MENGAPA KHAWARIJ/AHLUL BID’AH YANG DIBANTAH BUKAN KOMUNIS, SEKULER, DAN ATHEIS?! *
- Aku perlu untuk memondasi pembahasanku dengan prinsip ini (yaitu membantah orang yang menyimpang merupakan bagian dari Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Dan ini juga merupakan salah satu prinsip ahlussunnah wal jamaah) karena sebagian orang yang lemah jiwanya dan sedikit ilmunya, dada mereka merasa sesak ketika membaca bantahan (terhadap oknum/kelompok yang menyimpang) dan mereka kira itu lebih dekat kepada sikap wara’ dan menjaga kehormatan/persatuan kaum muslimin. Padahal jika anda lihat dalam sejarah meskipun sekilas, maka anda akan tahu bahwa tidak ada satu masa melainkan ada bantahan atas orang yang menyimpang meskipun yang dibantah itu adalah orang yang istimewa dari kaum muslimin.
- Abu Ali Ad-Daqqâq rahimahullahu mengatakan: “Orang yang diam dari kebenaran maka dia adalah setan yang bisu dan orang yang berbicara dengan kebathilan maka dia adalah setan yang berbicara.”
- Syaikh Bakar Abu Zaid rahimahullahu berkata: “Minimal dikatakan kepada mereka (yang mengatakan jangan memperkeruh perselisihan diantara kaum muslimin) ‘Apakah ahli kebathilan (ahlul bid’ah) itu bisa diam (tidak menyebarkan syubhat/kesesatan mereka) hingga kita juga akan diam. Atau apakah mereka senantiasa menyebarkan aqidah sesat mereka di berbagai media sedangkan kita disuruh diam?’ Demi Allah, kita tidak akan diam. Kami memohon perlindungan kepada Allah agar kaum muslimin tidak tertular hujjah orang-orang Yahudi yang mereka berselisih dalam kitab mereka dan menyelisihi kitab mereka, namun mereka menampakkan persatuan. Allah pun mendustakan mereka di dalam firman-Nya:
تَحۡسَبُهُمۡ جَمِيعٗا وَقُلُوبُهُمۡ شَتَّىٰۚ
Kalian mengira mereka bersatu sedangkan hati mereka berpecah belah. (QS. Al-Hasyr: 14)
Dan (diamnya mereka dari penyimpangan) ini merupakan sebab mereka itu terlaknat. Sebagaimana yang telah Allah firmankan:
كَانُواْ لَا يَتَنَاهَوۡنَ عَن مُّنكَرٖ فَعَلُوهُۚ
Mereka tidak saling melarang dari kemungkaran yang mereka lakukan. (QS. Al-Mâidah: 79)
Oleh karena itu, jika anda melihat ada orang yang membantah oknum yang menyimpang baik karena pendapatnya yang nyeleneh dalam masalah fiqih atau karena ucapan bid’ahnya, maka berterima kasihlah kepadanya atas pembelaannya (terhadap kebenaran) sesuai dengan kemampuannya. Dan jangan dibully/dinyinyiri dengan ucapan yang hina “Kenapa dia tidak membantah orang-orang sekuler? [1].
- Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata: “Menyeru kepada sunnah dan melarang dari bid’ah adalah bentuk amar ma’ruf nahi munkar dan itu termasuk semulia-mulia amal shalih.” [2]
- Tidak selayaknya bagi Al-Jama’at Al-Islamiyyah (kelompok-kelompok sempalan Islam) pada hari ini untuk sesak nafas karena adanya bantahan (terhadap mereka), karena ini merupakan bentuk menegakkan keadilan dan bersaksi untuk Allah yang telah Allah perintahkan, meskipun terhadap diri kita dan saudara-saudara kita sendiri (ikhwanuna kaum muslimin). Allah berfirman: يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُونُواْ قَوَّٰمِينَ بِٱلۡقِسۡطِ شُهَدَآءَ لِلَّهِ وَلَوۡ عَلَىٰٓ أَنفُسِكُمۡ أَوِ ٱلۡوَٰلِدَيۡنِ وَٱلۡأَقۡرَبِينَۚ إِن يَكُنۡ غَنِيًّا أَوۡ فَقِيرٗا فَٱللَّهُ أَوۡلَىٰ بِهِمَاۖ فَلَا تَتَّبِعُواْ ٱلۡهَوَىٰٓ أَن تَعۡدِلُواْۚ وَإِن تَلۡوُۥٓاْ أَوۡ تُعۡرِضُواْ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٗا
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. (QS. An-Nisâ’: 135)
- Seandainya seorang mukmin menginginkan untuk meluruskan (penyimpangan ahlul bid’ah) kemudian dikatakan kepadanya: “Bukan sekarang waktunya, karena orang-orang kafir sedang menyerang! Maka kapan orang itu akan tahu kesalahannya? Dan kapan dia akan meninggalkannya? Dan kapan orang yang sakit akan sehat dan yang lemah menjadi kuat? Dan bukan termasuk wala’/loyalitas kepada kaum mukminin sama sekali jika engkau membantunya dalam kebathilan dengan dalih melawan orang-orang komunis. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Tolonglah saudaramu yang zhalim dan yang dizhalimi. Dikatakan: wahai rasulullah, Orang ini kita tolong ketika dia dizhalimi, bagaimana kita menolongnya ketika dia berbuat zhalim? Rasul menjawab: Cegahlah dia dari berbuat kezhaliman. (HR. Bukhari)
- Membantah orang yang menyimpang merupakan bentuk pembelaan terhadap Islam dari dua segi/arah:
- Dari ancaman eksternal yaitu dari orang kafir yang juga menyerang aqidah.
