REKAM JEJAK NENEK MOYANG TERORIS
# Ada tiga orang kelompok Khawarij (nenek moyang teroris) yang berkumpul di kota Makkah yaitu Abdurrahman bin Muljam Al-Muradi, Al-Burak bin Abdillah At-Tamimi dan ‘Amru bin Bukair At-Tamimi. Mereka bersepakat untuk membunuh tiga orang (sahabat Nabi ﷺ) yaitu Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan ‘Amru bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhum dan ingin menyelamatkan manusia dari mereka.
- Abdurrahman bin Muljam berkata: Aku yang akan membunuh Ali.
- Al-Burak berkata: Aku yang akan membunuh Mu’awiyah.
- ‘Amru berkata: Aku yang akan membunuh ‘Amru bin ‘Ash.
Mereka pun berjanji untuk tidak berubah pikiran dan bersepakat untuk melaksanakan aksi pembunuhan (terorisme) ini di malam 17 Ramadhan (tahun 40 H). Mereka pun bergegas pergi ke tempat target masing-masing.
# Abdurrahman bin Muljam pun sampai ke kota Kufah dan berkumpul dengan jaringannya kelompok Khawarij tapi dia merahasiakan rencana aksinya tersebut. Dia menjenguk mereka dan mereka menjenguknya. Dan Abdurrahman bin Muljam terpikat dengan seorang wanita yang bernama Qatham binti Syijnah dari Bani Taim Ar-Rabbab yang ayah dan saudaranya dibunuh oleh Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu ketika terjadi (pemberontakan) Nahrawan. Sang Wanita itu berkata kepada Abdurrahman bin Muljam: Aku tidak mau menikah denganmu hingga engkau beri aku tiga ribu dirham dan engkau membunuh Ali. Maka Abdurrahman bin Muljam berkata: Itu (aku akan membunuhnya) untukmu.
# Kemudian Abdurrahman bin Muljam bertemu dengan Syabib bin Bajrah Al-Asyja’i dan dia beritahukan rencana aksinya serta dia menyerunya untuk ikut aksi tersebut dan dia pun menyetujuinya.
Ketika tiba malam 17 Ramadhan (tahun 40 H) Abdurrahman bin Muljam berbincang dengan Al-Asy’ats bin Qais di masjidnya hingga hampir waktu terbitnya fajar. Al-Asy’ats berkata: Waktu shubuh telah membuka tabir (misteri) mu. Maka dia dan Syabib bergegas mengambil pedang mereka dan menunggu di tempat keluarnya Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu. (Siyar A’lam An-Nubala’ 28/284-285)
# Ali bin Abi Thalib ketika keluar (menuju ke masjid) beliau membangunkan manusia dari tidur untuk shalat, seraya menyeru: Shalat, shalat. Tiba-tiba Syabib langsung menyerang dan menyabetkan pedangnya kepada beliau lalu Abdurrahman bin Muljam juga menyabetkan pedangnya kepada beliau sampai darah mengalir ke jenggot beliau radhiyallahu ‘anhu. Dan Abdurrahman bin Muljam ketika menyabetkan pedangnya kepada beliau sempat berkata: Tidak ada hukum kecuali milik Allah*, bukan milikmu dan para sahabatmu. Dan dia membaca ayat
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن یَشۡرِی نَفۡسَهُ ٱبۡتِغَاۤءَ مَرۡضَاتِ ٱللَّهِۚ
“Dan diantara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah.” (QS. Al-Baqarah: 207).**
(Al-Bidayah Wa An-Nihayah 7/367 oleh Ibnu Katsir rahimahullahu)
[*] Inilah syubhat utama Khawarij sepanjang masa yaitu menuduh kafir secara mutlak yang tidak berhukum dengan hukum Allah atau yang mengganti hukum Allah dengan hukum buatan manusia.
[**] Inilah syiar Khawarij yaitu meneriakkan jihad melawan pemimpin kaum muslimin yang mereka vonis kafir tanpa haq atau yang mereka gelari thaghut atau tentara thaghut. Padahal jihad mereka adalah jihad bid’ah, jihad palsu, jihad abal-abal.
Syaikh Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-‘Abbad hafizhahullahu ketika mengomentari kisah pembunuhan terhadap Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu (yang dilakukan oleh nenek moyang teroris yang bernama Abdurrahman bin Muljam Al-Muradi), beliau berkata: Maha suci Allah! Bagaimana akan diraih ridha Allah dengan membunuh manusia termulia di zamannya, berdasarkan ijma’ kaum muslimin yaitu Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu, sepupu Rasulullah ﷺ, menantu beliau ﷺ, Khulafa’ Rasyidin yang keempat?!
Bagaimana orang itu menjual dirinya (berjihad) mengharap ridha Allah dengan perbuatan keji dan kejam ini?! Tidaklah hal ini kecuali merupakan bukti yang jelas akan bahayanya penyimpangan atas nama jihad (terorisme) dan dahsyatnya kerusakan serta kesengsaraan yang diakibatkannya.
(Al-Quthuf Al-Jiyad Min Hikami Wa Ahkam Al-Jihad hal. 52 oleh Syaikh Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-‘Abbad hafizhahullahu)