PELAJARAN SEPUTAR HUJAN*
Sesungguhnya hujan merupakan rahmat Allah dan karunia dari-Nya. Allah berfirman:
وَهُوَ ٱلَّذِي يُنَزِّلُ ٱلۡغَيۡثَ مِنۢ بَعۡدِ مَا قَنَطُواْ وَيَنشُرُ رَحۡمَتَهُۥۚ وَهُوَ ٱلۡوَلِيُّ ٱلۡحَمِيدُ
Dan Dialah yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah yang Maha pelindung lagi Maha Terpuji. (QS. Asy-Syûra: 28)
Oleh karena itulah, dianjurkan setelah turunnya hujan untuk kita
mengatakan:
مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ
Kita diberi air hujan dengan karunia Allah dan rahmat-Nya. [1]
▶️ Beberapa hukum syariat yang berkaitan dengan turunnya hujan:
- Dianjurkan ketika turunnya hujan untuk kita mengucapkan doa:
اللَهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا
Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat. [2]
Yaitu hujan yang tidak mendatangkan madharat dan kerusakan.
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: Dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melihat hujan turun berkata:
اللَهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا
Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat. [3]
Dan (ketika hujan berhenti) kita mengatakan:
مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللهِ وَرَحْمَتِهِ
Kita diberi air hujan karena karunia Allah dan rahmat-Nya. [4]
Zaid bin Khalid Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Allah berfirman: Pada waktu pagi ada di antara hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir. Adapun orang yang mengatakan (ketika hujan berhenti): Kita diberi air hujan karena karunia dari Allah dan rahmat-Nya. Maka dia beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Adapun orang yang mengatakan: Hujan turun karena bintang ini dan bintang itu maka dia kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang. [5]
Dianjurkan ketika mendengar suara guruh/guntur untuk mengatakan:
سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَعْدُ بِحَمْدِهِ وَالملَائِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ
Maha suci Allah yang bertasbih kepada-Nya guruh dan para malaikat dengan memuji-Nya karena takut kepada-Nya.
Sebagaimana yang telah tercantum dalam kitab Al-Muwaththa’ karangan Imam Malik dari Abdullah bin Zubair bahwasanya beliau apabila mendengar suara guruh/guntur beliau pun meninggalkan percakapan. Dan beliau pun mengatakan:
سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَعْدُ بِحَمْدِهِ وَالملَائِكَةُ مِنْ خِيْفَتِهِ
- Disunnahkan berdoa ketika hujan turun karena itu waktu yang mustajab. Dicantumkan dalam kitab Sunan Sa’id bin Manshur dari ‘Atha’:
Ada tiga waktu yang pintu-pintu langit itu dibuka, maka pergunakanlah untuk berdoa: - Ketika turunnya hujan
- Ketika berperang dengan orang-orang kafir
- Ketika adzan.
Dan ini dishahihkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar. - Menjamak shalat karena hujan. Menjamak shalat ketika hujan turun itu hukumnya mubah/boleh-boleh saja. Sebagaimana yang telah disebutkan dari Abdurrazzaq dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma dan bukan suatu yang mustahab/dianjurkan.
