INILAH DAKWAH SALAFIYAH*
- Kembali kepada Al-Quran Al-Azhim dan Sunnah Nabi ﷺ yang Shahihah serta memahami keduanya dengan pemahaman salafush shalih. Hal ini dalam rangka mengamalkan firman Allah:
وَمَن یُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعۡدِ مَا تَبَیَّنَ لَهُ ٱلۡهُدَىٰ وَیَتَّبِعۡ غَیۡرَ سَبِیلِ ٱلۡمُؤۡمِنِینَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصۡلِهِۦ جَهَنَّمَۖ وَسَاۤءَتۡ مَصِیرًا
“Dan barang siapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam neraka Jahannam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisa’: 115) dan
فَإِنۡ ءَامَنُوا۟ بِمِثۡلِ مَاۤ ءَامَنتُم بِهِۦ فَقَدِ ٱهۡتَدَوا۟ۖ
“Maka jika mereka telah beriman sebagaimana yang kamu imani, sungguh, mereka telah mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 137)
- Memurnikan kotoran yang menempel dalam kehidupan kaum muslimin baik berupa kesyirikan dengan berbagai bentuknya dan memperingatkan mereka dari kebid’ahan yang mungkar serta pemikiran-pemikiran yang menyimpang yang batil. Dan membersihkan As-Sunnah (hadits) dari riwayat-riwayat yang lemah dan palsu yang mencoreng kejernihan Islam serta mencegah kemajuan/kemuliaan kaum muslimin. Hal ini dalam rangka melaksanakan amanah ilmu, sebagaimana yang Rasulullah ﷺ sabdakan: “Ilmu agama ini senantiasa dibawa oleh orang-orang yang adil di setiap generasi. Mereka menafikan tahrif/penyimpangan orang yang ekstrim, jalan orang-orang yang batil, dan takwil orang-orang yang jahil.” (HR. Baihaqi). Dan ini dalam rangka melaksanakan perintah Allah: وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَ ٰنِۚ
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (QS. Al-Maidah: 2) - Mendidik kaum muslimin diatas agama mereka yang haq dan menyeru mereka kepada pengamalan hukum-hukumnya, berhias dengan keutamaan-keutamaannya dan adab-adabnya. Yang dengannya Allah akan menganugerahkan keridhaan-Nya kepada mereka serta kebahagiaan dan kemuliaan bagi mereka. Hal ini dalam rangka mewujudkan sifat kelompok yang dikecualikan dari kerugian dalam Al-Quran:
وَتَوَاصَوۡا۟ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡا۟ بِٱلصَّبۡرِ
“serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.” (QS. Al-Ashr: 3)
وَلَـٰكِن كُونُوا۟ رَبَّـٰنِیِّـۧنَ بِمَا كُنتُمۡ تُعَلِّمُونَ ٱلۡكِتَـٰبَ وَبِمَا كُنتُمۡ تَدۡرُسُونَ
“tetapi (dia berkata), “Jadilah kamu Rabbaniyyin, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya!” (QS. Ali-Imran: 79)
- Menghidupkan manhaj ilmi islami yang shahih di bawah cahaya Al-Quran dan As-Sunnah dengan pemahaman salafush shalih. Dan menghilangkan kejumudan madzhab serta fanatik golongan yang telah menguasai akal pikiran kebanyakan kaum muslimin dan menjauhkan mereka dari kejernihan ukhuwah Islamiyyah yang suci. Hal ini dalam rangka melaksanakan firman Allah:
وَٱعۡتَصِمُوا۟ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِیعࣰا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ۚ
“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai” (QS. Ali-Imran: 103) dan sabda Rasulullah ﷺ: Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.
- Tidak memprovokasi manusia serta tidak menyeru mereka melawan (memberontak) pemimpin kaum muslimin meskipun mereka zhalim, baik di atas mimbar atau yang lainnya (seperti di medsos), karena hal ini menyelisihi manhaj Salafush shalih. Hal ini dalam rangka melaksanakan sabda Rasulullah ﷺ: “Barangsiapa yang ingin menasihati pemimpinnya maka jangan di hadapan umum dan hendaknya berduaan dengannya. Jika dia (pemimpin) mau mendengar, maka itu yang diharapkan, jika tidak maka telah gugur kewajiban.” (HSR. Ibnu Abi Ashim)
- Berusaha mewujudkan kehidupan yang islami yang berdasarkan manhaj nubuwah dan membangun masyarakat Rabbani serta mempraktekkan hukum Allah di atas muka bumi berlandaskan manhaj tashfiyah dan tarbiyah yang berdasarkan firman Allah:
وَیُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَـٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَیُزَكِّیهِمۡۖ
“dan mengajarkan Kitab dan Hikmah kepada mereka, dan menyucikan mereka.” (QS. Al-Baqarah: 129) Dan senantiasa mengingat firman Allah:
فَإِمَّا نُرِیَنَّكَ بَعۡضَ ٱلَّذِی نَعِدُهُمۡ أَوۡ نَتَوَفَّیَنَّكَ فَإِلَیۡنَا یُرۡجَعُونَ
“Meskipun Kami perlihatkan kepadamu sebagian siksa yang Kami ancamkan kepada mereka, ataupun Kami wafatkan engkau (sebelum ajal menimpa mereka), namun kepada Kamilah mereka dikembalikan.” (QS. Ghafir: 77)
Serta mewujudkan kaidah syariat “Barangsiapa yang tergesa-gesa meraih sesuatu sebelum waktunya maka dia terhalang darinya”.
Inilah dakwah kami, kami menyeru kaum muslimin semua untuk bergotong royong dalam mengemban amanah ini, yang dengannya mereka akan bisa bangkit meraih kejayaan, berkibar bendera Islam yang abadi dengan persaudaraan yang jujur dan kecintaan yang murni. Dan mereka yakin akan bisa meraih pertolongan Allah dan Allah akan memberikan kekuasaan kepada hamba-hamba-Nya yang shalih.
وَلِلَّهِ ٱلۡعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِۦ وَلِلۡمُؤۡمِنِینَ
“Dan kekuatan itu hanyalah milik Allah, rasul-Nya, dan bagi orang-orang mukmin”
(QS. Al-Munafikun: 8)
هُوَ ٱلَّذِیۤ أَرۡسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلۡهُدَىٰ وَدِینِ ٱلۡحَقِّ لِیُظۡهِرَهُۥ عَلَى ٱلدِّینِ كُلِّهِۦ وَلَوۡ كَرِهَ ٱلۡمُشۡرِكُونَ
“Dialah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, untuk memenangkannya di atas segala agama meskipun orang-orang musyrik membenci.” (QS. Ash-Shaf: 9)
LINK PDF:
[*] Maktabah Al-Furqan Ajman.
Penulis pernah bertanya kepada Syaikh Ali Abu Haniyah hafizhahullahu (murid Syaikh Ali Bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari rahimahullahu) tentang makalah diatas dan beliau berkata: “Inilah yang kami yakini”.