KELOMPOK SESAT SURURI ENGGAN MENGAJAR KITAB AQIDAH SALAF
Diantara syubhat/kerancuan yang dilontarkan oleh Muhammad Surur bin Naayif Zainal Abidin (pendiri kelompok sesat Sururiyah) dan hal ini juga merupakan salah satu yang menunjukkan akan penyimpangannya dari dakwah salafiyah (meskipun dia masih mengaku sebagai pengikut dakwah salafiyah[1]) adalah ucapannya dalam kitabnya Manhaj al-Anbiya’ fi ad- Dakwah illallah 1/8 :
“Aku perhatikan dalam kitab-kitab aqidah (yaitu aqidah salaf), maka aku dapatkan bahwa kitab-kitab tersebut ditulis bukan pada zaman kita, dan kitab-kitab tersebut adalah solusi bagi problematika yang ada pada zaman ditulisnya kitab-kitab tersebut, tapi zaman ini memiliki problematika yang membutuhkan solusi baru. Kemudian juga, metode kitab-kitab aqidah tersebut kering, karena yang ada hanya nash-nash dan hukum-hukum, oleh sebab itu kebanyakan para pemuda berpaling dan tidak menyukainya[2]”.
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafidzahullahu mentahdzir dan membantah ucapan Muhammad Surur diatas dengan ucapan beliau: Orang ini (yaitu Muhammad Surur) dengan ucapannya tersebut menyesatkan para pemuda dan memalingkan mereka dari kitab-kitab aqidah shahihah dan kitab-kitab salaf. Dia mengarahkan para pemuda kepada pemikiran-pemikiran baru dan kitab-kitab baru yang membawa syubhat.
Kitab-kitab aqidah menurut Muhammad Surur itu keburukannya ada pada nash-nash dan hukum-hukum, di dalamnya hanya ada firman Allah dan sabda Rasul-Nya. Sedangkan dia menginginkan pendapat fulan dan fulan, tidak menginginkan nash-nash dan hukum-hukum (dalam kitab aqidah tersebut).
Maka wajib bagi kalian untuk menjauh dari bisikan-bisikan yang bathil ini.[3]
——————————————
[1] Alangkah banyaknya sekarang orang-orang bahkan dai yang mengaku ikut dakwah salafiyah tapi justru merongrong aqidah dan manhaj salaf, seperti mempersoalkan dakwah tauhid sebagai prioritas utama dakwah, membolehkan gotong royong dengan ahli bid’ah dalam urusan dakwah, melarang orang untuk mendoakan pemimpin dengan kebaikan dan lain sebagainya.
[2] Ada pula yang beralasan karena kitab aqidah salaf itu keras, bahasanya kasar dan tidak lemah lembut atau belajar aqidah tauhid tidak harus lewat kitab-kitab aqidah tersebut (Kalimatu haqqin Urida Biha Baathil). Na’udzu billahi min dzalika.
[3] Al-Ajwibah Al-Mufidah ‘An As-ilah Al-Manaahij Al-Jadidah hal.51-55.