Hal ini sudah masyhur dikalangan ulama empat madzhab. Dan menjamak shalat di kala hujan itu karena suatu sebab, yaitu adanya kesulitan seperti bisa membasahi baju atau tergelincir di jalan. Oleh karena itulah Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam menginginkan untuk tidak memberatkan umatnya. [6
Dan menjamak ketika hujan itu bagi yang shalat di masjid seperti yang dilakukan oleh Abdullah bin Umar dan selainnya, bukan di selain masjid. Dan itu jamak taqdim bukan takhir berdasarkan ijma’ seperti yang dikatakan oleh Ibnu Taimiyah rahimahullahu. - Dianjurkan untuk shalat istisqa’ (minta hujan) ketika kemarau panjang. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melaksanakan shalat istisqa’ seperti yang tercantum dalam Shahîh Bukhâri dan Muslim dari Abdullah bin Zaid bin Ashim. Aisyah radhiyallahu ’anha berkata: Orang-orang mengeluhkan kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang paceklik, maka beliau pun keluar untuk melaksanakan shalat istisqa’. [7]
Dan ini bukan hanya bagi penduduk pribumi saja –seperti yang dikira oleh sebagian orang- bahkan hal ini dianjurkan untuk para pendatang. - Dianjurkan mengeluarkan pakaian dan barangnya yang tidak rusak terkena air agar mendapatkan barakah air hujan ketika awal turunnya. Ibnu Abi Mulaikah berkata bahwa Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma dahulu apabila melihat hujan turun beliau berkata: Wahai Jariyah, keluarkan pelana kudaku dan pakaianku.
Dan beliau membaca ayat:
وَنَزَّلۡنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءٗ مُّبَٰرَكٗا
Dan Kami turunkan dari langit air yang diberkahi. (QS. Qâf: 9)
- Sesungguhnya sebab utama sedikitnya air hujan yang turun itu adalah dosa-dosa manusia. Allah berfirman:
وَأَلَّوِ ٱسۡتَقَٰمُواْ عَلَى ٱلطَّرِيقَةِ لَأَسۡقَيۡنَٰهُم مَّآءً غَدَقٗا
Dan bahwasanya: Jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar. (QS. Al-Jin: 16)
Dan Dia berfirman:
وَلَوۡ أَنَّ أَهۡلَ ٱلۡقُرَىٰٓ ءَامَنُواْ وَٱتَّقَوۡاْ لَفَتَحۡنَا عَلَيۡهِم بَرَكَٰتٖ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلَٰكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذۡنَٰهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu. Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al-A’râf: 96)
Namun tidak melazimkan diberikannya nikmat kepada seseorang seperti air hujan menunjukkan akan keridhaan Allah. Bahkan bisa jadi itu adalah istidraj (siksa yang ditangguhkan) dan lain sebagainya. Allah berfirman:
فَلَمَّا نَسُواْ مَا ذُكِّرُواْ بِهِۦ فَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ أَبۡوَٰبَ كُلِّ شَيۡءٍ حَتَّىٰٓ إِذَا فَرِحُواْ بِمَآ أُوتُوٓاْ أَخَذۡنَٰهُم بَغۡتَةٗ فَإِذَا هُم مُّبۡلِسُونَ
Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka. Hingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (QS. Al-An’âm: 44)
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Lima hal yang tidak ada seorang pun yang mengetahuinya kecuali Allah: -diantaranya- adalah turunnya hujan. Pengetahuan tentang turunnya hujan adalah kekhususan Allah, maka wajib bagi orang-orang yang berkecimpung dalam badan prakiraan cuaca untuk tidak memastikan hujan turun pada hari ini atau hari itu karena ini merupakan kekhususan Allah. Namun dia hanya sekedar memperkirakan dan mengharap dari Allah saja. Berapa kali perkiraan mereka meleset? Dan ketahuilah bahwa barakah hujan yang paling agung adalah tumbuhnya tumbuh-tumbuhan. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Bukanlah kemarau itu dengan tidak turunnya hujan namun kemarau itu adalah hujan yang tidak menumbuhkan tanaman-tanaman.
[*] Diterjemahkan dengan sedikit ringkasan dari khutbah jumat Syaikh Dr. Abdul Aziz Ar-Rayyis yang telah ditranskrip dengan judul Al-Mukhtashar fi Ahkâm Al-Mathar. Lihat di www[dot]islamancient[dot]com.
[1] HR. Bukhari dan Muslim.
[2] HR. Bukhari.
[3] Idem.
[4] HR. Bukhari dan Muslim.
[5] Idem.
[6] HR. Muslim.
[7] HR. Abu Dawud dan beliau berkata sanadnya baik.