BOLEHKAH MEMBACA BUKU-BUKU AHLUL BID’AH?
Syaikh Al-‘Allamah Abdul Aziz bin Baz rahimahullahu -di dalam kaset ceramah yang berjudul ‘Riyadhus Shalihin’– ditanya tentang ucapan Sayyid Quthub di kitabnya “Kutubun wa Syakhshiyat” hal 24: “Ketika Mu’awiyah dan temannya memakai kedustaan, penipuan, kebohongan, kemunafikan, suap dan menjual kehormatan, maka Ali pun tidak bisa mengikuti mereka ke jurang tersebut. Oleh karenanya, tidak aneh kalau keduanya menang dan Ali kalah. Namun kekalahan tersebut lebih mulia dari segala kemenangan”. Maka Syaikh Bin Baz menjawab: “Ini adalah ucapan yang jelek, ini adalah ucapan yang jelek, karena dia mencela Mu’awiyah dan Amru bin Al-‘Ash. Semua ini adalah ucapan yang jelek dan mungkar.”. Penanya itu berkata lagi: “Semoga Allah memperbaiki urusan anda. Apakah dilarang (membaca) buku yang di dalamnya ada ucapan tersebut?”. Beliau berkata: “Selayaknya kitab-kitab tersebut disobek”.
Al-‘Allamah Ibnu Muflih di dalam “Al-Adab Asy-Syar’iyah” (1/232) berkata: “Syaikh Muwaffaquddin rahimahullahu menyebutkan tentang larangan membaca buku-buku ahli bid’ah. Beliau berkata: “Dahulu para salaf melarang dari bermajelis dengan ahli bid’ah dan dari membaca buku-buku mereka serta mendengarkan ucapan-ucapan mereka.”
Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullahu berkata di dalam kitab “Ath-Thuruq Al-Hukmiyah” (hal 233-235): “Demikianlah, tidak perlu mengganti kitab-kitab sesat yang dibakar atau yang dirusakkan. Al-Marwadzi berkata: Saya bertanya kepada Ahmad (bin Hanbal): ‘Saya meminjam sebuah kitab, di dalamnya ada hal-hal yang jelek. Apakah boleh saya menyobek atau membakarnya?’ Beliau menjawab: ‘Ya boleh, dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat kitab Taurat di tangan Umar bin Khaththab dan dia terkesan dengan adanya kesesuaiannya dengan Al-Qur’an. Maka menjadi merah wajah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga Umar pergi menuju ke tempat pembakaran, lalu beliau melemparkan ke dalamnya. Lalu bagaimana jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat apa yang ditulis di dalam kitab-kitab yang sebagiannya menyelisihi Al-Qur’an dan As-Sunnah. Wallahu Al-Musta’an”.