WEJANGAN SEPUTAR POLITIK (Edisi 1)
Dahulu para ulama ahlussunnah wal jama’ah sangat keras ucapan mereka terhadap ilmu kalam dan para pengibar benderanya. Celaan dan peringatan akan bahaya ilmu kalam sering didengungkan oleh para pewaris nabi tersebut. Dan itu semua dalam rangka menyelamatkan umat dari racun ilmu kalam yang sangat amat berbahaya.
Dan pada zaman ini banyak para ulama yang menasihati serta memberikan wejangan serta memperingatkan umat terutama para da’i dari bahaya racun politik. Sesungguhnya ada kemiripan dari beberapa sisi antara racun politik dan racun ilmu kalam.
Beberapa sisi kemiripan diantara keduanya adalah:
- Kedua racun tersebut bisa membinasakan aqidah seorang muslim.
- Kedua racun tersebut menjadikan oknumnya mabuk kepayang hingga tak tahu apa yang dia ucapkan atau bisa plin plan.
- Kedua racun tersebut memecah belah kaum muslimin.
- Kedua racun tersebut memalingkan umat dari ilmu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
- Kedua racun tersebut bersumber dari rekayasa akal dan dari orang-orang kafir.
- Kedua hal tersebut merupakan bid’ah yang sesat dan menyesatkan.
- Kedua racun tersebut mengakibatkan fanatisme golongan.
Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari –hafidzahullahu– berkata[1] :
1. Wahai para da’i yang menyeru ke jalan Allah, jagalah persatuan (di atas manhaj salafi). Dan janganlah kalian kotori dengan masuk ke dalam kubangan politik di zaman yang penuh warna-warni ini (politik Bunglon).[2]
2. Syaikh Al-Albani rahimahullahu pernah berkata: Apabila politik telah masuk ke dalam diri sekelompok manusia, maka dia akan lebih banyak merusak daripada fanatik madzab (fiqih)[3]. Karena politik selalu membutuhkan fleksibilitas (plin-plan/nifak) dan permainan (licik).[4]
3. Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullahu pernah berkata: Hizbiyah (fanatik partai/ormas) merupakan sebab utama kebodohan kaum muslimin, mereka sibuk dengannya dan meninggalkan ilmu yang bermanfaat.[5]
4. Syaikh Bakar Abu Zaid rahimahullahu pernah berkata: Dikala kaum muslimin telah meninggalkan fanatik terhadap madzhab fiqih, partai-partai itu meniupkan fanatik dari sisi lain yang lebih berbahaya pengaruh dan dampaknya.[6]
5. Ketahuilah wahai saudaraku –semoga Allah meluruskan langkahmu-, bahwa seorang dai salafi di dalam mengemban Dakwah Salafiyah yang diberkahi ini, yang berdiri di atas pondasi agama ini, seperti memerangi fenomena khurafat, syirik[7], bid’ah, memberantas kebodohan dan menebarkan ilmu syar’i[8]. Dia tidak memiliki selain pondasi tersebut, dia menegakkannya, berdiri di atasnya serta menyeru kepadanya. Baik dia sebagai seorang penuntut ilmu, pengajar, seorang alim dari awal hingga akhir. Inilah yang dilakukan oleh semua da’wei salafi[9]. Dan hasilnya adalah –dengan taufik dari Allah- apa yang telah Allah janjikan dalam firman-Nya :
وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِى ٱلۡأَرۡضِ ڪَمَا ٱسۡتَخۡلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمۡ دِينَہُمُ ٱلَّذِى ٱرۡتَضَىٰ لَهُمۡ وَلَيُبَدِّلَنَّہُم مِّنۢ بَعۡدِ خَوۡفِهِمۡ أَمۡنً۬اۚ يَعۡبُدُونَنِى لَا يُشۡرِكُونَ بِى شَيۡـًٔ۬اۚ وَمَن ڪَفَرَ بَعۡدَ ذَٲلِكَ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡفَـٰسِقُونَ
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik. (QS.An-Nuur 55).[10]
6. Wahai para da’i yang shadiq (jujur), wahai para penuntut ilmu yang amanah, ini (ilmu dan dakwah) adalah medan kalian maka jangan kalian tinggalkan. Inilah dakwah kalian maka jangan kalian campakkan[11]. Tidaklah aku ingin mengucapkan kepada setiap yang menyelisihi nukilan-nukilan yang dibangun di atas kaidah dan ketentuan serta pondasi ini melainkan:
أَتَسۡتَبۡدِلُونَ ٱلَّذِى هُوَ أَدۡنَىٰ بِٱلَّذِى هُوَ خَيۡرٌۚ
Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? (QS.Al-Baqarah : 61)[12]
7. Sesungguhnya masuk ke dalam kancah politik dengan segala bentuk[13] dan lika-likunya adalah menjerumuskan diri ke dalam penyerupaan kepada perjudian.
