MENYELAMI SAMUDRA KALIMAT TAUHID لا إله إلا الله (Edisi 7)

Beliau pernah ditanya tentang sebagian orang (kelompok Jama’ah Tabligh) yang mentafsirkan/mengartikan لا إله إلا الله dengan ucapan: “mengeluarkan keyakinan yang rusak dari hati dan memasukkan keyakinan yang benar tentang dzat Allah yaitu bahwasanya tidak ada pencipta selain Allah, tidak ada pemberi rezeki kecuali Allah dan tidak ada yang mengatur (alam semesta) melainkan Allah”. Apakah ini tafsir yang benar? kalau ini tidak benar lalu apa tafsir yang benar?Beliau menjawab: Itu penafsiran yang tidak benar, karena penafsiran seperti itu hanya berkaitan dengan tauhid rububiyah [1] saja. Padahal telah dimaklumi bahwa tauhid rububiyah tidak cukup untuk memasukkan seseorang ke dalam agama Islam. Seandainya tauhid rububiyah bisa memasukkan orang ke dalam Islam, dapat menjaga harta serta darahnya maka orang-orang musyrikin jahiliyah -yang diutus Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada mereka- otomatis sudah menjadi kaum muslimin yang haram darah mereka (untuk ditumpahkan). Karena mereka mengimani dengan iman yang sempurna dan mengikrarkan dengan sepenuhnya bahwa Allah satu-satunya Sang Pencipta, Sang Pemberi rizki, dan Sang Pengatur alam semesta. Meskipun demikian (keyakinan mereka), mereka tidak dikatakan masuk Islam dan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap menghalalkan darah dan harta mereka serta menawan anak dan istri mereka serta mengambil tanah mereka.
Makna yang benar dari kalimat tauhid لا إله إلا الله adalah tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah dan bahwasanya semua sesembahan selain Allah adalah sesembahan yang bathil.
Allah ta’ala berfirman:
ذَٲلِكَ بِأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡحَقُّ وَأَنَّ مَا يَدۡعُونَ مِن دُونِهِ ٱلۡبَـٰطِلُ وَأَنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡعَلِىُّ ٱلۡڪَبِيرُ
“Demikianlah, karena sesungguhnya Allah, Dia-lah (sesembahan) yang hak dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah itulah yang batil. Dan sesungguhnya Allah Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar.” (QS. Lukman : 30)
Kaum musyrikin (di zaman jahiliyah yang ahli bahasa arab) tidak memahami dari kalimat tauhid yang agung ini melainkan makna yang kami jelaskan diatas. Oleh karenanya, Allah berfirman tentang mereka:
إِنَّہُمۡ كَانُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَهُمۡ لَآ إِلَـٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ يَسۡتَكۡبِرُونَ (٣٥) وَيَقُولُونَ أَٮِٕنَّا لَتَارِكُوٓاْ ءَالِهَتِنَا لِشَاعِرٍ۬ مَّجۡنُونِۭ (٣٦)
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” mereka menyombongkan diri. Dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami karena seorang penyair gila?” (QS. Ash-Shaffat : 35-36)
Dari sini tampak jelas bahwa orang-orang musyrikin (jahiliyah) mereka lebih paham tentang makna kalimat tauhid لا إله إلا الله dibanding orang-orang yang mengartikannya dengan mengimani bahwa Allah adalah Sang Pencipta dan Pemberi rizki. Ini adalah masalah besar yang wajib bagi seseorang untuk bertaubat kepada Allah dari penafsiran yang salah tersebut. Dan harus dia kembali kepada penafsiran yang benar…[2]
——————
[1] Tauhid rububiyah adalah meyakini bahwa Allah lah satu-satunya Dzat yang menciptakan, mengatur dan memiliki alam semesta ini.
[2] Kasyfu as-Sitaar ‘amma tahmilu ba’dhu ad-da’awaat min akhthaar hal.57-58 oleh Syaikh Muhammad bin Nashir Al-‘Uraini.
——————
Ingin dapat faidah terbaru baik berupa rekaman kajian, video, tulisan, dan info kajian?
▶️ Ayo Gabung ke Instagram :
https://www.instagram.com/
▶️ Ayo Gabung ke Channel Telegram :
https://telegram.me/
▶️ Ayo Gabung juga ke Fanspage :
https://www.facebook.com/
Silahkan dibagikan kepada teman dan saudara yang lain. Semoga
menjadi pemberat timbangan amal kebaikan di akhirat kelak.
Semoga Bermanfaat