- Dari ancaman internal yaitu kelompok-kelompok sempalan Islam. Maka ahlussunnah mengembalikan mereka kepada Al-Quran dan As-Sunnah (dengan pemahaman salafush shalih).
- Jika ada yang berkata “kalian mengarahkan anak panah (bantahan) kalian kepada saudara-saudara kalian, sedangkan orang-orang sekuler dan komunis sangat antusias untuk menyebarkan perselisihan diantara kalian”. Maka Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata: “Sesunggunya mensucikan jalan Allah, agama-Nya, manhaj-Nya serta syariat-Nya dan membantah keekstriman ahlul bid’ah serta permusuhan mereka merupakan wajib kifayah, menurut kesepakatan kaum muslimin. Seandainya Allah tidak mengutus mereka untuk menolak bahaya ahlul bid’ah, maka akan rusak agama ini. Dan kerusakannya lebih dahsyat daripada kerusakan yang ditimbulkan oleh musuh dari luar (orang-orang kafir). Karena para penjajah dari luar jika telah berkuasa, maka mereka tidak akan merusak hati dan agama melainkan pada tahap akhir. Adapun mereka (ahlul bid’ah) jika telah berkuasa, maka mereka akan merusak hati di tahap awal/permulaan.” [3]
- Syaikh Muhammad Al-Basyir Al-Ibrahimi (ulama besar ahlussunnah di Al-Jazair) rahimahullahu berkata: “Sesungguhnya tidaklah salah jika engkau mengatakan bahwa menyebarnya khurafat dan kesesatan tarekat-tarekat di tengah umat Islam memiliki andil besar dalam menyebarnya ajaran atheis diantara anak-anak kaum muslimin yang belajar ala orang-orang Eropa, yang mereka jahil terhadap (Islam yang murni). Sejak kecil mereka terdoktrin dengan berbagai kesesatan tarekat yang diklaim merupakan bagian dari agama Islam. Dan orang-orang yang mengajari mereka itu dianggap sebagai tokoh agama. Ketika ilmu dan pemikiran mereka sudah modern, maka ilmu dan pemikiran mereka tidak bisa menerima ajaran khurafat tersebut dan mereka pun mengingkarinya secara haq, adil, dan sekaligus mereka mengingkari agama ini dengan zhalim dan jahil. Inilah kejahatan tarekat terhadap agama. Bukankah ini berarti bahwa membantah mereka itu merupakan bentuk membantah salah satu sisi ajaran atheis dan memotong mata rantainya?!” [4]
- Musuh dari luar tidak akan masuk menyerangmu di rumahmu kecuali jika pintu/jendela rumahmu terbuka atau rapuh (ada celah). Dan kelompok-kelompok sempalan Islam itulah yang merupakan celah bagi orang-orang kafir. Tidakkah kaum muslimin ingat/tahu bagaimana bantuan orang-orang tasawwuf terhadap orang-orang kafir dalam menjajah negeri-negeri kaum muslimin.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata tentang Syiah Rafidhah: “Mereka senantiasa menolong orang-orang kafir dalam memerangi kaum muslimin. Sungguh kita dan juga kaum muslimin telah melihat sendiri ketika kaum muslimin diserang oleh orang-orang kafir maka mereka (orang-orang Syiah Rafidhah) bersama orang-orang kafir dalam memerangi kaum muslimin. Sebagaimana yang terjadi pada Raja Kafir Tartar yaitu Jengiskhan yang dibantu oleh Syiah Rafidhah.”
- Oleh karena itulah, para imam-imam kita itu lebih paham (dalam masalah ini) hingga mereka pun tidak basa-basi (dalam membantah) orang-orang yang menyimpang dari manhaj salaf. Bahkan mereka menganggap hal ini merupakan bentuk jihad yang terbesar.
- Yahya bin Yahya (guru dari Imam Bukhari dan Muslim) berkata: “Membela sunnah lebih mulia daripada jihad.” [5]
- Imam Al-Humaidi (guru dari Imam Bukhari) berkata: “Demi Allah, aku lebih suka memerangi orang-orang yang menolak hadits rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam daripada aku memerangi orang-orang kafir.” [6]
- Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu berkata: “Memerangi Khawarij lebih mulia menurutku daripada memerangi orang-orang kafir.” [7]
- Ibnu Hubairah berkata: “Dalam hadits (yang diriwayatkan oleh Abu Sa’id Al Khudri tentang memerangi Khawarij) terdapat penjelasan bahwa memerangi kelompok Khawarij lebih utama daripada memerangi orang-orang musyrikin/kafirin. Diantara hikmahnya adalah bahwa memerangi Khawarij merupakan bentuk menjaga modal usaha Islam sedangkan memerangi orang musyrik/kafir itu bentuk mengejar keuntungan. Menjaga modal usaha lebih diutamakan daripada mengejar keuntungan.” [8]
[*] Diringkas dari kitab Sittu Durar Min Ushûl Ahli Al-Atsar 109-120 oleh Syaikh Abdul Malik Ramadhani.
[1] Ar-Raddu ‘ala Al-Mukhâlif min Ushûl Al-Islâm hal. 57 oleh Syaikh Bakar Abu Zaid.
[2] Minhâj As-Sunnah 5/253 oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
[3] Majmû’ Fatâwa 28/232.
[4] Âtsâr Muhammad Al-Basyîr Al-Ibrâhîmi 1/132-133.
[5] Majmû’ Fatâwa 4/13.
[6] Dzammul Kalâm 228 oleh Al-Harwi.
[7] Al-Mushannaf 15/331 oleh Ibnu Abi Syaibah.
[8] Fathu Al-Bâri 12/301 oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani.