STOP TASYABBUH
Stop Tasyabbuh !!![1]
Seorang muslim yang sejati adalah muslim yang berpegang teguh dengan identitas dan jati diri Islam itu sendiri. Dia bangga dengan Islam dan syariat-syariatnya yang suci serta berpegang teguh dengannya hingga akhir hayatnya. Dia tidak mau mengikuti atau menyerupai orang-orang kafir dalam hal-hal yang merupakan kekhususan mereka baik dalam aqidah, ibadah, perayaan, akhlak, ucapan maupun pakaian mereka. Allah berfirman:
قُلۡ يَـٰٓأَهۡلَ ٱلۡكِتَـٰبِ تَعَالَوۡاْ إِلَىٰ ڪَلِمَةٍ۬ سَوَآءِۭ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَكُمۡ أَلَّا نَعۡبُدَ إِلَّا ٱللَّهَ وَلَا نُشۡرِكَ بِهِۦ شَيۡـًٔ۬ا وَلَا يَتَّخِذَ بَعۡضُنَا بَعۡضًا أَرۡبَابً۬ا مِّن دُونِ ٱللَّهِۚ فَإِن تَوَلَّوۡاْ فَقُولُواْ ٱشۡهَدُواْ بِأَنَّا مُسۡلِمُونَ
Katakanlah: “Hai ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sesembahan yang haq kecuali Allah dan tidak kita mempersekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah”. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (QS. Ali Imran : 64)
Islam mengajarkan kepada kita untuk memberikan bara’ (berlepas diri) dari orang-orang kafir dan itu termasuk sekuat-kuatnya tali keimanan. Allah berfirman:
قَدۡ كَانَتۡ لَكُمۡ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ۬ فِىٓ إِبۡرَٲهِيمَ وَٱلَّذِينَ مَعَهُ ۥۤ إِذۡ قَالُواْ لِقَوۡمِہِمۡ إِنَّا بُرَءَٲٓؤُاْ مِنكُمۡ وَمِمَّا تَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ كَفَرۡنَا بِكُمۡ وَبَدَا بَيۡنَنَا وَبَيۡنَكُمُ ٱلۡعَدَٲوَةُ وَٱلۡبَغۡضَآءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤۡمِنُواْ بِٱللَّهِ وَحۡدَهُ
Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dan daripada apa yang kamu sembah selain Allah. Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. (QS. Al-Mumtahanah : 4)
Dan diantara konsekuensi al-bara’ serta tidak berwala’ (berloyalitas) kepada orang kafir adalah dengan tidak tasyabbuh/menyerupai mereka[2].
1. Apa arti tasyabbuh dengan orang kafir yang terlarang itu?
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafidzahullahu berkata: Diharamkan tasyabbuh dengan orang-orang kafir di dalam hal-hal yang merupakan kekhususan mereka, adat kebiasan mereka, yang merupakan ibadah mereka, sifat dan akhlak mereka seperti mencukur jenggot, memanjangkan kumis, memakai bahasa mereka kecuali jika dibutuhkan, di dalam berpakaian, makan dan minum dan yang lainnya.[3]
2. Apa dalil haramnya tasyabbuh dengan orang-orang kafir?
Dalil dari Al-Qur’an Al-Karim:
– Firman Allah:
ثُمَّ جَعَلۡنَـٰكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍ۬ مِّنَ ٱلۡأَمۡرِ فَٱتَّبِعۡهَا وَلَا تَتَّبِعۡ أَهۡوَآءَ ٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَ
Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui. (QS. Al-Jatsiyah : 18)
– Firman Allah:
وَلَٮِٕنِ ٱتَّبَعۡتَ أَهۡوَآءَهُم بَعۡدَمَا جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِ مَا لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن وَلِىٍّ۬ وَلَا وَاقٍ۬
Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, Maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah. (QS. Ar-Ra’du : 37)
– Firman Allah:
وَلَن تَرۡضَىٰ عَنكَ ٱلۡيَہُودُ وَلَا ٱلنَّصَـٰرَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَہُمۡۗ قُلۡ إِنَّ هُدَى ٱللَّهِ هُوَ ٱلۡهُدَىٰۗ وَلَٮِٕنِ ٱتَّبَعۡتَ أَهۡوَآءَهُم بَعۡدَ ٱلَّذِى جَآءَكَ مِنَ ٱلۡعِلۡمِۙ مَا لَكَ مِنَ ٱللَّهِ مِن وَلِىٍّ۬ وَلَا نَصِيرٍ
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS. Al-Baqarah : 120)
– Firman Allah:
وَمِنۡ حَيۡثُ خَرَجۡتَ فَوَلِّ وَجۡهَكَ شَطۡرَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِۚ وَحَيۡثُ مَا كُنتُمۡ فَوَلُّواْ وُجُوهَڪُمۡ شَطۡرَهُ ۥ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَيۡكُمۡ حُجَّةٌ إِلَّا ٱلَّذِينَ ظَلَمُواْ مِنۡہُمۡ
Dan dari mana saja kamu (keluar), maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. (QS. Al-Baqarah : 150).
