[Serial Aqidah #6] AQIDAH IMAM ABUL HASAN AL-ASY’ARI (edisi 2)
Aqidah Imam Abul Hasan Al-‘Asya’ari rahimahullahu[1]
Imam Abul Hasan Al-Asy’ari rahimahullahu berkata:
16. Mereka mengatakan: Sesungguhnya Allah dilihat dengan mata kepala mereka pada hari kiamat, sebagaimana bulan terlihat dikala purnama. Orang-orang beriman yang akan melihat-Nya dan bukan orang-orang kafir, karena mereka terhijabi dari melihat Allah. Allah berfirman:
كَلَّآ إِنَّہُمۡ عَن رَّبِّہِمۡ يَوۡمَٮِٕذٍ۬ لَّمَحۡجُوبُونَ
Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari melihat Rabb mereka. (QS. Al-Muthaffifin : 15)
Dan bahwasanya Nabi Musa alaihissalam meminta kepada Allah untuk melihat kepada-Nya di dunia. Dan Allah memperlihatkan diri-Nya kepada gunung lalu Dia jadikan gunung tersebut hancur. Maka Allah memberitahukan kepada Musa bahwa Dia tidak bisa dilihat di dunia ini, namun hanya bisa dilihat di akhirat.
17. Mereka tidak mengkafirkan seorang pun dari ahli kiblat (kaum muslimin) karena dosa yang dilakukannya, seperti berzina, mencuri, dan selainnya dari dosa-dosa besar. Mereka masih berstatus mukmin dengan keimanan yang masih ada dalam diri mereka, meskipun mereka berbuat dosa-dosa besar.
18. Keimanan menurut mereka adalah beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang jelek, yang pahit maupun yang manis. Dan apa yang tidak ditulis di dalam lauhul mahfudz untuk mereka maka tidak akan mungkin menimpa mereka. Dan apa yang Allah tulis bagi mereka maka tidak akan mungkin meleset dari mereka.
19. Keislaman adalah bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah. Hal itu berdasarkan apa yang disebutkan di dalam hadits. Dan (makna) Islam menurut mereka berbeda dengan (makna) iman.
20. Dan mereka mengikrarkan bahwa Allah adalah Dzat yang membolak-balikkan hati.
21. Dan mereka mengikrarkan adanya syafaat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan bahwasanya syafaat tersebut bagi para pelaku dosa besar dari ummat beliau.
22. (Mengimani) adanya adzab kubur.
23. (Mengimani) bahwa telaga (di hari kiamat) itu haq.
24. (Mengimani) bahwa jembatan (di hari kiamat) itu haq.
25. (Mengimani) hari kebangkitan setelah kematian itu haq.
26. (Mengimani) hari penghisaban dari Allah bagi hamba-hamba-Nya adalah haq.
27. (Mengimani) berdirinya hamba di hadapan Allah itu haq.
28. Dan mereka mengikrarkan bahwa iman itu adalah ucapan dan perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang. Dan mereka tidak mengatakan bahwa (iman) itu makhluk atau bukan makhluk.
29. Dan mereka mengatakan: Nama Allah adalah Allah.
30. Dan mereka tidak menvonis seorang pun dari pelaku dosa besar dengan api neraka. Dan tidak menvonis seorang pun dari yang bertauhid dengan surga, hingga Allah yang memutuskan nasib mereka sesuai dengan yang Dia kehendaki. Dan mereka mengatakan: Nasib mereka ada di tangan Allah, jika Allah menghendaki Allah akan mengadzab mereka dan jika Dia menghendaki maka Dia akan mengampuninya. Dan mereka beriman bahwa Allah mengeluarkan sekelompok orang dari yang bertauhid dari api neraka, berdasarkan riwayat-riwayat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
31. Mereka mengingkari debat kusir dalam urusan agama dan takdir. Dan mereka mengingkari debat kusir tersebut, dengan mereka menyerahkan masalah agama ini dengan tunduk patuh kepada riwayat-riwayat yang shahih yang diriwayatkan oleh para perawi yang terpercaya dan adil hingga sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan mereka tidak mengatakan (terhadap nash): Bagaimana? Mengapa? Karena itu pertanyaan yang bid’ah.
32. Dan mereka berkata: Sesungguhnya Allah tidak memerintahkan kepada kejelekan bahkan melarang darinya. Dan Dia memerintahkan untuk berbuat kebaikan dan tidak ridha dengan kejelekan, meskipun Dia menghendaki terjadinya.
33. Mereka mengetahui hak para salaf yang telah Allah pilih untuk menemani Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka mengambil keutamaan-keutamaan para salaf dan diam dari perselisihan diantara mereka baik yang besar maupun yang kecil. Mereka lebih mendahulukan Abu Bakar kemudian Umar kemudian Utsman, kemudian Ali radhiyallahu ‘anhum. Dan mereka mengikarkan bahwa keempat orang tersebut yaitu khulafa’ rasyidin yang mendapatkan petunjuk adalah manusia yang paling mulia setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
34. Dan mereka membenarkan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyatakan bahwa Allah turun ke langit dunia, seraya berkata: Apakah ada yang memohon ampun? Sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
35. Dan mereka selalu berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, sebagaimana yang telah Allah firmankan:
فَرُدُّوهُ إِلَى ٱللَّهِ وَٱلرَّسُولِ إِن كُنتُمۡ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِۚ
Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. (QS. An-Nisa’ : 59)
BERSAMBUNG..
——————————–
[1] Diterjemahkan dari kitab Maqaalaat Al-Islamiyyin 1/345-350 oleh Imam Abul Hasan Al-Asy’ari dengan tahqiq Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid.