AQIDAH SYAIKHUL ISLAM MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB RAHIMAHULLAHU (EDISI 2)
Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullahu berkata:
- Dan aku mengimani semua yang dikabarkan oleh Nabi ﷺ dari kejadian-kejadian setelah kematian. Aku mengimani (hal-hal berikut ini):
- Fitnah kubur dan nikmat kubur.
- Dikembalikannya ruh-ruh kepada jasadnya hingga manusia berdiri menghadap rabbul ‘alamin dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, tidak dikhitan dan matahari mendekat kepada mereka.
- Ditancapkannya timbangan yang dengannya ditimbang amal perbuatan hamba.
فَمَن ثَقُلَتۡ مَوَ ٰزِینُهُۥ فَأُو۟لَـٰۤىِٕكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ – وَمَنۡ خَفَّتۡ مَوَ ٰزِینُهُۥ فَأُو۟لَـٰۤىِٕكَ ٱلَّذِینَ خَسِرُوۤا۟ أَنفُسَهُمۡ فِی جَهَنَّمَ خَـٰلِدُونَ
“Barang siapa berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barang siapa ringan timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam.” (QS. Al-Mukminun: 102-103).
- Dibentangkannya catatan amal manusia, ada yang mengambil dengan tangan kanannya dan ada juga yang mengambil dengan tangan kirinya.
- Adanya telaga nabi kita Muhammad ﷺ di Padang Mahsyar. Airnya lebih putih daripada susu dan lebih manis daripada madu. Bejana-bejananya sebanyak bintang-bintang di langit dan barangsiapa yang meminum darinya maka dia tidak akan haus selama-lamanya.
- Adanya jembatan yang ditancapkan di atas neraka jahannam. Manusia melewatinya sesuai dengan amal perbuatan mereka.
- Adanya syafaat Nabi ﷺ. Dan bahwasanya beliau adalah orang pertama yang memberi dan diberi syafaat. Dan tidaklah yang mengingkari syafaat Nabi ﷺ kecuali ahlul bid’ah dan sesat. Namun tidak akan ada syafaat melainkan dengan ijin dan ridha Allah. وَلَا یَشۡفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ٱرۡتَضَىٰ
“dan mereka tidak memberi syafaat melainkan kepada orang yang diridhai (Allah)”. (QS. Al-Anbiya’: 2) مَن ذَا ٱلَّذِی یَشۡفَعُ عِندَهُۥۤ إِلَّا بِإِذۡنِهِۦۚ
“Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 255)
وَكَم مِّن مَّلَكࣲ فِی ٱلسَّمَـٰوَ ٰتِ لَا تُغۡنِی شَفَـٰعَتُهُمۡ شَیۡـًٔا إِلَّا مِنۢ بَعۡدِ أَن یَأۡذَنَ ٱللَّهُ لِمَن یَشَاۤءُ وَیَرۡضَىٰۤ
“Dan betapa banyak malaikat di langit, syafaat (pertolongan) mereka tidak berguna sedikit pun kecuali apabila Allah mengizinkan (dan hanya) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Dia ridhai.” (QS. An-Najm: 26)
Dan Allah tidak ridha kecuali kepada tauhid dan tidak memberi izin kecuali kepada ahli tauhid. Adapun orang-orang musyrikin maka mereka tidak mendapatkan sedikitpun dari syafaat.
فَمَا تَنفَعُهُمۡ شَفَـٰعَةُ ٱلشَّـٰفِعِینَ
“Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat (pertolongan) dari orang-orang yang memberikan syafaat.” (QS. Al-Muddatstsir: 48)
- Dan bahwasanya surga dan neraka adalah dua makhluk yang sekarang sudah ada dan tidak akan musnah. Dan bahwasanya orang-orang beriman akan melihat kepada Rabb mereka dengan mata kepala mereka pada hari kiamat (di Surga). Sebagaimana mereka melihat kepada rembulan dikala purnama, mereka tidak berdesak-desakan ketika melihatnya.
2. Dan aku mengimani bahwa Nabi kita Muhammad ﷺ adalah penutup para nabi dan rasul. Tidaklah sah keimanan seorang hamba sampai dia beriman dengan risalah/ajaran beliau dan bersaksi akan kenabian beliau.
3. (Dan aku meyakini) bahwa umat beliau yang terbaik adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq kemudian Umar Al-Faruq kemudian Utsman Dzun Nurain kemudian Ali Al-Murtadha kemudian 6 sahabat lain yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah ﷺ, kemudian para sahabat yang ikut perang Badr kemudian yang ikut Baiat Ridwan kemudian para sahabat yang lain. Aku berloyalitas kepada para sahabat Rasulullah ﷺ dan senantiasa menyebutkan kebaikan-kebaikan mereka. Aku mendoakan mereka untuk mendapatkan keridhaan Allah dan memohonkan ampun untuk mereka. Aku menjaga (lisan) dari menjelekkan mereka serta aku diam dari perselisihan yang terjadi diantara mereka serta meyakini akan keutamaan mereka sebagai bentuk pengamalan firman Allah:
وَٱلَّذِینَ جَاۤءُو مِنۢ بَعۡدِهِمۡ یَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لَنَا وَلِإِخۡوَ ٰنِنَا ٱلَّذِینَ سَبَقُونَا بِٱلۡإِیمَـٰنِ وَلَا تَجۡعَلۡ فِی قُلُوبِنَا غِلࣰّا لِّلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ رَبَّنَاۤ إِنَّكَ رَءُوفࣱ رَّحِیمٌ
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sungguh, Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hasyr: 10)
Dan aku juga mendoakan keridhaan untuk Ummahatul mukminin (istri-istri Nabi ﷺ) yang suci dari segala kejelekan.
(Diterjemahkan dari kitab Ad-Durar As-Saniyah Fi Al-Ajwibah An-Najdiyah hal. 30-32 yang disusun oleh Syaikh Abdurrahman bin Muhammad bin Qasim An-Najdi rahimahullahu cetakan keenam tahun 1417 H/1996 M.)
Link PDF: