KESESATAN KELOMPOK “ISIS”
Pada akhir-akhir ini nama ISIS (Islamic state of Iraq and Syam/Negara Islam Iraq dan Syam) menjadi berita terhangat di media. Hampir semua orang telah mendengar nama tersebut beserta sepak terjangnya yang mengerikan. Tidak sedikit pemuda-pemudi muslim di dunia ini yang tertipu dengan propaganda dan slogan mereka. Sungguh besar fitnah ISIS bagi generasi kaum muslimin khususnya di negeri kita ini. Bukan hanya menimpa yang awam saja, bahkan yang notabene belajar agama di ponpes.
Dan lebih parah lagi penyakit ISIS ini juga bisa mengenai mereka yang hidup di tengah lingkungan ahlussunnah.
Al-Kisah, ketika penulis mengkaji sebuah kitab aqidah ulama salaf di salah satu masjid Ahlussunnah Dakwah Salafiyah. Dan penulis sedikit menjelaskan tentang kesesatan ISIS. Tiba-tiba ada secarik kertas yang dengan nada marah mengatakan: “Kenapa ustadz mencela ISIS padahal mereka kan juga berjuang untuk Islam ?…”. Tidak cukup sampai di situ saja, setelah penulis pulang ke rumah ternyata orang yang marah disecarik kertas tersebut mengirim sms kepada keluarga penulis dengan nada yang sama. Dia masih tidak terima jika ISIS dikritik dan dikatakan sesat. Padahal dia tinggal dilingkungan ahlussunnah wal jama’ah. Sungguh besar fitnah/syubhat ISIS ini. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.
Padahal sebenarnya kalau kita mau menengok sejarah, kita akan mendapatkan bahwa kemunculan jaringan teroris ISIS bukanlah sesuatu yang baru. Jaringan teroris ISIS hanyalah rekaman ulang dari sejarah kelam sebuah kelompok yang Rasul namakan dengan Khawarij. Jaringan teroris ISIS dan Khawarij bak dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan.
Rasulullah bersabda tentang Khawarij:
سَيَخْرُجُ قَومٌ فِي آخِرِ الزَّمَانِ، أَحْدَاثُ الأَسْنَانِ، سُفَهَاءُ اْلأَحْلاَمِ، يَقُوْلُوْنَ مِن خَيْرِ قَوْلِ اْلبَرِيَّةِ، لاَ يُجَاوِزُ إِيْمَانُهُمْ حَنَاجِرَهُمْ، يَمْرُقُوْنَ مِنَ الدِّيْنِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ، فَأَيْنَمَا لَقِيْتُمُوْهُمْ فَاقْتُلُوْهُمْ، فَإِنَّ فِي قَتَلِهِمْ أَجْرًا لِمَنْ قَتَلَهُمْ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ
“Akan muncul di akhir zaman sekelompok orang yang masih muda belia dan bodoh. Mereka membaca Al-Qur’an, namun iman mereka tidak sampai kepada kerongkongan mereka. Mereka keluar dari agama ini seperti keluarnya anak panah dari sasarannya. Dimana saja kalian bertemu mereka, maka bunuhlah mereka karena dalam pembunuhan tersebut ada pahala bagi orang yang membunuhnya pada hari kiamat.”
[HR. Bukhari 6930]
Sungguh benar sabda Rasulullah bahwa kelompok Khawarij/teroris akan senantiasa muncul di akhir zaman dan ISIS sebagai salah satu contohnya.
Rasulullah bersabda:
الْخَوَارِجُ كِلابُ النَّارِ
“Khawarij adalah anjing-anjing neraka.” [1]
(HSR. Ibnu Majah)
Kesesatan Khawarij dan ISIS: [2]
1. Pengkafiran yang membabi buta.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu mengatakan: “Kelompok Khowarij adalah orang pertama yang mengkafirkan kaum muslimin dan mengatakan kafir bagi setiap pelaku dosa. Mereka mengkafirkan orang yang menyelisihi bid’ah mereka serta menghalalkan darah serta hartanya”. [3]
Dan inilah yang ada pada ISIS seperti yang diutarakan oleh jubir mereka Abu Muhammad Al-‘Adnaani dalam kasetnya yang berjudul As-Silmiyah Diinu Man ?: “Sesungguhnya tentara thaghut dari penguasa negeri-negeri kaum muslimin secara umum merupakan tentara-tentara yang murtad dan kafir. Dan pada saat sekarang ini mengatakan mereka sebagai tentara kafir dan murtad serta keluar dari agama bahkan wajibnya memerangi mereka khususnya tentara Mesir adalah ucapan yang menurut agama tidak boleh diselisihi lagi.”
