DOKTOR = ULAMA?
DOKTOR = ULAMA?[1]
Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu berkata: Para doktor (agama) tapi tidak tahu aqidah salafiyah, tidak tahu aqidah shahihah. Banyak orang meremehkan masalah ini, mereka menjadi hakim dan dosen akan tetapi mereka tidak paham aqidah salafiyah, tidak paham aqidah shahihah. Mereka meremehkan masalah pondasi (agama), ilmu tentang aqidah dan mereka tidak memberikan hak (ilmu aqidah) selayaknya. Mereka tidak mempelajari, mendalami serta tidak bisa menghilangkan syubhat, namun mereka telah menyandang gelar doktor padahal mereka nol dalam masalah aqidah.
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu berkata di dalam kitab Adh-Dha’ifah no.39: Pada kesempatan ini saya menasehatkan kepada para pembaca yang mulia agar pada zaman ini tidak terlalu percaya kepada setiap apa yang ditulis di dalam sebagian majalah yang masyhur atau kitab yang best seller dari karya ilmiah islamiyah khususnya dalam bidang hadits melainkan yang memang penulisnya sudah terpecaya akan agama dan ilmu serta spesialisasinya. Sungguh banyak para penulis di zaman ini yang tertipu terutama yang menyandang gelar DOKTOR.
Beliau juga berkata di dalam kitab Difa’ ‘An Al-Hadits An-Nabawi: Gelar akademik yang tinggi yang mereka namakan dengan DOKTORAL tidaklah memberikan kepada pemiliknya ilmu, keahlian serta adab.
Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid rahimahullahu berkata di dalam risalah Taghrib Al-Alqaab Al-Ilmiyah hal. 18-19: Sesungguhnya fenomena ini semakin terasa pahit ketika gelar asing ini dijadikan oleh manusia sebagai penjunjung kedudukan orang di mata masyarakat serta dijadikan sebagai barometer dan timbangan keilmuan. Meskipun terkadang hanya seperti drama dan sandiwara belaka. Namun orang yang lebih tinggi ilmu dan lebih kokoh serta lebih lurus pemikirannya tidak mendapatkan kedudukan tersebut karena tidak bergelar doktor. Oleh karenanya, sebagian besar dari kaum muslimin pada hari ini hidup di atas kertas berstempel (gelar DOKTOR). Barangsiapa yang mencermati maka dia akan mengetahui.
Syaikh Ali Ath-Thantawi rahimahullahu berkata: Aku tidak mencela ijazah dan tidak menghina gelar Doktor. Akan tetapi, ketika gelar itu sudah banyak dan berceceran dimana-mana maka dia itu semakin murah dan kurang berharga hingga diperoleh oleh orang yang bangkrut (jahil). Namun tidak sampai tergambar olehku bahwa (penyandang) gelar tersebut akan serendah ini. Meskipun saya tahu ada ulama yang juga bergelar doktor dan mereka mendapatkannya dengan haq. Dan memang itu adalah syahadat (ijazah) yang haq bukan syahadah yang palsu. Akan tetapi, ada sebagian dari manusia yang memperolehnya dengan batil.
Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi hafidzahullahu berkata: Berapa banyak para doktor tidak mendapatkan dari gelarnya tersebut melainkan separuh namanya saja: Dok – Tor.
——————————————
[1] Diringkas dan diterjemahkan dari makalah yang berjudul Ad-Dukturah Laisat Wahdahah Miqyaas Al-Ilmi oleh Abu Mu’awiyah Al-Bairuti. Lihat http://kulalsalafiyeen.com.