BOLEHKAH BERDOA KEPADA WALI YANG TELAH MATI? (Edisi 2)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah didatangi oleh orang arab badui, dia mengadukan keterlambatan hujan (kekeringan) dan binasanya hewan-hewan ternak. Apakah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu beristighatsah dengan para nabi-nabi sebelum beliau? Tidak, sama sekali tidak, bahkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa sambil menengadahkan kedua tangannya kepada Allah seraya berkata: ‘Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami’ (3x). Lalu Allah pun memuliakan dan mengabulkan doa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidaklah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam turun dari mimbarnya melainkan air hujan membasahi jenggot beliau.
Dan inilah kisah lengkapnya: Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Pernah pada zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terjadi kekeringan. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berkhutbah pada hari jum’at, datang seorang arab badui seraya berkata: ‘Wahai Rasulullah, hewan-hewan ternak (kami) banyak yang mati dan anak-anak kami ditimpa kelaparan serta kami tidak memiliki perbekalan lagi (untuk hidup). Berdoalah kepada Allah agar Dia menurunkan hujan-Nya kepada kami’. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya sambil berdoa: ‘Ya Allah turunkanlah hujan kepada kami’ (3x). Anas radhiyallahu ‘anhu berkata: Demi Allah, kami tidak melihat sebelumnya mendung sedikitpun, tapi tidak sampai beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan tangan hingga muncul mendung yang berkerumun seperti gunung. Kemudian tidaklah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam turun dari mimbar hingga aku melihat air hujan telah membasahi jenggot beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam[2]. Hujan tersebut turun pada hari itu sampai hari jum’at berikutnya. Lalu datanglah seseorang (ke masjid) pada waktu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berkhutbah dan orang tersebut menghadap beliau seraya berkata: ‘Wahai Rasulullah, rumah-rumah kami hancur dan harta kami terbawa banjir, maka berdoalah kepada Allah agar Allah menahan (menghentikan) banjir (air hujan)’. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tersenyum karena cepatnya manusia berubah. Lalu beliau mengangkat kedua tangannya sambil berdoa: ‘Ya Allah alihkan hujan ini ke sekitar kami dan jangan kepada kami. Ya Allah, alihkan hujan ini ke perbukitan, pegunungan dan lembah serta tempat tumbuhnya pepohonan’. Anas berkata: Tidaklah beliau menunjuk ke suatu arah dari kumpulan mendung melainkan terbuka mendung tersebut dan langit (Madinah) seperti berlubang hingga air hujan mengalir ke lembah Qonah selama sebulan dan tidaklah datang seseorang dari pinggiran Madinah melainkan bercerita kebaikan.” (HR.Bukhari, Muslim, Malik, Abu Daud, Nasa’I dan lain-lain).
Bukankah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah suri tauladan kita? Bukankah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menyampaikan ajaran Islam ini dan telah menunaikan amanah serta meninggalkan kita diatas syariat yang putih bersih, yang tidak menyimpang darinya melainkan akan binasa? Allah ta’ala berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. [QS. Al-Maidah : 3].
Pernahkah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa (beristhighasah) kepada yang telah mati? Apakah para Nabi-nabi yang lain pernah beristighasah kepada yang telah mati? Demi Allah, tidak pernah mereka lakukan hal itu sama sekali.
Apakah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memerintahkan kepada umatnya di dalam hadits yang shahih untuk beristighasah kepada beliau setelah wafat atau kepada salah seorang sahabat atau kepada orang-orang shalih? Tidak pernah sama sekali, bahkan beliau melarang kita dari hal itu, sebagaimana yang tercantum dalam wasiat beliau yang masyhur kepada sepupu beliau Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: “Dahulu aku pernah berada di belakang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu beliau bersabda: ‘Wahai anak kecil, aku ingin mengajarkan kepadamu beberapa hal: Jagalah Allah maka Allah akan menjagamu. Jagalah Allah maka pasti engkau akan mendapati-Nya dihadapanmu. Apabila engkau memohon, mohonlah kepada Allah dan jika engkau meminta pertolongan mintalah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat ini berkumpul untuk memberi manfaat kepadamu, mereka tidak akan bisa memberimu manfaat melainkan yang telah Allah takdirkan untukmu. Dan seandainya mereka berkumpul untuk memadharatkanmu, mereka tidak akan bisa memadharatkanmu melainkan yang telah ditakdirkan oleh-Nya untukmu. Pena-pena (takdir) telah diangkat dan tinta lembaran telah kering’.” [HR. Tirmidzi dan beliau berkata: Hadits hasan shahih].
Wahai orang-orang yang mengaku cinta kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mengapa kalian tidak mau menjalankan perintah-perintah beliau? Kenapa kalian masih meminta-minta kepada orang-orang yang telah mati dan bukan kepada Allah? Mengapa kalian beristighasah kepada selain Allah?
تَعصِي الرَسُولَ وَأَنتَ تُظهِر حُبَّه هذا لَعَمرِي فِي القِيَاسِ بَدِيعُ
لَو كَانَ حُبّك صَادقًا لأَطعتَه إِنَّ المُحِبَّ لِمَن يحِبُّ مُطِيعُ
Engkau memaksiati Rasul, sedangkan engkau mengaku cinta kepada beliau
Sungguh ini adalah suatu hal yang mustahil terjadi
Seandainya kecintaanmu kepada beliau itu benar maka engkau akan mentaatinya
Sesungguhnya orang yang cinta itu mentaati perintah yang dicintainya
Allah ta’ala berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS. Ali-Imran: 31].
Wahai para pembaca yang budiman, sesungguhnya Allah mengkisahkan dalam Al-Qur’anul ‘Adzim tentang orang-orang musyrikin dahulu yang mentauhidkan Allah dan hanya berdoa kepada-Nya saja dikala kesulitan dan ketakutan, akan tetapi disaat mereka dalam kemudahan dan kesenangan mereka menyekutukan Allah dan berdoa kepada selain-Nya, Allah ta’ala berfirman:
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ
Maka apabila mereka naik kapal mereka mendo`a kepada Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya; maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali) mempersekutukan (Allah). [QS. Al-Ankabut : 65].
Namun orang-orang musyrikin sekarang apabila berlayar dengan kapal laut dan mereka diombang-ambingkan ombak serta hampir tenggelam mereka justru menyekutukan Allah dan melupakan-Nya, bahkan mereka meminta pertolongan kepada orang-orang yang telah mati.
SELESAI.
——————————————–
[2] Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berjenggot, maka barangsiapa yang menghina, melecehkan dan tidak suka dengan orang-orang berjenggot maka dia telah melecehkan dan menghina Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah berfirman:
لَا تَعۡتَذِرُواْ قَدۡ كَفَرۡتُم بَعۡدَ إِيمَـٰنِكُمۡۚ إِن نَّعۡفُ عَن طَآٮِٕفَةٍ۬ مِّنكُمۡ نُعَذِّبۡ طَآٮِٕفَةَۢ بِأَنَّہُمۡ ڪَانُواْ مُجۡرِمِينَ
وَلَٮِٕن سَأَلۡتَهُمۡ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا ڪُنَّا نَخُوضُ وَنَلۡعَبُۚ قُلۡ أَبِٱللَّهِ وَءَايَـٰتِهِۦ وَرَسُولِهِۦ كُنتُمۡ تَسۡتَہۡزِءُونَ
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (QS.At-Taubah: 65-66) (Pent)