– Firman Allah:
ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٲطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ
صِرَٲطَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمۡتَ عَلَيۡهِمۡ غَيۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَيۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّآلِّينَ
Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka. Bukan (jalan) mereka yang dimurkai (Yahudi) dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (Nashara). (QS. Al-Fatihah : 6-7)
– Firman Allah:
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَقُولُواْ رَٲعِنَا وَقُولُواْ ٱنظُرۡنَا وَٱسۡمَعُواْۗ وَلِلۡڪَـٰفِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ۬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): “Raa’ina”, tetapi Katakanlah: “Unzhurna”, dan “dengarlah”. dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih. (QS. Al-Baqarah : 104)
– Firman Allah:
وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ تَفَرَّقُواْ وَٱخۡتَلَفُواْ مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلۡبَيِّنَـٰتُۚ وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ لَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٌ۬
Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. (QS. Ali-Imran : 105)
– Firman Allah:
أَلَمۡ يَأۡنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَن تَخۡشَعَ قُلُوبُہُمۡ لِذِڪۡرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلۡحَقِّ وَلَا يَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَـٰبَ مِن قَبۡلُ فَطَالَ عَلَيۡہِمُ ٱلۡأَمَدُ فَقَسَتۡ قُلُوبُہُمۡۖ وَكَثِيرٌ۬ مِّنۡہُمۡ فَـٰسِقُونَ
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), Dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Hadid : 16)
Dalil dari hadits Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam:
– Sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam:
من تشبه بقوم فهو منهم
Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaum tersebut. (HSR. Ahmad)
– Sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لَتَتّبِعُنّ سَنَنَ الّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ. شِبْراً بِشِبْرٍ، وَذِرَاعاً بِذِرَاعٍ. حَتّىَ لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ لتّبَعْتُمُوهُمْ” قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللّهِ آلْيَهُودُ وَالنّصَارَى؟ قَالَ “فَمَنْ؟”
Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Hingga seandainya mereka masuk ke lubang Dhob (binatang gurung pasir) maka kalian akan mengikuti mereka. Kami (para sahabat) berkata : Wahai Rasulullah, apakah mereka adalah orang yahudi dan nashara ? Rasul menjawab : Siapa lagi kalau bukan mereka?. (HR. Bukhari)
– Sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ليس منا من تشبه بغيرنا لا تشبهوا باليهود ولا بالنصارى فإن تسليم اليهود الإشارة بالأصابع وتسليم النصارى الإشارة بالأكف
Bukan dari golongan kami orang yang menyerupai selain kami. Jangan menyerupai orang yahudi dan nashara. Sesungguhnya (ucapan) selamat yahudi itu dengan isyarat jari dan (ucapan) selamat orang nashara dengan isyarat telapak tangan. (HHR. Tirmidzi)
– Sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam:
خَالِفُوا الْيَهُودَ فإِنّهُمْ لا يُصَلّونَ في نِعَالِهِمْ وَلاَ خِفَافِهِمْ
Selisihilah orang-orang yahudi, karena sesunguhnya mereka tidak mau shalat dengan sandal dan sepatu mereka. (HSR. Abu Daud)
– Sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam:
غَيِّرُوا الشَّيْبَ ، وَلَا تَشَبَّهُوا بِالْيَهُودِ وَلَا بِالنَّصَارَى
Ubahlah uban kalian dan jangan menyerupai orang-orang yahudi dan nashara. (HHR. Ahmad)
– Sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam:
وعن عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قال : حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ ، إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ) ، قَالَ : فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ .
Dari Abdillah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata : Ketika Rasulullah r puasa hari asyura (10 Muharram) dan menganjurkan para sahabat untuk juga melakukannya. Para sahabat pun berkata : Wahai Rasulullah, sesungguhnya itu adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang yahudi dan nashara. Maka Rasulullah r bersabda : Jika tahun depan insya Allah kita akan puasa tanggal 9 juga. Abdullah bin Abbas berkata : Tidaklah datang tahun depan melainkan Rasulullah r telah meninggal dunia. (HR.Muslim)
