JANGAN TAKUT SENDIRIAN
Penyakit hati ada dua macam: Penyakit Syahwat (maksiat) dan Syubhat (bid’ah dan pemikiran sesat). Dan yang lebih berbahaya adalah Penyakit Syubhat. Dan penyakit syubhat yang berbahaya adalah yang berkaitan dengan takdir. Hati terkadang sakit bahkan kronis tapi orangnya tidak tahu, karena dia tidak tahu akan kesehatan hatinya dan kiat-kiat untuk menggapainya. Bahkan terkadang hati itu sudah mati tapi orangnya tidak sadar kalau hatinya sudah mati. Tanda dari semua itu adalah dia tidak merasa sakit ketika ditimpa luka keburukan dan dia tidak merasa susah ketika ditimpa kebodohan tentang kebenaran dan keyakinan-keyakinan yang bathil.
Sesungguhnya hati yang masih ada kehidupan di dalamnya, dia pasti akan merasakan rasa sakit ketika ditimpa keburukan dan kejahilan terhadap kebenaran.
Mungkin dia terkadang merasa sakit, tapi dia tidak sanggup menahan pahitnya obat dan kesabaran di atasnya. Maka dia pun lebih memilih terus sakit daripada menahan pahitnya obat. Karena obat dari penyakitnya adalah dengan menyelisihi hawa nafsunya. Dan itu lebih sulit bagi jiwa manusia, padahal itu yang paling bermanfaat baginya.
Terkadang dia sudah bertekad untuk sabar, namun lama kelamaan pudar tekadnya dan tidak istiqomah karena lemah ilmu dan kesabarannya. Hal ini serupa dengan orang yang masuk ke suatu jalan yang menakutkan tapi berujung kepada puncak keamanan.
Dia tahu bahwa jika dia bersabar, maka akan sirna rasa takut dan berganti keamanan. Dia membutuhkan kekuatan kesabaran dan keyakinan akan akhir episode yang baik.
Jika dia lemah kesabaran dan keyakinannya, maka dia akan balik arah dan tidak sanggup memikul beban. Terlebih lagi, jika tidak ada teman yang menemani dan dia merasa takut sendirian. Hingga dia mengatakan: Kemana manusia pergi aku akan mengikuti mereka.
Inilah keadaan kebanyakan orang dan ini pula yang membinasakan mereka. Adapun orang yang paham dengan sebenarnya, maka dia tidak akan merasa takut sendirian, ditinggal oleh teman dan sahabat. Jika memang hatinya selalu merasa bersama dengan generasi pertama “Yaitu orang-orang yang telah Allah beri nikmat atas mereka dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada’ dan shalihin. Dan mereka itulah sebaik-baik teman” (QS. An-Nisa’ : 69)
Imam Hasan Al-Bashri rahimahullahu berkata: Sunnah itu -demi Allah yang tidak ada sesembahan yang haq kecuali Dia- diantara ekstrim kanan dan ekstrim kiri. Maka bersabarlah atasnya -semoga Allah merahmatimu-, karena ahlussunnah itu dahulu minoritas dan sekarang juga minoritas. Yaitu mereka yang tidak bersama dengan orang-orang yang rakus terhadap dunia dan tidak pula bersama ahli bid’ah dalam kebid’ahan mereka. Mereka bersabar di atas sunnah hingga berjumpa dengan Rabb mereka. Maka hendaklah kalian mengikuti jejaknya. [1]
——————————————————-
[1] Syarah Aqidah Ath-thahawiyah 2/360-361 oleh Imam Ibnu Abi Al-‘Izzi rahimahullahu.