MENGENAL IKHWANUL MUSLIMIN DAN SOSOK PENDIRINYA
Nama Hasan Albanna tidak asing lagi ditelinga para aktivis harakah/pergerakan. Seorang pelopor gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir yang lahir pada tahun 1904, yang mereka gelari dengan Asy-Syahid, mujaddid/reformis, seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahhab dan gelar-gelar setumpuk lainnya. Namun pernahkah mereka merenungkan sejenak, siapa jati diri sebenarnya sang idola? Apakah pujian dan sanjungan ini hanya dilatar belakangi oleh semangat yang membabi buta sehingga tidak tahu mana yang harus dipuji dan mana yang harus dibenci? Timbangan yang manakah yang mereka pakai untuk mengenal sosok sang pahlawan fanatik golongan ataukah kejahilan?
Dalam kesempatan kali ini, marilah kita bersama-sama menyaksikan sendiri sebagian penyimpangan-penyimpangan Hasan Albanna dengan hati yang lapang dada dan penuh ketulusan serta keikhlasan demi mencari kebenaran.
وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآيَاتِ وَلِتَسْتَبِينَ سَبِيلُ الْمُجْرِمِينَ
“Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al Qur’an, (supaya jelas jalan orang-orang yang saleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa.” (QS. Al-An’am : 55)
Hudzaifah bin Al-Yaman radhiyallahu ‘anhu berkata:
كان الناس يسألون رسول الله صلى الله عليه و سلم عن الخير و كنت أساله عن الشر مخافة أن يدركني
Dahulu manusia bertanya kepada Rasulullah r tentang kebaikan tapi aku bertanya kepada beliau tentang kejelekan agar jangan sampai menimpaku. (HR. Bukhari dan Muslim)
Seorang penyair mengatakan:
عرفت الشر لا للش ر لكن لتوقيه
ومن لا يعرف الشر من الخير يقع فيه
Aku mengenal kejelekan bukan untuk berbuat kejelekan
Akan tetapi untuk aku menjauhinya
Dan barangsiapa yang tidak mengetahui kejelekan
dari kebaikan maka (kejelekan) itu akan menimpanya
Dan penyair lain mengatakan:
القدح ليس بغيبة في ستة متظلم ومعرف ومحذر
ومجاهر فسقا ومستفت ومن طلب الإعانة على إزالة منكر
Celaan itu bukan termasuk ghibah/mengunjing dalam enam perkara
Orang yang mengadukan kedzaliman, memperkenalkan, memperingatkan[1]
Dan orang yang terang-terangan berbuat kefasikan, orang yang minta fatwa
serta orang yang minta pertolongan untuk menghilangkan kemungkaran
Imam Ibnul Jauzi rahimahullahu berkata dalam kitab Talbis Iblis hal.209 : Dan kami menyebutkan apa yang sampai kepada kami dari kesalahan mereka (orang-orang sufi-pent). Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kami tidaklah bermaksud menjelaskan kesalahan orang yang menyimpang melainkan untuk mensucikan syariat dan sebagai bentuk kecemburuan terhadap syariat dari virus-virus yang merasuk ke dalamnya. Tidak ada sama sekali dendam pribadi kepada orang tersebut. Sesungguhnya kami melaksanakan ini semua demi menjalankan amanah ilmiah. Senantiasa para ulama menjelaskan kesalahan sebagian yang lain untuk menampakkan yang haq/benar, bukan untuk caci makian. Dan tidak perlu kita menggubris ucapan orang jahil yang mengatakan: Bagaimana dia membantah si fulan yang zuhud lagi mulia? karena tunduk dan patuh itu hanya kepada syariat bukan kepada perorangan. Bisa jadi orang itu termasuk wali-wali Allah dan penghuni surga tapi ini semua tidak mencegah kita untuk menjelaskan penyimpangan-penyimpangannya.