3. Apakah semua produk dari orang kafir jika kita gunakan termasuk ke dalam tasyabbuh yang terlarang?
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu berkata:
الواجب على المسلمين وعلى المؤمنين أن يبتعدوا عن التشبه بأعداء الله في جميع الأمور، وأن يستقلوا بأنفسهم في جميع أمورهم حتى يتميزوا عن عدوهم وحتى يعرفوا أينما كانوا بزيهم وطرائقهم وعاداتهم الإسلامية وأعمالهم الإسلامية ، لكن لو وجد شيء مشترك بأن فعله المسلمون والكافرون فلا يسمى هذا تشبهاً كما وقع الآن في ركوب الطائرات وركوب السيارات والقطارات، كانت هذه أول عند أعداءنا ثم يسر الله لنا الانتفاع بها، فهذا صار الآن مشتركاً ليس فيه تشبهاً بأعداء الله، ولا يمنع استعمالهم لهذه الطائرات أو لهذه القطارات أو السيارات أن نستعملها. وهكذا ما حدث من القوات التي يستعان بها في الحرب للمسلمين أن يأخذوها حتى يدافعوا بها عن دينهم وعن بلادهم، وحتى يعملوا بقوله تعالى: وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ [(60) سورة الأنفال]. فالأمور التي للمسلمين فيها نفعٌ يجوز أن يأخذها من عدوهم ولا يسمى تشبهاً لما فيه من الإعداد والنفع العام للمسلمين، وهكذا الأشياء التي اشترك فيها المسلمون وصارت من عادة الجميع لا يكون فيها تشبه، وإنما التشبه ما اختصوا به وصار من زيهم
Wajib bagi kaum muslimin dan mukminin untuk mereka menjauhi tasyabbuh dengan musuh-musuh Allah dalam segala hal. Dan agar mereka memiliki identitas sendiri dalam segala urusan mereka hingga bisa terbedakan dari musuh-musuh mereka dan dikenal dimana saja mereka berada dengan ciri, metode serta adat dan amal keislaman mereka. Akan tetapi jika ada sesuatu yang musytarak/sama-sama dilakukan oleh kaum muslimin dan orang-orang kafir maka ini tidak dinamakan sebagai tasyabbuh. Sebagaimana sekarang ini (mereka sama-sama) menaiki pesawat terbang, mobil dan kereta api. Memang pertama kali musuh-musuh kita yang menggunakannya kemudian Allah mudahkan kita untuk juga bisa memakainya. Maka hal ini sekarang menjadi sesuatu yang musytarak/sama-sama menggunakan dan ini bukan termasuk tasyabbuh dengan musuh-musuh Allah dan tidak terlarang untuk kaum muslimin menggunakan pesawat terbang, kereta api, atau mobil. Demikian pula dengan alat-alat peperangan maka dibolehkan bagi kaum muslimin untuk menggunakannya dalam rangka membela agama dan negeri mereka. Dan ini termasuk dalam pengamalan firman Allah:
وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا ٱسۡتَطَعۡتُم
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi. (QS. Al-Anfaal : 60)
Hal-hal yang bermanfaat bagi kaum muslimin maka dibolehkan untuk diambil dari musuh-musuh mereka dan ini tidak dinamakan sebagai tasyabbuh karena ini termasuk ke dalam persiapan (menghadapi musuh) dan ada manfaat bagi kaum muslimin. Demikian pula dengan hal-hal yang musytarak dan menjadi kebiasaan semua maka tidak dinamakan tasyabbuh. Tasyabbuh itu hanya dalam hal-hal yang merupakan kekhususan mereka saja.[4]
4. Apakah ada dampak negatif yang nampak dari tasyabbuh dengan orang-orang kafir?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata: Sesungguhnya menyerupai (orang kafir) dalam hal yang dzahir akan mewariskan penyerupaan antara yang menyerupai dan yang diserupai. Dan ini akan menjerumuskan kepada penyerupaan dalam akhlak dan amal perbuatan. Ini suatu hal yang nampak terlihat. Sesungguhnya orang yang memakai pakaian para ulama maka dia mendapati dalam dirinya bentuk penyerupaan dengan mereka. Dan orang yang memakai pakaian tentara dia akan mendapati dalam jiwanya rasa meniru mereka. [5]
5. Bagaimana sikap orang muslim ketika hari raya orang-orang kafir?
Allah berfirman ketika mensifati ‘ibadurrahman (hamba-hamba-Nya yang beriman):
وَٱلَّذِينَ لَا يَشۡهَدُونَ ٱلزُّورَ
Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perayaan orang-orang musyrikin/kafirin (QS. Al-Furqan : 72)
Sebagaimana yang ditafsirkan oleh para ulama salaf seperti Mujahid, Adh-Dhahhak dan yang lainnya.[6]
—————————————–
[1] Ditulis oleh Abu Nafisah Abdurrahman Thoyyib.
[2] Lihat kutaib Al-Wala’ wa Al-Bara’ hal.9.
[3] Idem.
[4] Lihat transkip rekaman ceramah Syaikh Abdul Aziz Bin Baz di web resmi beliau dengan judul Hukmu At-Tasyabbuh bi Al-Kuffar wa Al-Fusaaq.
[5] Iqtidha’ Ash-Shirathul Mustaqim 1/93.
[6] Idem 1/480.