[6] Idem hal.187.
[7] Makna Laa Ilaha Illallahu hal. 21-22 oleh Syaikh Shalih bin Fauzan.
[8] Taisir Al-Aziz Al-Hamid hal. 181-182 dan Makna Laa Ilaha Illallahu hal. 22-23.
[9] Al-Ushul Ats-Tsalaatsah hal.11.
[10] Fushush Al-Hikam hal.192 oleh Ibnu Arabi.
[11] Idem hal.195
——————
Ingin dapat faidah terbaru baik berupa rekaman kajian, video, tulisan, dan info kajian?
▶️ Ayo Gabung ke Instagram :
https://www.instagram.com/
▶️ Ayo Gabung ke Channel Telegram :
https://telegram.me/
▶️ Ayo Gabung juga ke Fanspage :
https://www.facebook.com/
Silahkan dibagikan kepada teman dan saudara yang lain. Semoga
menjadi pemberat timbangan amal kebaikan di akhirat kelak.
Semoga Bermanfaat