1. Hasan Albanna adalah seorang sufi bukan sunni.
Hasan Albanna berkata tentang dirinya sendiri dalam kitabnya Mudzakkirah Ad-Dakwah Wa ad-da’iyah hal.27 : Aku berteman dengan teman-teman tarekat Hasofiyah di Damanhur dan aku rajin berkumpul di masjid Taubah setiap malam….lalu hadir Sayyid Abdul Wahhab tokoh tarekat Hasofiyah Syadziliyah dan akupun mengambil tarekat Hasofiyah Syadziliyah darinya dan aku diizinkan untuk memegang tugas-tugasnya.
Umar Tilmisani pemimpin ketiga Ikhwanul Muslimin berkata dalam bukunya Dzikkrayaatun laa mudzakkiraat hal. 56 : Semenjak muda Hasan Albanna telah berguru kepada syaikh-syaikh tarekat Hasofiyah.[2]
Muhammad Syauki Zaki (pendukung Ikhwanul muslimin) berkata dalam bukunya Al-Ikhwanul Muslimun wal mujtama’ Al-Misri hal.14 : Kemudian berkembanglah pemikiran dalam benak beliau setelah masuk sekolah Mu’allimin di Damanhur dan beliau menisbatkan diri kepada tarekat Hashofiyah. Beliau amat kagum dengan syaikh tarekat dan amat sangat terpengaruh dengan mereka. Beliaupun bersama teman-teman Hashofiyah mendirikan yayasan Hashofiyah Khairiyah dan beliau menjabat sebagai sekretarisnya.
Jabir Rizqi menukil ucapan Abdurrahman Albanna –saudara kandung Hasan Albanna– dalam kitabnya Hasan Albanna bi aqlaami talaamidzatihi wa mu’aashirihi hal.70-71 : Setelah shalat Isya’ saudaraku (Hasan Albanna) duduk bersama dengan jama’ah dzikir tarekat Hashofiyah.
Diantara yang menunjukkan akan kesufiannya adalah pujiannya terhadap kitab Ihya’ ulumuddin oleh Abu Hamid Al-Ghazali rahimahullahu yang merupakan kitab sufi/tasawwuf. Berkata Mahmud Abdul Halim -seorang tokoh Ikhwanul muslimun- dalam kitabnya Ikhwanul muslimun ahdaatsun shana’at at-taarikh hal.61 : Dahulu ustadz al-mursyid (Hasan Albanna) berpendapat bahwa kitab (Ihya’ ulumuddin) adalah kitab ensiklopedi Islam yang termulia dan di antara cita-cita beliau adalah mengajarkan kitab tersebut.”
*Imam Ibnul Jauzi rahimahullah berkata dalam Talbis Iblis hal.205 : Lalu datanglah Abu Hamid Al-Ghazali dan dia mengarang untuk mereka (orang-orang sufi) kitab Ihya’ ulumuddin[3] dengan metode sufi. Dia penuhi buku tersebut dengan hadits-hadits batil sedang dia tidak mengerti akan kebatilannya. Dan dia berbicara tentang ilmu kasyf (penyingkapan) hingga beliau keluar dari batasan syariat.
Beliau juga berkata tentang orang-orang sufi dalam Talbis Iblis hal.203 : Mereka berada diantara kekufuran dan kebid’ahan, kemudian terpecahlah mereka menjadi tarekat-tarekat hingga rusaklah aqidah mereka.
2. Hasan Albanna seorang mufawwidhah [4] dan berdusta atas nama salaf
Hasan Albanna berkata dalam kitabnya Al-‘Aqaaid hal.66 : Adapun salaf ridhwanullahi ‘alaihim berkata : Kita beriman dengan ayat-ayat dan hadits-hadits tentang sifat seperti apa adanya dan kita menyerahkan maknanya kepada Allah tabaaraka wa ta’ala. Mereka menetapkan tangan, mata, istiwa’/bersemayam, tertawa dan ta’ajub…Semua itu kita tidak mengetahui maknanya dan kita serahkan maknanya kepada Allah.