Bahkan dalam kaset ceramahnya yang lain Inni ‘ala bayyinah min rabbii: “Sesungguhnya kami berpendapat semua penguasa negeri-negeri kaum muslimin dan tentara-tentaranya kafir serta murtad dan memerangi mereka lebih wajib dari memerangi penjajah salib.” [4]
Padahal Rasulullah bersabda:
أَيما امرئ قال لأخيه : يا كافر, فقد باء بها أحدهما, إن كان كما قال و إلا رجعت عليه) متفق عليه و في رواية مسلم (إذا كفر الرجل أخاه …)
“Barangsiapa yang berkata kepada saudaranya: wahai kafir, maka (dosa) pengkafiran ini akan kembali kepada salah satu dari keduanya, jika dia benar dalam berkata (maka tidak mengapa), tapi jika tidak maka ucapan itu akan kembali kepadanya”. (HR. Bukhari (6104) dan Muslim (111) dengan lafadz “apabila seseorang mengkafirkan saudaranya (muslim)”.
Adapun peringatan ulama akan bahaya pengkafiran tanpa haq amat banyak sekali, diantaranya:
1. Al-‘Ala’bin Ziyad rahimahullahu seorang tabi’in berkata: “Engkau menuduh kafir orang muslim atau kamu membunuhnya itu sama saja.” [5]
2. Ibnu Abil ‘izzi rahimahullahu berkata:
“Ketahuilah –semoga Allah merohmatimu- bahwa pemikiran takfir (pengkafiran) sangat banyak fitnah dan bahayanya, serta menimbulkan perpecahan. Sesungguhnya kekejian yang besar adalah menuduh bahwa Allah tidak mengampuni dan merahmati orang muslim, bahkan menganggapnya kekal didalam neraka selama-lamanya, padahal ini adalah hukum bagi orang kafir setelah mati.” [6]
3. Imam Qurthubi rahimahullahu berkata:
“Pemikiran takfir itu sangat berbahaya sekali, banyak manusia yang terjerumus ke dalamnya hingga mereka jatuh berguguran (di dalam dosa). Adapun para ulama mereka berhati-hati sekali dalam masalah ini hingga mereka itu selamat, dan tidak ada yang sebanding dengan keselamatan dalam perkara ini.” [7]
2. Penghalalan darah kaum muslimin atas nama jihad
Rasulullah bersabda:
يقتلون أهل الإسلام ويدعون أهل الأوثان
“Mereka membunuh kaum muslimin dan meninggalkan para penyembah berhala.”
(Muttafaqun ‘Alaihi)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata: “Ajaran kelompok Khawarij yang teragung adalah memisahkan diri dari jama’ah kaum muslimin dan menghalalkan darah serta harta mereka.” [8]
Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata:
“Seandainya kelompok Khawarij sudah memiliki kekuatan maka sungguh mereka akan merusak di atas muka bumi ini, baik di Irak dan Syam. Mereka tidak akan meninggalkan anak-anak kecil baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan karena mereka menganggap bahwa semua orang (diluar kelompok mereka) telah rusak dan tidak bisa diperbaiki kecuali dengan pembunuhan.” [9]
Dan apa yang disebutkan diatas sungguh sangat nampak pada jaringan teroris ISIS baik lewat lisan dan perbuatan mereka.
Abu Muhammad Al-Adnaani berkata di ceramahnya yang berjudul “AS- Silmiyah Diinu Man?”: “Sesungguhnya meraih kemuliaan dan kebebasan dari kedzaliman serta kehinaan tidak akan bisa diwujudkan kecuali dengan menghunuskan pedang dan menumpahkan darah serta menyerahkan jiwa raga…”. Di dalam ceramahnya yang lain dia berkata: “Ketahuilah bahwa kami memiliki tentara-tentara di Irak dan Syam dari singa-singa kelaparan. Minuman mereka adalah darah, hobi mereka adalah menyincang. Dan mereka tidak mendapatkan minuman yang lebih nikmat daripada darah para penentang. Demi Allah, kami akan menyeret mereka seribu orang kemudian seribu orang kemudian -demi Allah- kami tidak akan menyisakan sedikitpun dari mereka….
