40 HADITS TENTANG TARBIYAH DAN MANHAJ (Hadits ke-5)
40 HADITS TENTANG TARBIYAH DAN MANHAJ (Hadits ke-5) [1]
: عن أنس بن مالك -رضي الله عنه- يقول
(جاء ثلاثة رهط إلى بيوت أزواج النبي -صلى الله عليه وسلم- يسألون عن عبادة النبي -صلى الله عليه وسلم- فلما أخبروا كأنهم تقالّوها فقالوا: أين نحن من النبي -صلى الله عليه وسلم-؟ قد غفر الله له ما تقدم من ذنبه وما تأخر، قال أحدهم: أما أنا فإني أصلي الليل أبدا وقال آخر: أنا أصوم الدهر ولا أفطر وقال آخر: أنا أعتزل النساء فلا أتزوج أبدا. فجاء رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقال: أنتم الذين قلتم كذا وكذا؟ أما والله إني لأخشاكم لله وأتقاكم له، لكني أصوم وأفطر وأصلي وأرقد وأتزوج النساء فمن رغب عن سنتي فليس مني) أخرجه الشيخان
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Ada tiga orang mendatangi rumah para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya tentang ibadahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika mereka telah dikabari, seolah-olah mereka menggangap sedikit ibadahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka berkata: Dimanakah kita dari kedudukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam? Allah telah mengampuni dosa beliau yang terdahulu maupun yang akan datang. Salah seorang dari mereka berkata: Adapun aku maka akan shalat malam terus. Dan yang kedua berkata: Aku akan puasa sepanjang waktu tidak akan berbuka. Dan yang ketiga berkata: Aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selama-lamanya. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mendatangi mereka seraya bersabda: Apakah kalian yang mengatakan ini dan itu? Adapun aku maka demi Allah adalah orang yang paling takut kepada Allah dan yang paling bertakwa kepada-Nya. Akan tetapi aku berpuasa namun juga berbuka dan aku shalat malam namun juga tidur dan aku menikahi perempuan-perempuan. Barangsiapa yang tidak suka dengan sunnahku maka dia bukan dari golonganku. (HR. Bukhari dan Muslim)
Syarah hadits:
1. Ucapan Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu: Mereka bertanya tentang ibadahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini menunjukkan antusias para pemuda dari kalangan para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengikuti jejak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2. Ucapan Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu: Seolah-olah mereka menganggap sedikit ibadah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini menunjukkan bahwa ukuran (kebaikan/kebenaran) itu dilihat dari kualitas bukan kuantitas.
3. Ucapan Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu: Salah seorang dari mereka berkata: Adapun aku maka akan shalat malam terus. Dan yang kedua berkata: Aku akan puasa sepanjang waktu tidak akan berbuka. Dan yang ketiga berkata: aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selama-lamanya.
Ini menunjukkan bahwa anggapan baik yang berdasarkan logika terhadap suatu amalan tidaklah menjadikannya disyariatkan kecuali kalau dibenarkan oleh syariat.
4. Ucapan Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Apakah kalian yang mengatakan ini dan itu?.
Ini menunjukkan metode yang lurus dalam mengkroscek suatu berita.
5. Sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam: Adapun aku maka demi Allah adalah orang yang paling takut kepada Allah dan yang paling bertakwa kepada-Nya.
Ini menunjukkan bolehnya merekomendasi diri sendiri jika ada kemaslahatannya.
6. Sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam: Barangsiapa yang tidak suka dengan sunnahku maka dia bukan dari golonganku.
Imam Asy-Syatibi rahimahullahu berkata: Ungkapan ini adalah yang paling keras dalam mengingkari. Tidaklah mereka melazimkan untuk diri mereka melainkan perbuatan yang dianjurkan atau meninggalkan yang dianjurkan kepada perbuatan lain yang dianjurkan pula. (Al-I’tisham 2/196)
Ini menunjukkan bahwa berpegang teguh dengan sunnah tidak akan terwujud kecuali dengan mengikuti tata cara Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan banyaknya amalan tidaklah membantu pelakunya jika tidak mengikuti tuntunan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.
————————————————
[1] Kitab Arba’un Hadiitsan Fi At-Tarbiyah wa Al-Manhaj oleh Syaikh DR. Abdul Aziz bin Muhammad As-Sadhan.