AQIDAH SYAIKH ABDUL QADIR AL-JAELANI RAHIMAHULLAH TENTANG SUNNAH DAN BID’AH (Edisi Terakhir)
Syaikh Abdul Qadir Al-Jaelani rahimahullahu berkata:
- Orang beriman yang berakal (sehat) seharusnya dia mengikuti (Sunnah) dan tidak berbuat bid’ah (hal-hal yang baru dalam urusan agama yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dan para sahabat). Tidak boleh berlebih-lebihan, ekstrim, dan mengada-ada (dalam urusan agama yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dan para sahabat) agar dia tidak sesat, salah dan binasa. Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu berkata: Ikutilah (Sunnah Rasul dan para sahabat) dan jangan berbuat bid’ah karena kalian telah dicukupi.
2. Wajib bagi seorang mukmin untuk ittiba’/mengikuti Sunnah dan Jamaah. Sunnah adalah apa yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dan Jamaah adalah apa yang telah disepakati oleh para sahabat Rasulullah ﷺ pada saat kekhilafahan empat Khulafaur Rasyidin -semoga rahmat Allah tercurah atas mereka-.
3. Tidak boleh mendukung dan menolong ahlul bid’ah, tidak mengucapkan salam atas mereka, karena Imam kita yaitu Ahmad bin Hambal rahimahullahu berkata: Barangsiapa yang mengucapkan salam kepada ahlul bid’ah maka berarti dia cinta kepadanya. Hal ini karena Rasulullah ﷺ bersabda: Tebarkan salam diantara kalian maka kalian akan saling mencintai. (HR. Muslim)
Tidak boleh bermajelis (ilmu) dengan mereka, tidak boleh mendekat kepada mereka, tidak boleh mengucapkan selamat hari raya dan waktu-waktu kegembiraan (mereka). Tidak boleh ikut menshalati jenazah mereka dan tidak boleh mendoakan mereka dengan rahmat (rahimahumullahu) ketika disebut nama mereka. Bahkan (wajib) menjauhi mereka dan memusuhi mereka karena Allah. Dan meyakini akan kebatilan madzhab ahlul bid’ah serta mengharapkan pahala besar (dari Allah) dengannya.
4. Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullahu berkata: Barangsiapa yang mencintai ahlul bid’ah maka Allah akan membatalkan amal ibadahnya dan akan Allah cabut cahaya keimanan dari hatinya. Apabila Allah mengetahui seseorang itu membenci ahlul bid’ah maka aku berharap Allah mengampuni dosa-dosanya meskipun sedikit amal perbuatannya. Jika engkau melihat ahlul bid’ah melewati suatu jalan maka carilah jalan yang lain.
Beliau rahimahullahu juga berkata: Aku mendengar Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullahu berkata: Barangsiapa yang mengikuti jenazah ahlul bid’ah maka senantiasa dia dalam kemurkaan Allah sampai dia pulang.
5. Dan sungguh Nabi ﷺ melaknat ahlul bid’ah. Beliau bersabda: Barangsiapa yang membuat kebid’ahan atau melindungi kebid’ahan maka baginya laknat Allah, laknat para malaikat dan laknat semua manusia. Allah tidak akan menerima darinya amalan yang wajib maupun Sunnah. (HR. Bukhari & Muslim)
6. Abu Ayyub As-Sakhtiyaani rahimahullahu berkata: Jika engkau menyampaikan Sunnah Rasul kepada seseorang lalu dia berkata: Jangan engkau menyampaikan hadits tapi sampaikan Al-Quran saja, maka ketahuilah dia adalah orang yang sesat.
7. Ketahuilah bahwa Ahlul bid’ah memiliki ciri-ciri yang dengannya mereka diketahui (untuk dijauhi).
- Ciri ahlul bid’ah adalah celaan mereka kepada ahlul atsar (Ahlussunnah/Salafiyyin yang sejati).
- Ciri kelompok zindiq adalah penamaan mereka terhadap Ahlul Atsar dengan hasyawiyah (orang-orang pinggiran/rendahan). Mereka ingin untuk menjatuhkan kedudukan Sunnah.
- Ciri kelompok Qadariyah adalah penamaan mereka terhadap Ahlul Atsar dengan Mujbirah (Jabariyah).
- Ciri kelompok Jahmiyah adalah penamaan mereka terhadap Ahlussunnah dengan musyabbihah (yang menyerupakan sifat Allah dengan sifat makhluk).
- Ciri kelompok Syiah Rafidhah adalah penamaan mereka terhadap Ahlul Atsar dengan nashibah (yang menancapkan permusuhan dengan ahlul bait).
Semua ini adalah bentuk fanatik golongan mereka dan kemurkaan mereka terhadap Ahlussunnah. Ahlussunnah tidak memiliki nama/sifat kecuali satu saja yaitu ashabul hadits. Tidak ada celaan/tuduhan mereka yang melekat pada diri Ahlussunnah. Sebagaimana tidak ada yang melekat pada diri Nabi ﷺ apa yang dituduhkan/disematkan kepada beliau oleh orang-orang kafir Makkah dengan gelar penyihir, penyair, orang gila, yang terfitnah dan dukun.
Tidaklah nama beliau disisi Allah, para malaikat, manusia, jin dan semua makhluk Nya melainkan Rasul dan Nabi yang jauh dari segala kejelekan/tuduhan/gelar-gelar tersebut.
ٱنظُرۡ كَیۡفَ ضَرَبُوا۟ لَكَ ٱلۡأَمۡثَالَ فَضَلُّوا۟ فَلَا یَسۡتَطِیعُونَ سَبِیلࣰا
“Lihatlah bagaimana mereka membuat perumpamaan untukmu (Muhammad); karena itu mereka menjadi sesat dan tidak dapat lagi menemukan jalan (yang benar).” (QS. Al-Isra’: 48)
Demikianlah akhir tulisan kami tentang mengenal Allah (tauhid) dan aqidah Ahlussunnah wal Jamaah secara ringkas dan sesuai kemampuan.
(Diringkas dari Al-Ghunyah Li Thaalibii Thariiqi Al-Haq hal. 114-116, cetakan pertama tahun 1433 H/2012 M Daar Ihya’ At-Turats Al-Arabi oleh Syaikh Abdul Qadir Al-Jaelani rahimahullahu)
Link PDF: