[Serial Aqidah #7] AQIDAH IMAM BUKHARI
Aqidah Imam Bukhari –rahimahullahu-[1]
Imam Bukhari rahimahullahu berkata: Aku telah berjumpa dengan lebih dari seribu ulama di Hijaz, Makkah, Madinah, Kufah, Bashrah, Wasith, Baghdad, Syam, dan Mesir. Aku sering berjumpa dengan mereka dari tahun ke tahun…Aku tidak pernah melihat seorang pun dari mereka berselisih pendapat tentang masalah berikut ini:
1. Sesungguhnya agama (iman) itu adalah ucapan dan perbuatan. Yang demikian itu karena Allah berfirman:
وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَٲلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. Al-Bayyinah : 5)
2. Sesungguhnya Al-Qur’an adalah kalamullah bukan makhluk, karena Allah berfirman:
إِنَّ رَبَّكُمُ ٱللَّهُ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضَ فِى سِتَّةِ أَيَّامٍ۬ ثُمَّ ٱسۡتَوَىٰ عَلَى ٱلۡعَرۡشِ يُغۡشِى ٱلَّيۡلَ ٱلنَّہَارَ يَطۡلُبُهُ ۥ حَثِيثً۬ا وَٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَ وَٱلنُّجُومَ مُسَخَّرَٲتِۭ بِأَمۡرِهِ
Sesungguhnya Rabb kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia tinggi di atas ‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. (QS. Al-A’raaf : 54)
Kemudian Sufyan bin ‘Uyainah berkata: Lalu Allah membedakan antara penciptaan dan perintah-Nya dengan firman-Nya:
أَلَا لَهُ ٱلۡخَلۡقُ وَٱلۡأَمۡرُۗ
Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Rabb semesta alam. (QS. Al-A’raaf : 54)
3. Sesungguhnya kebaikan dan kejelekan itu dengan takdir Allah, karena Allah berfirman:
قُلۡ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلۡفَلَقِ
مِن شَرِّ مَا خَلَقَ
Katakanlah: “Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya. (QS. Al-Falaq : 1-2)
وَٱللَّهُ خَلَقَكُمۡ وَمَا تَعۡمَلُونَ
Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu”. (QS. Ash-Shaafaat : 96)
إِنَّا كُلَّ شَىۡءٍ خَلَقۡنَـٰهُ بِقَدَرٍ۬
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut takdir/ukuran. (QS. Al-Qamar : 49)
4. Mereka (Ahlussunnah wal Jama’ah) tidak mengkafirkan seorang pun dari ahli kiblat (kaum muslimin) karena perbuatan dosa. Allah berfirman:
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَغۡفِرُ أَن يُشۡرَكَ بِهِۦ وَيَغۡفِرُ مَا دُونَ ذَٲلِكَ لِمَن يَشَآءُۚ
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (QS. An-Nisa’ : 48)
5. Aku tidak pernah melihat seorang pun dari mereka yang mencela para sahabat Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: Mereka diperintahkan untuk beristighfar bagi para sahabat, seperti yang telah Allah firmankan:
وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعۡدِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لَنَا وَلِإِخۡوَٲنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلۡإِيمَـٰنِ وَلَا تَجۡعَلۡ فِى قُلُوبِنَا غِلاًّ۬ لِّلَّذِينَ ءَامَنُواْ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌ۬ رَّحِيمٌ
Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr : 10)
6. Mereka melarang dari kebid’ahan yaitu apa saja (dari urusan agama) yang tidak pernah dilakukan/diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Allah berfirman:
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعً۬ا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai. (QS. Ali-Imran : 103)
وَإِن تُطِيعُوهُ تَهۡتَدُواْۚ
Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. (QS. An-Nuur : 54)
7. Mereka menyeru kepada apa yang telah diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para pengikut beliau. Sebagaimana yang telah Allah firmankan:
وَأَنَّ هَـٰذَا صِرَٲطِى مُسۡتَقِيمً۬ا فَٱتَّبِعُوهُۖ وَلَا تَتَّبِعُواْ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمۡ عَن سَبِيلِهِۦۚ ذَٲلِكُمۡ وَصَّٮٰكُم بِهِۦ لَعَلَّڪُمۡ تَتَّقُونَ
Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (QS. Al-An’aam : 153)
8. Kita tidak boleh memberontak kepada pemimpin kaum muslimin, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ثلاث لا يغل عليهن قلب مسلم: إخلاص العمل لله، ومناصحة أئمة المسلمين، ولزوم جماعتهم، فإن الدعوة تحيط من ورائهم
Ada tiga hal yang hati seorang muslim tidak dengki terhadapnya : Mengikhlaskan amal karena Allah, mentaati pemimpin kaum muslimin, dan berpegang teguh dengan jamaah mereka, karena doa mereka meliputi semuanya. (HSR. Tirmidzi)
Kemudian Allah menguatkan dengan firman-Nya:
أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِى ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ
Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. (QS. An-Nisa’ : 59)
Dan kita dilarang untuk memerangi umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Fudhail bin ‘Iyadh berkata: Seandainya aku punya satu doa mustajab, maka tidaklah aku tujukan melainkan untuk pemimpin kaum muslimin, karena seorang pemimpin jika dia baik maka akan aman negeri dan penduduknya.
——————————————–
[1] Diterjemahkan dari kitab Syarhu Ushul I’tiqad Ahlissunnah wal Jama’ah 1/193-197 oleh Imam Al-Lalika’i dengan sedikit ringkasan di awal muqaddimah.