Dia juga berkata pada hal. 70 : Aku telah menjelaskan kepada anda bahwa salaf ridhwanullahi ‘alaihim beriman dengan ayat-ayat dan hadits-hadits tentang sifat Allah seperti apa adanya dan mereka menyerahkan maknanya kepada Allah tabaaraka wa ta’ala dengan meyakini ketidak adanya serupaan dengan makhluk-Nya.
Dia juga berkata pada hal.76 : Kita yakini bahwa pendapat salaf yang diam dan menyerahkan makna ayat-ayat dan hadits-hadits sifat kepada Allah adalah lebih selamat dan lebih utama untuk diikuti (Aula bil ittiba’).
* Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata dalam Al-Fatawa Al-Hamawiyah Al-kubro hal.282-289 : Adapun kelompok yang menyelisihi jalan salaf (dalam masalah asma’ dan sifat-pent) ada tiga : ahli takhyiil, ahli takwil dan ahli tajhil.
- Ahli takhyiil adalah orang-orang filsafat dan yang mengikuti jejak mereka dari kalangan ahli kalam dan orang-orang tasawwuf/sufi.
- Ahli takwil adalah orang-orang yang mengatakan bahwa nash-nash yang berkaitan dengan sifat Allah tidak seperti yang dimaksudkan oleh rasul (secara dzohir) untuk manusia meyakini kebatilannya. Akan tetapi beliau menginginkan maksud yang lain namun tidak beliau jelaskan apa maknanya. Beliau menginginkan agar mereka sendirilah yang menjelaskan maknanya sesuai dengan akal-akal mereka.
- Ahli tajhil adalah orang-orang yang mengaku-ngaku sebagai pengikut sunnah dan salaf. Mereka berkata bahwa Rasul r tidak mengetahui makna apa yang Allah turunkan dari ayat-ayat sifat….makna hadits-hadist sifat tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah.[5]
Imam Ibnu Abil ‘Izzi rahimahullahu berkata dalam Syarah Aqidah Thahawiyah hal.802 : Adapun ahli tajhil dan tadhlil (mufawwidhah), pada hakikatnya mereka mengatakan bahwa para Nabi dan pengikutnya adalah orang-orang bodoh dan sesat. Mereka tidak mengetahui apa yang diinginkan oleh Allah tentang apa yang Dia sifatkan diri-Nya dengan sifat tersebut melalui ayat-ayat dan ucapan para nabi, Ahli tajhil mengatakan : Mungkin nash tersebut memiliki makna yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. Jibril tidak mengetahuinya, demikian pula Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para nabi-nabi yang lain terlebih lagi para sahabat dan tabi’in serta yang mengikuti mereka dengan baik. Dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika membaca firman Allah :
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
“(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas `Arsy.” (QS. Thaha : 5)
إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ
“Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik.” (QS. Fathir : 10)
مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ
“Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku.” (QS. Shaad : 75)
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengetahui makna ayat-ayat tersebut, Makna ayat-ayat tersebut tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah ta’ala. Mereka mengira ini adalah jalan salaf [6]“.
Aqidah salaf hanya menyerahkan hakekat sifat Allah bukan maknanya, sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Malik rahimahullahu : Bersemayamnya Allah itu sudah diketahui (maknanya), tapi kaifiyahnya (hakikatnya) tidak diketahui. Beriman dengan sifat tersebut adalah wajib, adapun menanyakan bagaimananya (hakikat) sifat tersebut ini adalah bid’ah.[7]
3. Hasan Albanna mengkaburkan hakikat wala’ (cinta) dan bara’ (benci)
Hasan Albanna mengatakan dalam kitab Mawaaqif fid dakwah wat tarbiyah hal.120 oleh Abbas As-Siisy : Sudah dimaklumi oleh Jama’ah Ikhwanul muslimin bahwa mereka menyeru dan berdakwah untuk berhukum kepada Al-Qur’an Al- karim. Dan hal ini membuat ketakutan serta keraguan pada diri saudara-saudara kita orang-orang Nashara.
Dia juga berkata dalam kitab Al-Ikhwanul muslimun ahdaatsun shanaat at-taarikh hal.409 : Saya menyatakan bahwa sesungguhnya permusuhan kita dengan orang-orang Yahudi bukanlah karena agama. Sebab Al-Qur’an menganjurkan untuk bersatu dan bersahabat dengan mereka. Agama Islam adalah agama insani/kemanusiaan sebelum menjadi agama qaumi (kaum/kelompok). Allah telah memuji mereka dan menjadikan antara kita dan mereka kesepakatan.
وَلَا تُجَادِلُوا أَهْلَ الْكِتَابِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka.” (QS. Al-Ankabut : 46)
Ketika Al-Qur’an berbicara tentang orang-orang Yahudi, Al-Qur’an hanya berbicara dari sisi ekonomi dan undang-undang. Allah ta’ala berfirman dan Dialah yang paling benar ucapan-Nya :
فَبِظُلْمٍ مِنَ الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ طَيِّبَاتٍ أُحِلَّتْ لَهُمْ وَبِصَدِّهِمْ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ كَثِيرًا(160)وَأَخْذِهِمُ الرِّبَا وَقَدْ نُهُوا عَنْهُ وَأَكْلِهِمْ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ
“Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil.” (QS. An-Nisa’ : 160-161)
Kita sangat menentang pengungsian Yahudi (ke Palestina) karena hal tersebut berbahaya bagi perpolitikan dan perekonomian. Kita hanya menginginkan Palestina menjadi hak orang Arab.Dan ucapan saya yang terakhir dari sisi agama, bahwasanya orang-orang yahudi berkata tentang Palestina bahwa itu adalah tanah yang dijanjikan. Menurut kita tidak ada larangan kalau orang-orang Yahudi akan bersama kita pada hari kiamat kelak.
* Subhanallahu, ucapan Hasan Al-Banna ini serupa dengan ucapan orang-orang liberal yang sesat bahkan kufur. Ucapan ini sangat menyimpang dengan apa yang telah Allah firmankan :
أَفَنَجْعَلُ الْمُسْلِمِينَ كَالْمُجْرِمِينَ(35)مَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ
“Maka apakah patut Kami menjadikan orang-orang Islam itu sama dengan orang-orang yang berdosa (orang kafir)? Mengapa kamu (berbuat demikian): bagaimanakah kamu mengambil keputusan?” (QS. Al-Qalam : 35-36).
Inikah sosok sang pahlawan Asy-Syahid, tokoh aktivis gerakan? Mungkin kalau bukan Hasan Albanna yang mengatakan seperti ini, mereka (para aktivis harokah) akan mengelarinya sebagai antek-antek Yahudi.
وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.” (QS. Al-Maidah : 8).
Tidakkah Hasan Albanna memahami firman Allah ta’ala?
