IMAM ABUL HASAN AL-ASY’ARI BERMADZHAB WAHABI SALAFI?!
Imam Abul Hasan Al-Asy’ari rahimahullahu berkata [1] ketika menyebut ijma’ para ulama salaf: “Kita akan sebutkan sekarang ijma’ ulama salaf dalam masalah prinsip-prinsip agama….ijma’ kesembilan… Dan bahwasanya Allah di atas langit di atas ‘Arsy-Nya bukan di bumi. Hal ini berdasarkan firman Allah:
ءَأَمِنتُم مَّن فِي ٱلسَّمَآءِ أَن يَخۡسِفَ بِكُمُ ٱلۡأَرۡض
“Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan menjungkir balikkan bumi bersama kamu?” (QS. Al-Mulk: 16)
إِلَيۡهِ يَصۡعَدُ ٱلۡكَلِمُ ٱلطَّيِّبُ وَٱلۡعَمَلُ ٱلصَّٰلِحُ يَرۡفَعُهُ
“Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang shalih dinaikkan (kepada)-Nya” (QS. Fathir: 10)
ٱلرَّحۡمَٰنُ عَلَى ٱلۡعَرۡشِ ٱسۡتَوَىٰ
“(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang tinggi di atas ‘Arsy.” (QS. Thaha: 5)
Tidaklah makna istiwa’ itu istiilaa’ (menguasai) seperti yang diucapkan oleh kelompok Al-Qadar (Jahmiyah Mu’tazilah) karena Allah senantiasa berkuasa atas segala sesuatu”.
Beliau juga berkata di kitabnya yang lain [2]: Bab ketujuh (Istiwa’ di atas ‘Arsy): “Jika ada yang berkata: Apa pendapat anda tentang Istiwa’? Maka dikatakan kepadanya: Kami mengatakan bahwa Allah tinggi di atas ‘Arsy-Nya sesuai dengan kebesaran-Nya… sebagaimana yang telah Allah firmankan:
ٱلرَّحۡمَٰنُ عَلَى ٱلۡعَرۡشِ ٱسۡتَوَىٰ “(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang tinggi di atas ‘Arsy.” (QS. Thaha: 5)
إِلَيۡهِ يَصۡعَدُ ٱلۡكَلِمُ ٱلطَّيِّبُ وَٱلۡعَمَلُ ٱلصَّٰلِحُ يَرۡفَعُهُ
“Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang shalih dinaikkan (kepada)-Nya” (QS. Fathir: 10)
بَل رَّفَعَهُ ٱللَّهُ إِلَيۡهِۚ “Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya” (QS. An-Nisa’: 158)
يُدَبِّرُ ٱلۡأَمۡرَ مِنَ ٱلسَّمَآءِ إِلَى ٱلۡأَرۡضِ ثُمَّ يَعۡرُجُ إِلَيۡه
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya” (QS. As-Sajdah: 5)
Allah berfirman menceritakan tentang Fir’aun:
وَقَالَ فِرۡعَوۡنُ يَٰهَٰمَٰنُ ٱبۡنِ لِي صَرۡحٗا لَّعَلِّيٓ أَبۡلُغُ ٱلۡأَسۡبَٰبَ أَسۡبَٰبَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ فَأَطَّلِعَ إِلَىٰٓ إِلَٰهِ مُوسَىٰ وَإِنِّي لَأَظُنُّهُۥ كَٰذِبٗاۚ “Dan berkatalah Fir’aun: “Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta”. (QS. Ghafir: 36-37)
Fir’aun mendustakan ucapan Musa ‘alaihi ash-shalatu wa as-salam bahwa Allah di atas langit….”
Beliau juga berkata di kitabnya yang lain lagi [3]: “Aqidah Ahlul Hadits dan As Sunnah… bahwasanya Allah di atas ‘Arsy-Nya sebagaimana yang telah Allah firmankan:
ٱلرَّحۡمَٰنُ عَلَى ٱلۡعَرۡشِ ٱسۡتَوَىٰ
“(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang tinggi di atas ‘Arsy.” (QS. Thaha: 5)
Dan bahwasanya Allah memiliki dua tangan tapi tidak boleh dibayang-bayangkan seperti yang telah Allah firmankan:
قَالَ يَٰٓإِبۡلِيسُ مَا مَنَعَكَ أَن تَسۡجُدَ لِمَا خَلَقۡتُ بِيَدَيَّۖ
Allah berfirman: “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. (QS. Shad: 75)
Dan bahwasanya Allah memiliki dua mata tapi tidak boleh dibayang-bayangkan sebagaimana Allah berfirman:
تَجۡرِي بِأَعۡيُنِنَا جَزَآءٗ
“Yang berlayar dengan pemeliharaan mata Kami” (QS. Al-Qamar: 14)
Dan bahwasanya Allah memiliki wajah sebagaimana yang telah Allah firmankan:
وَيَبۡقَىٰ وَجۡهُ رَبِّكَ ذُو ٱلۡجَلَٰلِ وَٱلۡإِكۡرَامِ
“Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar-Rahman: 27).”
————————————–
[1] Risalah ila Ahli Tsaghar hal. 232-234 dengan tahqiq Abdullah Syakir Al-Junaidi cetakan kedua tahun 2002 M /1422 H Maktabah Al-Ulum wa Al-Hikam.
[2] Al-Ibanah ‘An Ushuli Ad-Diyaanah hal. 97-98 tahqiq Basyir Muhammad ‘Uyun cetakan ketiga tahun 1990 M/1411 H Maktabah Darul Bayan dan Maktabah Al-Muayyid.
[3] Maqaalaat Al-Islaamiyyin 1/345 dengan tahqiq Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid cetakan tahun 1990 M/1411 H Maktabah Al-‘Ashriyah.