WEJANGAN SEPUTAR POLITIK (Edisi 4)
⚫Pelopor Dakwah Lewat Kubangan Politik [1]
Jamaluddin Al-Afghani[2] adalah da’i pertama yang masuk ke kubangan politik.
Kalau sekarang kita mau melihat kepada sejarah dan bertanya: Kapan awal masuknya da’i ke kubangan politik? Kapan dimulai prioritas da’i untuk masuk ke kubangan politik baik dari kalangan ahlussunnah wal jama’ah atau yang di atas bid’ah dan khurafat? Kapan awal dari semua ini?
Pada hakikatnya, kalau kita melihat ke sejarah maka kita akan mendapatkan benih pertama yang memasukkan program dakwah ke dalam kubangan politik adalah Jamaluddin Al-Afghani yang meninggal tahun 1896 M.
Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh para sejarawan, dialah orang pertama yang mempelopori dakwah lewat kubangan politik. Dia mengerahkan segala daya dan upayanya untuk berkampanye tentang politik dan pemerintahan. Dia memiliki banyak tulisan, safari dakwah, dan program-program dakwah di dalam kubangan politik. Dan dia secara asal bukan termasuk dari ahlusunnah wal jama’ah dan bukan diatas jalan yang lurus[3].
⚫ Pengaruh Jamaluddin Al-Afghani terhadap Muhammad Abduh
Jamaluddin Al-Afghani dianggap sebagai da’i Islam pada saat itu. Dan Muhammad Abduh selalu mendampinginya dan dia pun terpengaruh dengannya. Muhammad Abduh adalah murid dari Jamaluddin Al-Afghani dan dia adalah pengikut setianya.
Muhammad Abduh meninggal tahun 1905 M. Dan dia betul-betul terpengaruh dengan Jamaluddin Al-Afghani. Dia mendirikan majalah Al-Urwa Al-Wutsqa. Dan dia sering berbicara politik serta menjadi komentator politik pemerintahan dan negara serta politik lainnya. Dia habiskan kebanyakan usia dan waktunya untuk politik.
Metode reformasi yang ditempuh oleh Muhammad Abduh pada hakikatnya adalah metode yang dijalankan oleh Jamaluddin Al-Afghani. Dan dia punya andil dalam revolusi serta mendukungnya. Bahkan Muhammad Abduh dan selainnya termasuk tokoh revolusi tersebut.
Pada hakikatnya, setelah melewati pengalaman pahit sebagai da’i yang berpolitik, dia pun merubah arah dalam hidupnya. Dia berpendapat -setelah pengalaman tersebut- bahwa yang paling bermanfaat bagi kaum muslimin untuk melawan penjajahan serta kediktatoran penguasa dan lainnya adalah reformasi pendidikan. Oleh karena itu, dia menyesal pada akhir hayatnya dikarenakan dia menyia-nyiakan hidupnya dengan berpolitik[4]. Dia pun mengucapkan kata-kata yang masyhur sebagai bentuk celaan terhadap para da’i yang masuk ke kubangan politik: Aku berlindung kepada Allah dari politik, dari kata-kata “politik”, dari makna politik, dari setiap huruf yang terkandung dalam politik, dari segala bisikan hatiku yang berkaitan dengan politik, dari setiap jengkal tanah yang ada politik di dalamnya, dari setiap syaikh/ustadz yang berbicara politik atau yang belajar politik, yang mencintai politik, pakar politik dan dari semua kata yang berbau politik.[5]
[1] Yang dimaksud disini adalah politik yang tidak syar’i, maka jangan gagal paham !
[2] Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullahu ketika ditanya tentang Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad Abduh Al-Misri berkata: Keduanya termasuk imam-imam kesesatan. (Tuhfatu Al-Mujiib hal 211)
[3] Apakah anda yang mengaku sebagai da’i salafi ingin mengikuti jejak ahli bid’ah atau imam kesesatan?
[4] Apakah anda yang mengaku sebagai da’i salafi masih mau berpolitik atau ingin menjadi pengamat/peramal politik? Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: Orang yang berbahagia adalah yang bisa mengambil pelajaran dari orang lain. (HR. Muslim)
[5] Diringkas dan diterjemahkan dari makalah yang berjudul Al-‘amal As-Siyasi Wa Atsaruhu ‘ala ad-dakwah wa ad-da’i oleh Syaikh DR. Faishal bin Qazzaz Al-Jasim.