Dan adapun orang-orang yang tetap dalam penyelisihan (kami) baik yang berkhianat, pengecut, antek-antek (pemerintah), tentara dan polisi dan setiap orang yang bersekutu dengan mereka serta memerangi kaum mujahidin (ISIS) maka darahnya halal dan dia termasuk DPO kami. Dan wajib bagi tentara ISIS untuk memenggal kepala-kepala mereka dan mengejar mereka kemana saja mereka berada serta menghancurkan rumah mereka, membakar rumah mereka setelah dikeluarkannya keluarga dan anak-anak sebagai balasan yang setimpal.” [10]
Padahal Allah berfirman:
وَمَن يَقۡتُلۡ مُؤۡمِنً۬ا مُّتَعَمِّدً۬ا فَجَزَآؤُهُ ۥ جَهَنَّمُ خَـٰلِدً۬ا فِيہَا وَغَضِبَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِ وَلَعَنَهُ ۥ وَأَعَدَّ لَهُ ۥ عَذَابًا عَظِيمً۬ا
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya.”
(QS. An-Nisa’ 93)
Bagaimana mungkin membunuh orang mukmin atau muslim dianggap sebagai jihad, sedangkan Nabi bersabda:
لَزَوَالُ الدُنيَا أَهوَنُ عَلَى الله مِن قَتلِ مُؤمِنٍ بِغَيرِ حَقٍّ, وَلَو أَنَّ أَهلَ سَمَاوَاتِهِ وَأَهلَ أَرضِهِ اشتَرَكُوا فِي دَمِ مُؤمِنٍ لَأَدخَلَهُم الله النارَ
“Sungguh musnahnya dunia itu tidak seberapa dibandingkan dengan pembunuhan seorang muslim tanpa hak dan seandainya semua penduduk langit dan bumi bersatu dalam pembunuhan seorang mukmin saja, maka Allah akan memasukkan mereka semua ke dalam api neraka.”
(HSR. Tirmidzi dan An-Nasa’i)
Bagaimana mungkin membunuh orang-orang kafir (seperti turis asing) yang masuk ke dalam negeri kaum muslimin dan mendapatkan jaminan keamanan dari pemerintah kaum muslimin dikatakan jihad, sedangkan Nabi bersabda:
مَن قَتَلَ نَفسًا مُعَاهَدًا لَم يَرَح رَائِحَةَ الجَنَّةِ
“Barangsiapa yang membunuh seorang kafir mu’ahad (yang mendapat jaminan keamanan dari pemerintah kaum muslimin) maka dia tidak akan mencium bau surga.”
(HR. Bukhari)
Bagaimana mungkin bisa dikatakan jihad orang-orang yang membunuh perempuan-perempuan dan anak-anak kecil yang tidak berdosa, sedangkan Nabi selalu mewasiatkan kepada pasukannya pada waktu mereka berjihad dengan ucapan beliau:
اُغزُوا بِسمِ الله وَفِي سَبِيلِ الله وَقَاتِلُوا مَن كَفَرَ بِالله وَلَا تَغدِرُوا وَلَا تُمَثِّلُوا وَلَا تَقتُلُوا وَلِيدًا
“Berperanglah kalian di jalan Allah dengan menyebut nama Allah dan perangilah orang-orang yang mengkufuri Allah. Jangan kalian curang dan jangan menyincang serta jangan membunuh anak-anak kecil.”
3. Tidak merujuk kepada para ulama
Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata ketika berdialoq dengan kelompok Khawarij di zaman kekhalifahan Ali Bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu: “Aku datang kepada kalian dari pihak para sahabat Rasulullah dari kaum Al-Muhajirin dan Al-Anshor. Dari menantunya Rasulullah (yaitu Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu). Kepada merekalah wahyu diturunkan dan mereka lebih paham tentang tafsir Al-Quran daripada kalian dan tidak ada seorang pun dari para sahabat Rasul yang berada di pihak kalian”. Maka 20 ribu dari mereka pun bertaubat dan sisanya 4 ribu bersikeras untuk memberontak hingga mereka pun terbunuh diatas kesesatan mereka, dibunuh oleh kaum Al-Muhajirin dan Al-Anshar. (HR. An-Nasa’i)
Karena keutamaan Allah kemudian karena nasehat dari seorang ulama (yaitu Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma) 20 ribu dari mereka selamat dari kesesatan dan kebinasaan.