8. Wahai saudaraku, dai yang menyeru ke jalan Allah, jika engkau jujur pada dirimu sebelum kepada yang lain, jauhkanlah dirimu dari perjudian yang berbahaya ini. Jangan engkau korbankan dakwah ini untuk menjalin kesepakatan (dengan partai tertentu). Jangan engkau menjatuhkan diri dari ketinggian ke dalam terowongan.[14]
9. Barangkali mereka yang menginginkan untuk masuk ke kubangan politik (Hizbiyah) bisa menerima ucapan seorang da’i tersohor di Mesir sekarang ini dan dia termasuk yang menyuarakan Dakwah Salafiyah –Semoga Allah memberi hidayah kepada kita, kalian dan dia ke jalan keselamatan-. Ucapan tersebut dia sampaikan di hadapan banyak khalayak beberapa saat yang lalu (dengan nada penyesalan). Dan dia telah menancapkan kedua kakinya ke dalam kubangan politik serta memobilisasi massa hingga ratusan ribu orang bahkan jutaan manusia, dia berkata: Laknat Allah atas politik.[15]
10. Seolah-olah mereka (yang telah terjerumus ke dalam kubangan politik dan muak serta menyesalinya) mengatakan sebagaimana yang dikatakan oleh pendahulu mereka (filosof/ahli kalam) : Barangsiapa yang mengalami apa yang aku alami maka dia mengetahui apa yang telah aku ketahui.[16]
11. Wahai orang-orang yang berakal -semoga Allah memberikan taufik kepadaku dan kepada kalian untuk meraih ridha-Nya- tidakkah kalian mengambil ibrah dari pengalaman mereka dan meraih manfaat dari wejangan ilmiah dan amaliyah (teori dan praktik) dari mereka. Mungkin wejangan tersebut bisa mencegah kalian dari terjatuh ke dalam kejelekan dan bala’ yang cepat datang seperti wabah penyakit? Dan tidaklah kalian –semoga Allah mengampuni dosaku dan kalian- mengamalkan wasiat seorang sahabat yang mulia Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu yang telah berkata: “Orang yang berbahagia adalah yang dapat mengambil ibrah dari orang lain”.[17] (HR. Muslim 2645)
Berapa kali kita mengatakan sebelum dan sesudah ini: Barangsiapa yang tidak bisa menerima dalil maka hendaklah dia bisa menerima kenyataan yang pahit ini (untuk segera bertaubat dari kubangan politik).[18]
12. Kewajiban kita yang harus terus dijaga -meski ada yang enggan dan ada yang suka- adalah menjaga Islam dengan segala kebersihan dan kesuciannya serta di atas manhaj salafi yang haq dengan penuh kejelasan dan transparan. Alangkah indahnya panggilan hati dan pena Al-‘Allamah As-Salafi Al-Jazaairi Muhammad Al-Basyiir Al-Ibrahimi rahimahullahu yang beliau tuangkan sekitar setengah abad yang lalu: ”Aku wasiatkan kalian untuk menjauhkan diri dari partai-partai yang kemunculannya mendatangkan keburukan-keburukan dan orang-orangnya menyerang untuk mengikis kebaikan dan ilmu. Sesungguhnya partai-partai ini seperti talang air. Dia mengumpulkan air keruh dan menuangkannya kemana-mana. Bukan air jernih yang dia kumpulkan dan bukan manfaat pula yang diperoleh.
Wahai para pemuda, raihlah ilmu dan ilmu, Jangan engkau tertipu oleh para makelar politik yang meniup dalam talang air (meski berkedok salafi). Jangan engkau tertipu dengan para Jurkam (Juru Kampanye) yang berteriak-teriak di lapangan kampanye. Janganlah engkau meninggalkan ilmu karena rayuan para komentator politik. Mereka semua adalah para pesulap yang menipu dan tukang sihir yang amat pendusta. Sesungguhnya kalian jika mengikuti ajakan mereka yang sesat dan bergabung dengan para penebar fitnah maka kalian dan negeri kalian akan rugi dan kalian akan menyesal pada suatu hari ketika manusia yang lain telah memetik buah hasil kebaikannya, namun tidak akan ada manfaat menyesal pada saat itu.” (Dalam kitab beliau ‘Uyuunu Al-Bashaair 350-351)[19]
13. Wahai para penuntut ilmu, wahai para da’i yang menyeru ke jalan Allah, aku rasa engkau tidak lupa dengan jihadnya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu baik dari sisi ilmu, aqidah, manhaj di berbagai negeri semisal Mesir atau Syam. Beliau pernah berkata dari awal hingga akhir (hidup beliau): “Aku adalah manusia agama bukan manusia (politik) negara”. Maka jadilah engkau seperti beliau.[20]
BERSAMBUNG..
——————————————
[1] Diringkas dan diterjemahkan dari kitab beliau yang berjudul Al-Huda wa An-Nuur fii hatki sutur al-hizbiyyah dzati asy-syurur wa bayaan annaha min dhalaah al-bida’ wa muhdatsati al-umuur (Petunjuk dan cahaya untuk merobek tirai fanatisme (politik) yang menimbulkan banyak kejelekan dan penjelasan bahwa hal tersebut adalah termasuk kesesatan bid’ah serta hal baru dalam agama).
[2] Al-Huda Wa An-Nuur hal.8
[3] Yang aneh tapi nyata, ada da’i salafi yang ingin mereformasi Dakwah Salafiyah tentang taklid atau fanatik terhadap guru/ustadz tapi dia jatuh ke dalam jebakan harakiyyin, terlempar ke dalam jurang politik yang plin-plan bahkan memalingkannya menjadi paranormal. Ini seperti ungkapan orang arab: Dia lari dari panasnya gurun pasir kepada panasnya bara api. Atau istilah peribahasa kita “keluar dari mulut singa, masuk ke mulut buaya”. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
[4]. Idem hal.25
[5] Idem hal.30-31
[6] Idem hal.31
[7] Namun sangat disayangkan ada sebagian dai yang phobia dengan istilah syirik dalam dakwahnya. Dia hanya mencukupkan diri dengan istilah tauhid. Mana mungkin tauhid bisa tegak tanpa meninggalkan kesyirikan? Allah berfirman:
وَٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَلَا تُشۡرِكُواْ بِهِۦ شَيۡـًٔ۬اۖ
Dan beribadahlah kepada Allah dan jangan kalian berbuat syirik kepada-Nya. (QS. An-Nisa’ : 36)
[8] Inilah ciri khas dakwah salafiyah yang mulai pudar dalam diri sebagian dai-nya. Maka perhatikanlah wahai orang-orang yang berakal.
[9] Jika kalian memang salafi sejati dan bukan salafi imitasi.
[10] Al-Huda Wa An-Nuur hal.35
[11] Politik sekarang ini (yang tidak syar’i) bukan medan anda wahai salafi, maka keluarlah darinya. Salafi yang masuk ke dunia politik meski hanya satu kaki saja (meski hanya menjadi pengamat dan komentator), dia seperti ikan yang keluar dari aquarium, cepat atau lambat dia pasti akan binasa.
ليس هذا بعشك فادرجي
Ini bukan sangkarmu maka keluarlah darinya.
[12] Idem hal.37.
[13] Seperti menjadi komentator politik atau politikus karbitan.
[14]. Al-Huda Wa An-Nuur hal 43
[15]. Idem 45.
[16] Idem hal.48. Wahai Salafi, engkau mencela ilmu kalam dan ahli kalam, tapi sekarang dirimu jatuh ke dalam kubangan ahli kalam. Tidakkah engkau takut menyesal dikemudian hari seperti yang dikatakan oleh Abu Abdillah Muhammad bin Umar Ar-Raazi (tokoh ahli kalam) :
نهاية إقدام العقول عقال وغاية سعي العالمين ضلال
وأرواحنا في وحشة من جسومنا وحاصل دنيانا أذى ووبال
ولم نستفد من بحثنا طول عمرنا سوى أن جمعنا فيه قيل وقالوا
Akhir dari menuhankan akal adalah kebingungan dan puncak usaha manusia (ahli kalam) adalah kesesatan
Arwah-arwah kami dalam keadaan galau di dalam jasad-jasad kami dan hasil dari dunia kami adalah bala’ dan malapetaka
Kami tidak dapat mengambil faedah dari pembahasan kami (ilmu kalam) sepanjang usia kami melainkan kita hanya mengumpulkan isu-isu manusia (ahli kalam/filosof). (Lihat Syarah Aqidah Thahawiyah oleh Ibnu Abi Al-‘Izzi Al Hanafi hal.208 takhrij Syaikh Al-Albani)
Alangkah miripnya mereka dengan orang-orang yang bergelimang dengan isu, lumpur dan noda politik.
[17] Jangan sampai kita jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya dan jangan sampai menjadi ikan-ikan yang dungu yang mudah terpancing hingga binasa. Na’udzu billah
[18] Al-Huda Wa An-Nuur hal.49.
[19] Al-Huda wa An-Nuur hal.51.
[20] Idem hal. 52.