KENAPA SANG OKNUM GETOL NYINYIRI TAHDZIR YANG HAQ INI?
▶️ “Sang Oknum” yang telah banyak terbongkar kesesatannya (seperti memvonis Presiden RI panen dosa, memposting kritikan tokoh ormas terhadap pemerintah, ikut berduka cita atas meninggalnya sebagian tokoh ahlil bid’ah, nyinyiri seruan ittiba’ Nabi untuk menghadapi penghina Nabi, ikut merayakan peringatan Isra Mi’raj, mencla-mencle, dll) dan bahkan ada pula yang kufur postingannya (seperti berdalil untuk mencla-menclenya dengan nasikh mansukh di Al-Quran), Kenapa dia sangat getol nyinyiri tahdzir ini (terhadap penyimpangan dari aqidah dan manhaj salaf beserta oknumnya)? Silahkan pembaca jawab sendiri!
▶️ “Sang Oknum” pun berusaha untuk menyingkirkan hal tersebut dengan segala cara meski tanpa malu menukil ucapan ulama (seperti Abu Sinan) yang dia tempatkan bukan pada tempatnya. Dia yang suka gagal faham (salah sambung plus konslet) tapi menuduh orang lain dengannya (seperti juga ketika dia menamakan Masjid Al-Aqsha dengan Haikal Sulaiman). Bahkan dia juga gagal faham tentang ucapannya sendiri (lihat bantahan kita atas tulisannya tentang panen dosa). Inilah yang dikatakan “Maling teriak maling”.
- Kenapa kok ada juga yang ikut nyinyiri bantahan/tahdziran Syaikh Abdul Malik Ramadhani terhadap Syaikh Wahid Abdussalam Bali?! Jawab yang tegas jangan jadi pengecut.
▶️ Adapun tentang postingan: “Di antara bentuk penyimpangan dari manhaj salaf dalam tarbiyah: melibatkan para santri atau para pemula dalam perkara tahdzir….”
- Pertanyaan kita kemarin masih belum dijawab: Mana bukti riwayat dari salafnya? Kitab aqidah yang mana?
- Jangan sembarangan asal menyandarkan kepada manhaj salaf, tapi dalam hal ini ada metodologinya (seperti yang telah kita sampaikan dari ucapan Syaikh Abdul Aziz Ar-Rayyis hafizhahullahu). Sebagaimana tidak boleh sembarangan menyandarkan sesuatu kepada ijma’ atau kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam (seperti pada ucapan oknum “Nabi dakwah 23 th, mentahdzir hny 1 kali, yaitu kepada 3 Sahabat yg tdk ikut jihad tnp udzur….”).
- Alhamdulillah sudah kita sebutkan contoh riwayat-riwayat para ulama salaf tentang manhaj Salaf dalam mentahdzir (mengajarkan tahdzir murid/anak mereka dari orang-orang yang menyimpang atau ahlil bid’ah).
- Bisakah “Sang Oknum” membedakan, mana itu yang dikatakan manhaj salaf dengan pendapat individu yang menisbatkan diri kepada manhaj salaf?
▶️ Contoh lain tentang penisbatan kepada manhaj salaf yang tepat seperti yang dikatakan oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu: Bukan termasuk manhaj salaf (alias menyimpang dari manhaj salaf) menyebarluaskan aib pemimpin kaum muslimin dan menyebutkannya di atas mimbar…(Al-Ma’lum min Wajibi Al-Alaqah Baina Al-Hakim Wa Al-Mahkum hal. 22 oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu)
▶️ Ini bisa diketahui kebenaran penisbatannya kepada manhaj salaf karena telah disebutkan dalam kitab aqidah salaf semisal As Sunnah oleh Imam Ibnu Abi Ashim rahimahullahu:
“Bab Kaifa Nasihah Ar-Ra’iyah Lil Al-Wulah? (Bab Bagaimana nasihat kepada pemimpin kaum muslimin)”. Kemudian beliau menyebutkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
‘Barangsiapa yang ingin menasihati pemimpin (kaum muslimin), maka jangan disebarkan di hadapan umum…. (Hadits no. 1097).
- Dan dalam hal ini khususnya, jelas sang oknum menyimpang dari manhaj salaf. (Lihat bantahan kita dengan judul AWAS MANHAJ MENCLA-MENCLE !!!”)
▶️ Dan pertanyaan kita kemarin masih tetap berlaku (tentang tahdzir yang menyimpang):
- Apakah contohnya itu seperti kalau ada ustadz B memanggil santri-santrinya atau alumninya ke ruangan kantornya kemudian menginterogasi dan mentahdzir mereka dari ustadz C atau agar mereka membatalkan kajian dengan ustadz C (semisal bedah buku “Menyelami Samudera Kalimat Tauhid”)?! Kalau contohnya benar seperti ini berarti ustadz B menyimpang ya dari manhaj salaf dalam tarbiyah?
- Ataukah hak tahdzir hanya untuk ustadz B saja atau yang sejalan dengannya? Sedangkan ustadz C nggak boleh mentahdzir?
(Jangan mengelak atau bersilat lidah atau berdusta, karena Allah Maha Melihat dan Maha Mendengar serta kita punya banyak saksi yang siap -insya Allah- bersaksi dalam hal ini!)
أَتَأۡمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلۡبِرِّ وَتَنسَوۡنَ أَنفُسَكُمۡ وَأَنتُمۡ تَتۡلُونَ ٱلۡكِتَـٰبَۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ
“Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab? Tidakkah kamu mengerti?” (QS. Al-Baqarah: 44)
لا تنه عن خلقٍ وتأتي مثله … عارٌ عليك إذا فعلت عظيم
Jangan anda melarang dari suatu akhlak/perangai tapi anda melakukannya
Ini adalah sesuatu yang tercela atasmu, jika anda lakukan, maka itu suatu yang parah