Tidak ada seorang ulama pun yang mendukung ISIS dan berada di pihak mereka. Bahkan salah seorang anggota ISIS yaitu Abu Al-Barra’ Al-Hindi berkata : “Bukalah mushaf ! Bacalah ayat-ayat tentang jihad ! Semuanya akan jelas….semua ulama mengatakan kepadaku : Ini wajib, itu bukan wajib dan sekarang bukan waktunya jihad. Tinggalkan semua para ulama itu, bacalah Al-Qur’an maka kalian akan mengerti tentang jihad.” [11]
Padahal Allah berfirman:
وَإِذَا جَآءَهُمۡ أَمۡرٌ۬ مِّنَ ٱلۡأَمۡنِ أَوِ ٱلۡخَوۡفِ أَذَاعُواْ بِهِۦۖ وَلَوۡ رَدُّوهُ إِلَى ٱلرَّسُولِ وَإِلَىٰٓ أُوْلِى ٱلۡأَمۡرِ مِنۡہُمۡ لَعَلِمَهُ ٱلَّذِينَ يَسۡتَنۢبِطُونَهُ ۥ مِنۡہُمۡۗ وَلَوۡلَا فَضۡلُ ٱللَّهِ عَلَيۡڪُمۡ وَرَحۡمَتُهُ ۥ لَٱتَّبَعۡتُمُ ٱلشَّيۡطَـٰنَ إِلَّا قَلِيلاً۬
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri (ulama) diantara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri. kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (diantaramu).”
(QS. An-Nisa’ 83)
Allah juga berfirman:
وَمَآ أَرۡسَلۡنَا قَبۡلَكَ إِلَّا رِجَالاً۬ نُّوحِىٓ إِلَيۡہِمۡۖ فَسۡـَٔلُوٓاْ أَهۡلَ ٱلذِّڪۡرِ إِن كُنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ
“Maka bertanyalah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.”
(QS. Al-Anbiya’ : 7)
Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu berkata: “Barangsiapa yang belajar ilmu agama hanya dari buku (otodidak) maka dia akan menyia-nyiakan hukum-hukum agama.” [12]
Sebagai penutup marilah kita simak petuah seorang ulama ahli hadits zaman ini di kota Madinah yaitu Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr hafidzahullahu beliau berkata:
“Wajib bagi para pemuda yang berjalan di belakang kelompok ISIS untuk mereka introspeksi diri dan untuk mereka kembali ke jalan kebenaran dan jangan pernah berpikir untuk bergabung dengan mereka.” [13]
Dan beliau ketika ditanya: Wahai Syaikh yang mulia sebagian orang mengatakan tentang ISIS bahwa mereka adalah Khawarij, apakah ini benar ? Beliau menjawab: “Tidak diragukan lagi bahwa sifat dan perbuatan mereka adalah perbuatan Khawarij.” [14]
————————–
[1] Hadits ini kita bawakan bukan bermakna kita menvonis mereka secara individu sebagai penghuni neraka, namun tujuannya agar mereka berhati-hati dari metode Khawarij.
[2] Tulisan ini banyak menukil dari kitab Da’isy Al-Iraq wa Asy-Syam fii Miizan As-Sunnah Wa Al-Islam oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali Al-Halabi –hafidzahullahu-.
[3] Majmu’ fatawa 7/279 oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
[4] Da’isy hal.115.
[5] Hilyatul auliya‘ 2/246 oleh Abu Nu’aim.
[6] Syarh Al-Aqidah Ath-Thahawiyah 2/432 oleh Imam Ibnu Abi Al-‘Izzi Al-Hanafi
[7] Al-Mufhim 3/111 oleh Imam Al-Qurthubi.
[8] Majmu’ Fatawa 13/209 oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
[9] Al-Bidayah wa An-Nihayah 10/584 oleh Imam Ibnu Katsiir.
[10] Da’isy hal.42-43.
[11] Da’isy hal.56.
[12] Lihat kitab ‘Awaa’iq Ath-Thalab hal.25 oleh Syaikh Abdussalam bin Abdul Karim Barjas.
[13] Makalah yang berjudul Fitnah Al-Khilafah Ad-Da’isyiyah Al-‘Iraqiyah Al-Maz’umah oleh Syaikh Abdul Muhsin Al-‘Abbad. Lihat www.al-abbaad.com
[14] You Tube “Hal Ad-Da’isy minal Khawarij?”.