FIQIH WALA’ DAN BARO’ KETIKA MEMBANTAH KELOMPOK SESAT
▶️ Syaikh Abdul Malik Ramadhani hafizhahullahu berkata: Di antara kelangkaan ilmu yang aku baca adalah apa yang dikatakan oleh Ibnu Taimiyah rahimahullahu tentang pembedaan antara bermuamalah dengan kelompok Khawarij dan dengan orang-orang kafir. Ini yang bisa menghilangkan kerancuan dalam benak yang lemah tentang hadits-hadits yang kelihatannya menyatakan bahwa Khawarij lebih jelek daripada orang-orang kafir secara mutlak, padahal para sahabat Nabi ﷺ tidak mengkafirkan mereka.
▶️ Beliau (Syaikhul Islam) berkata: Senantiasa sejarah kaum muslimin di atas pemahaman tersebut, mereka tidak menganggap Khawarij itu murtad sebagaimana orang-orang yang dulu diperangi oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu. Meskipun Rasulullah ﷺ memerintahkan untuk memerangi mereka dalam hadits-hadits yang Shahih. Adapun riwayat yang menyatakan bahwa kelompok Khawarij adalah sejelek-jelek yang dibunuh di bawah kolong langit, seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Umamah dalam Sunan Tirmidzi dan selainnya. Maksudnya bahwa mereka paling jahat terhadap kaum muslimin dari selain mereka. Bahwasanya tidak ada yang yang lebih jahat daripada mereka, baik Y4hud1 ataupun Nashara….(Minhaj As-Sunnah 5/248)
▶️ Syaikh Abdul Malik mengatakan: Maksudnya bahwa kelompok Khawarij lebih ringan kejelekannya dibandingkan orang-orang kafir dalam timbangan akhir (pada hari kiamat), cukuplah dikatakan mereka itu “lari dari kekafiran”. Akan tetapi jika dilihat dari sisi bencana, bala’ dan malapetaka yang dialami oleh kaum muslimin karena sebab kelakuan mereka, maka ini lebih dahsyat daripada orang-orang kafir. Bahkan tidaklah orang-orang kafir bisa sampai (membantai) kaum muslimin seperti mereka. Oleh karena itulah didahulukan memberikan sanksi kepada mereka di dunia sebelum selain mereka.
▶️ Renungkanlah fiqih/pemahaman Ibnu Taimiyah ketika berkata setelahnya: Sanksi di dunia diberikan kepada mereka karena kemadharatannya yang lebih besar terhadap kaum muslimin. Meskipun di akhirat dia lebih baik daripada yang tidak diberi sanksi, semisal orang muslim yang dijatuhi hukuman hudud (seperti qishash bagi yang membunuh) namun orang Kafir Dzimmi (yang tinggal di negeri kaum muslimin dari kalangan orang Y4hud1 atau Nashara dengan membayar jizyah) tidak dihukum. Namun orang muslim di akhirat lebih baik daripada mereka.
(Minhaj As-Sunnah 5/250)
▶️ Ingat selalu (kaidah) ini dan pegang erat, maka (insya Allah) akan berjatuhan di hadapanmu syubhat-syubhat orang-orang yang ingin menafikan jihad melawan ahlil bid’ah dan para oknum-oknumnya (dengan dalih bukan saatnya sekarang). Seperti orang-orang yang mengatakan: Jika kalian tidak bersama kami, maka kalian bersama mereka (antek Y4hud1). Atau seperti orang-orang yang mengatakan: Kalian mengarahkan anak panah (bantahan) kalian kepada saudara-saudara kalian….
▶️ Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata: Membersihkan jalan Allah, agama-Nya, minhaj-Nya, serta syariat-Nya dan membantah penyimpangan mereka serta permusuhan mereka itu hukumnya Wajib Kifayah sesuai kesepakatan kaum muslimin. Seandainya tidak ada orang yang Allah jadikan sebagai penolak/pembantah bahaya (kesesatan) mereka, maka akan rusak agama ini. Dan kerusakannya lebih dahsyat daripada kerusakan yang ditimbulkan oleh penjajahan musuh dari kafir harbi. Hal ini dikarenakan orang-orang kafir harbi apabila telah berkuasa tidak akan merusak hati (aqidah) dan agama melainkan belakangan. Adapun mereka (ahlil bid’ah) merusak hati secara langsung. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وأَمْوَالِكُمْ وإِنَّمَا يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وأَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian akan tetapi Allah melihat kepada hati dan amal perbuatan kalian.” (HR. Muslim)
▶️ Syaikh Abdul Malik Ramadhani hafizhahullahu juga membuat bab/fasal khusus tentang “Kenapa Perkumpulan Ulama Kaum Muslimin di Aljazair Lebih Antusias Membantah Kelompok-kelompok yang Menyimpang Seperti Tarekat-tarekat Sufiyah Daripada Membantah Atheisme Padahal Masih Ada Penjajahan Perancis?!”
Dan juga bab/fasal “Keras Dalam Mengingkari Ahlil bid’ah Bukan Berarti Wala’/Loyalitas Kepada Orang-orang Kafir”.
Beliau berkata setelah membawakan kisah Usamah Radhiyallahu ‘Anhu yang mengambil pelajaran berharga di kala fitnah setelah ditegur/diingkari oleh Nabi ﷺ ketika dalam perang membunuh orang musyrik yang telah mengucapkan kalimat tauhid: Allahu Akbar alangkah agungnya Tarbiyah Nabawiyah! Dan alangkah rendahnya Tarbiyah Hizbiyah yang dari awal melarang bantahan kepada orang yang menyimpang. Dan para pengikutnya sangat gegabah dalam menumpahkan darah kaum muslimin dengan kedok “jihad”. Bahkan tidaklah ada fitnah yang terjadi melainkan merekalah para peniup dan bahan bakarnya.
(Diringkas dari kitab “Sittu Durar Min Ushul Ahli Al-Atsar hal. 76-84 oleh Syaikh Abdul Malik Ramadhani hafizhahullahu)