SEJARAH KESYIRIKAN DI MUKA BUMI
Imam Ibnu Abi Al-Izzi rahimahullahu berkata:
Sesungguhnya tauhid yang diserukan oleh para rasul dan karenanya diturunkan kitab-kitab Allah adalah tauhid uluhiyah yang mengandung tauhid rububiyah. (Tauhid uluhiyah adalah) beribadah hanya kepada Allah semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun.
Sesungguhnya orang-orang musyrikin dari kalangan arab (jahiliyah) mereka mengikrarkan tauhid rububiyah, yaitu meyakini bahwa Allah lah satu-satunya yang menciptakan langit dan bumi. Sebagaimana yang telah Allah kabarkan dalam firman-Nya:
وَلَئِن سَأَلۡتَهُم مَّنۡ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُۚ قُلِ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِۚ بَلۡ أَكۡثَرُهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ
“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” tentu mereka akan menjawab: “Allah”. Katakanlah: “Segala puji bagi Allah”; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS. Luqmân: 25)
قُل لِّمَنِ ٱلۡأَرۡضُ وَمَن فِيهَآ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ٨٤ سَيَقُولُونَ لِلَّهِۚ قُلۡ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ
Katakanlah: “Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?” Mereka akan menjawab: “Kepunyaan Allah.” Katakanlah: “Maka apakah kamu tidak ingat?”. (QS. Al-Mukminûn: 84-85)
Dan ayat yang semisal dengan ini banyak dalam Al-Quran.
Orang-orang musyrikin jahiliyah tidak pernah meyakini bahwa berhala-berhala mereka itu bersekutu dengan Allah dalam menciptakan alam semesta. Bahkan keadaan mereka tidak jauh berbeda dengan orang-orang musyrikin dari India, Turki, Barbar dan selain mereka. Yaitu meyakini bahwa berhala-berhala itu adalah patung-patung kaum yang shalih baik dari kalangan nabi dan orang-orang shalih. Mereka menjadikannya sebagai pemberi syafaat dan bertawassul dengan orang-orang shalih tersebut (menjadikannya sebagai perantara dalam ibadah/doa) kepada Allah. Inilah sumber kesyirikan orang-orang Arab (jahiliyah). Allah berfirman:
وَقَالُواْ لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمۡ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا
Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwa’, yaghuts, ya’uq dan nasr”. (QS. Nûh: 23)
Telah shahih dalam Shahîh Bukhâri, kitab-kitab tafsir, kisah-kisah para nabi dan selainnya dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma dan selainnya dari salaf bahwa lima nama tersebut adalah nama orang-orang yang shalih dari kaum Nabi Nuh. Ketika mereka meninggal dunia, pengikut mereka pun beri’tikaf di kuburan mereka, kemudian menggambar patung-patungnya. Ketika waktu berjalan lama, mereka pun menyembah orang-orang shalih tersebut. Dan berhala-berhala itu pun beralih ke tangan kabilah-kabilah arab.
(Syarhu Al-Aqîdah Ath-Thahâwiyah 1/28-29)