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” (QS. Al-Baqarah : 120)
dan firman-Nya :
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah : 51)
Dan firman-Nya :
وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ طُغْيَانًا وَكُفْرًا وَأَلْقَيْنَا بَيْنَهُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ كُلَّمَا أَوْقَدُوا نَارًا لِلْحَرْبِ أَطْفَأَهَا اللَّهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الْأَرْضِ فَسَادًا وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Orang-orang Yahudi berkata: “Tangan Allah terbelenggu”, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dila`nat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al Qur’an yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.” (QS. Al-Maidah : 64)
Dan firman-Nya :
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah”. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dila`nati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS. At-Taubah : 30)
Dan firman-Nya :
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
“Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab (Yahudi dan Nashara) dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS. Al-Bayyinah : 6)
4. Hasan Albanna menyamakan antara Ahlussunnah dan Syiah
Hasan Albanna berkata dalam kitab Dzikkrayaatun laa mudzakkiraat hal.250 : “Ketahuilah bahwa ahlussunnah dan syiah adalah kaum muslimin yang dipersatukan oleh kalimat laa ilaha illallahu wa anna Muhammadan rasulullah yang merupakan prinsip aqidah. Syiah dan sunnah sama dan serupa di dalamnya. Adapun perselisihan antara mereka hanyalah dalam perkara-perkara yang mungkin bisa didekatkan…Syiah terpecah menjadi kelompok-kelompok seperti terpecahnya empat madzhab dalam tubuh ahlussunnah[8]. Syiah Imamiyah misalnya berkata bahwasannya kepemimpinan adalah pokok yang wajib dalam Islam dan harus diwujudkan. Mereka tidak berperang melainkan bersama imam/pemimpin Al-Muntazhar (yang ditunggu), karena imam adalah penjaga syariat dan ucapan imam adalah hakim atas hukum-hukum syariat serta mentaati imam adalah wajib secara mutlak. Dan masih ada perbedaan yang lain yang masih bisa dihilangkan seperti masalah nikah mut’ah, banyaknya istri bagi seorang muslim. Yang demikian ini ada pada sebagian kelompok mereka dan masalah-masalah lain yang tidak harus kita jadikan sebagai pemutus tali persaudaraan antara ahli sunnah dan syiah. Sungguh kedua kelompok ini sudah menyatu sejak ratusan tahun yang lalu dan para Imam-imam (syiah) telah banyak mengarang kitab Islami yang memenuhi perpustakaan-perpustakaan.
Umar Tilmisani mengatakan dalam kitab tersebut hal.249 : Dahulu Imam Asy-Syahid ridhwanullahi ‘alaihim sangat antusias sekali untuk menyerukan persatuan Islam dan senantiasa Ikhwanul muslimun akan menyerukan hal tersebut meski menghadapi tantangan dalam mewujudkan tujuan yang mulia ini karena kaum muslimin adalah umat yang satu seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an :
إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً
“Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu.” (QS. Al-Anbiya’ : 92)
Sekitar tahun 40-an, aku masih ingat bahwa Sayyid Al-Qummi –tokoh Syiah- pernah bertamu di markas besar Ikhwanul muslimin dan saat itu Imam Asy-Syahid sedang gigih untuk menyatukan berbagai kelompok agar musuh-musuh Islam tidak menjadikan perpecahan ini sebagai senjata untuk memecah belah umat Islam.
* Lihatlah wahai saudaraku akan agama Syiah yang sebenarnya sehingga akan jelas bagi kita mana kawan mana lawan. Dan pasti kita akan dapatkan kebatilan, kejahilan serta kedustaan dalam ucapan pendiri Ikhwanul Muslimin ini.
Al-Kulaini (ahli hadats Syiah) berkata dalam kitabnya Al-Kafi 8/245 : Semua orang (sahabat) sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam murtad kecuali tiga saja Miqdad bin Aswad, Abu Dzar Al-Ghifari dan Salman Al-Farisi.
Dia juga berkata dalam Al-Kafi 1/186 : Kami memiliki mushaf Fatimah alaihas salam…mushaf tersebut tiga kalinya Al-Qur’an kalian. Demi Allah tidak ada satu huruf pun disana yang sama dengan Al-Qur’an.
Khumaini (dedengkot Syiah Iran) berkata dalam kitabnya Kasyful Asyrar hal. 49 : Sebagian orang berkata : Sesungguhnya meminta sesuatu kepada orang yang telah mati itu syirik, karena Rasul atau imam setelah meninggal seperti benda mati tidak bisa mendatangkan manfaat maupun madhorot. Untuk membantah persepsi ini kita mengatakan : Itu bukan syirik, mereka tidak memberikan penjelasan tentang arti syirik dan kufur hingga kita bisa menghukuminya syirik.
* Syaikh Ihsan Ilahi Dzahir rahimahullahu berkata dalam kitabnya Asy-Syi’ah was sunnah hal.72 : ” Apa yang akan dikatakan para dai yang mengingingkan persatuan dengan syiah di negeri sunnah? Apa yang bisa dikatakan oleh mereka yang ingin menyatukan semuanya? Bagaimana kita bisa bersatu dengan orang-orang yang mencaci maki Umar dan para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Apakah orang itu ingin untuk kita meninggalkan aqidah kita dan menutup mata dari celaan-celaan serta caci makian Syiah terhadap para sahabat?”
Syaikh Muhammad Maalallahu rahimahullahu berkata dalam kitabnya Mauqif Asy-Syi’ah min ahli sunnah hal.8 : Diatas apakah persatuan ini? Apakah syiah benar-benar menginginkan persatuan ataukah hanya sekedar propaganda belaka? Diatas pondasi apakah persatuan ini akan dibangun?Apakah diatas pensifatan terhadap Allah dengan kebodohan dan kelupaan? Apakah diatas keyakinan bahwa Al-Qur’an itu telah diselewengkan dan dikurangi? Apakah diatas celaan dan laknat terhadap para sahabat dan para salaful ummah? Perselisihan antara ahlu sunnah dan syiah adalah perselisihan aqidah bukan masalah fiqih.
Imam Syafi’i rahimahullahu berkata : Aku tidak pernah melihat ahli bid’ah yang paling berdusta dari pada Syiah/rafidhah.[9]
Muhammad bin Yusuf rahimahullahu berkata : Aku tidak melihat Syiah/rafidhah dan Jahmiyah melainkan zindiq/munafik.[10]
Ad-Dauri rahimahullahu berkata : Aku tidak mau memakan sesembelihan orang syiah/rafidhah karena menurutku mereka itu murtad.[11]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata : Orang-orang syiah rafidhah adalah ahli bid’ah yang paling bodoh dan dzalim. Mereka memusuhi para wali-wali Allah -setelah para nabi- dari kalangan Muhajirin dan anshar yang mengikuti mereka dengan baik –Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada-Nya-. Tapi orang-orang syiah mereka cinta kepada orang-orang kafir dan munafik dari orang-orang yahudi, nashrani, orang-orang musyrikin, mulhidin/atheis seperti Nusairiyah, Ismailiyah dan orang-orang sesat lainnya. Anda akan mendapati mereka atau kebanyakan dari mereka jika berselisih antara orang muslim dan orang kafir tentang Allah atau ajaran para nabi atau perselisihan dalam ucapan dan perbuatan. Atau seperti perang antara orang muslim dan ahli kitab serta orang-orang musyrikin, maka anda akan mendapati orang-orang syiah tersebut membantu orang-orang musyrik dan ahli kitab melawan kaum muslimin. Sebagaimana yang terjadi berulang kali, mereka membantu orang-orang musyrikin dan selain mereka terhadap kaum muslimin di Khurasan, Irak, Jazirah dan selainnya. Dan mereka juga pernah membantu orang-orang Nashara melawan kaum muslimin di Syam, Mesir dan selainnya.[12]
5. Hasan Albanna pengkeramat kuburan
Hasan Albanna menceritakan sendiri akan hakikat dirinya ini dalam kitabnya Mudzakkiraat hal.28-29 : Dahulu kami setiap hari jum’at di Damanhur selalu mengusulkan untuk wisata religi di salah satu makam para wali di Damanhur. Terkadang kami berziarah ke kuburan Dasuqi, kami berjalan kaki setelah shalat subuh dan sampai disana sekitar pukul 08.00. Perjalanan tersebut memakan waktu kurang lebih 3 jam dengan jarak sekitar 20 km. Kita berziarah dan melaksanakan shalat jum’at lalu istirahat…Dan terkadang kami mengunjungi Azbah An-Nawwam yang disana terdapat kuburan Syaikh Sayyid Sanjar salah satu tokoh Tarekat Hashofiyah yang terkenal akan kebaikan dan ketakwaannya…”
Sebenarnya masih banyak penyimpangan-penyimpangan Hasan Albanna dari jalan salaf[13]. Tapi kami rasa apa yang telah disebutkan diatas sudah cukup menggugah mata hati yang masih bisa melihat kebenaran tentang siapa Ikhwanul Muslminin dan pendirinya yang sebenarnya.
إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (QS. Qaaf : 37)
قد تنكر العين ضوء الشمس من رمد وينكر الفم طعم الماء من سقم
Terkadang mata ini tidak bisa melihat cahaya matahari dikarenakan sakit (mata) Dan terkadang mulut ini tidak bisa merasakan (manisnya) air karena sakit
الحق شمس والعيون نواظر لكنها تخفى على العميان
Kebenaran bak matahari dan mata-mata ini melihatnya
Akan tetapi matahari tersembunyi bagi orang yang buta
—————————————————–
[1] Memperingatkan manusia dari bahaya dan racun ahli bid’ah atau kelompok sesat seperti Ikhwanul Muslimin.
[2] Tapi Umar Tilmisani salah dalam mengartikan sufiyah. Dia mengatakan : “Sesungguhnya sufiyah menurutku merupakan setinggi-tingginya tingkatan iman…..”. Bagaimana mungkin sufiyah merupakan tingakatan iman tertinggi sedangkan sufiyah tidak pernah dikenal oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam maupun para sahabat? Tidakkah Umar Tilmisani memahami akan hadits Jibril tentang Iman dan Ihsan?
[3] Untuk mengetahui lebih terperinci ucapan para ulama tentang bahaya kitab Ihya’ ulumuddin silahkan baca Al-Qaulul mubin fit tahdzir min kitab ihya’ ulumuddin oleh Syaikh Abdul Latif bin Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh dan Ihya’ ulumuddin fii mizanil ulama wal muarrikhin oleh Syaikh Ali bin Hasan Al-Halaby.
[4] Mufawwidhah adalah orang yang menyerahkan makna ayat-ayat maupun hadits-hadits yang berkenaan dengan sifat-sifat Allah kepada Allah ta’ala.
[5] Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga menganggap tafwidh termasuk sejelek-jeleknya ucapan ahli bid’ah.
[6] Seolah-olah ucapan beliau ini ditujukan kepada Hasan Albanna yang mengaku-ngaku sebagai pengikut salaf.
[7] Lihat Aqidah salaf ashabil hadits hal.40 point 24 oleh Syaikhul Islam Imam Abu Utsman Ash-Shabuni rahimahullahu.
[8] Ini ucapan yang jauh dari fakta.
[9] Lihat Syarhu ushul I’tiqad ahli sunnah no.2811 oleh Al-Lalikai.
[10] Idem 2812
[11] Idem 2817.
[12] Minhajus sunnah 1/5. Oleh karena itu wahai kaum muslimin, janganlah anda tertipu oleh slogan-slogan maupun propaganda bahwasanya orang-orang syiah juga berjihad melawan orang-orang kafir dari pasukan sekutu dan lainnya atau tertipu dengan sandiwara orang-orang syiah di Iran dengan orang-orang yahudi Amerika. Mereka semuanya sama, seperti yang dikatakan oleh orang Arab جد الكلاب واحد “Nenek moyang anjing itu satu” dan seperti yang dikatakan oleh para ulama bahwa الكفر ملة واحدة “Kekafiran itu agama yang satu”. Terlebih lagi telah diketahui bersama bahwa pelopor syiah adalah seorang yahudi yang bernama Abdullah bin Saba’.
[13] Lebih jelasnya lihat Al-Maurid Al-‘Adzbu Az-Zulal oleh Syaikh Ahmad bin Yahya An-Najmi, , Al-Ajwibah Al-Mufiidah oleh Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan dan makalah Syaikh Abdul Aziz Ar-Rayyis di www.aleqtisadiah.com.