PELAKU BID’AH “AMALIYAH” DIVONIS SEBAGAI AHLI BID’AH
Pelaku Bid’ah “Amaliyah” Divonis Ahli Bid’ah Oleh Imam-Imam Ahlussunnah
1. Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullahu berkata: Dan shalat Jumat dibelakang pemimpin kaum muslimin dan yang diangkat olehnya itu boleh (sah) dan berlaku sempurna dua rakaat. Barangsiapa yang mengulangi shalat Jumat tersebut maka dia mubtadi’/ahli bid’ah, meninggalkan atsar dan menyelisihi sunnah[1].
2. Beliau juga berkata: Tidak boleh bagi seorang pun memberontak kepada pemimpin kaum muslimin atau kudeta terhadapnya. Barangsiapa yang melakukannya maka dia adalah mubtadi’ bukan diatas sunnah dan jalan (yang lurus)[2].
3. Imam Harb bin Isma’il Al-Karmani rahimahullahu berkata: Inilah madzhab para ulama, ashhabul atsar, ahlussunnah yang berpegang teguh dengannya, yang menjadi suri tauladan di dalam as-sunnah sejak zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga hari ini. Dan aku menjumpai para ulama Hijaz, Syam dan selain mereka berada diatasnya. Barangsiapa yang menyelisihi sesuatu darinya atau mencelanya atau mengolok yang mengatakannya maka dia menyelisihi (sunnah), mubtadi’/ahli bid’ah, keluar dari jama’ah, menyimpang dari manhaj as-sunnah dan jalang kebenaran:
- Jihad bersama para pemimpin (kaum muslimin) yang baik atau yang jelek itu tetap berlaku.
- Shalat Jumat, shalat Idul Fitri & Idul Adha, Haji bersama pemimpin meski mereka bukan orang yang baik, adil, dan bertakwa.
- Membayar zakat, kharaj, a’syar, fai, ghanimah kepada pemimpin yang baik maupun yang jelek[3].
4. Imam Al-Barbahari rahimahullahu berkata: Apabila anda melihat seseorang mendoakan pemimpinnya dengan kejelekan maka dia adalah shahibu hawa (ahli bid’ah)[4].
5. Imam Ibnu Abi Zamanin rahimahullahu berkata: Diantara ucapan ahlussunnah bahwa shalat Jumat, shalat Idul Fitri dan Idul Adha, Arafah, itu bersama pemimpin yang baik maupun yang jelek dan itu adalah termasuk sunnah dan kebenaran. Dan barangsiapa yang shalat bersama mereka kemudian dia mengulanginya maka dia telah keluar dari jama’ah salafush shalih (keluar dari ahlussunnah wal jama’ah).[5]
فَهَلۡ مِن مُّدَّكِرٍ۬
Maka adakah orang yang bisa mengambil pelajaran? (QS. Al-Qamar : 32)
————————————————————
[1] Ushulussunnah point 32 hal.68 dengan ta’liq dan syarah syaikh Walid bin Muhammad Nabiih.
[2] Idem point. 34 hal.71.
[3] Hadi Al-Arwah hal.287-289 oleh Imam Ibnu Al-Qayyim.
[4] Syarhu As-Sunnah point 137 hal.107-108 dengan tahqiq Khalid bin Qasim Ar-Raddadi.
[5] Ushulussunnah bab 37 hal.281 dengan tahqiq Abdullah Al-Bukhari.