[Serial Aqidah #6] AQIDAH IMAM ABUL HASAN AL-ASY’ARI (edisi 3)
Aqidah Imam Abul Hasan Al-‘Asya’ari rahimahullahu [1]
Imam Abul Hasan Al-Asy’ari rahimahullahu berkata:
36. Mereka berpendapat untuk mengikuti jejak salaf dari kalangan para imam-imam agama dan tidak membuat kebid’ahan dalam urusan agama yang tidak diridhAi oleh Allah.
37. Dan mereka mengikrarkan bahwa Allah datang pada hati kiamat, sebagaimana yang telah Dia firmankan:
وَجَآءَ رَبُّكَ وَٱلۡمَلَكُ صَفًّ۬ا صَفًّ۬ا
Dan datanglah Tuhanmu; sedang Malaikat berbaris-baris. (QS. Al-Fajr : 22)
38. Dan bahwasanya Allah itu mendekat kepada hamba-Nya sesuai dengan yang Dia kehendaki, sebagaimana yang telah Allah firmankan:
وَنَحۡنُ أَقۡرَبُ إِلَيۡهِ مِنۡ حَبۡلِ ٱلۡوَرِيدِ
Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (QS. Qaaf : 16)
39. Dan mereka berpendapat shalat ‘ied, jumat dan shalat berjamaah itu dibelakang setiap pemimpin kaum muslimin yang baik maupun yang jelek.
40. Dan mereka menetapkan mengusap sepatu (ketika wudhu) itu adalah sunnah baik ketika muqim atau musafir.
41. Dan mereka menetapkan kewajiban memerangi kaum musyrikin sejak Allah mengutus Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam hingga pasukan terakhir kaum muslimin memerangi Dajjal dan juga setelah itu.
42. Dan mereka berpendapat (disyariatkannya) mendoakan pemimpin kaum muslimin dengan kebaikan serta melarang dari memberontak kepada mereka dengan pedang. Dan mereka juga melarang ikut berperang di saat fitnah.
43. Mereka membenarkan tentang keluarnya Dajjal dan bahwa Isa bin Maryam yang akan membunuhnya.
44. Mereka beriman dengan adanya malaikat Munkar dan Nakir.
45. (Mengimani) adanya mi’raj.
46. (Mengimani) adanya mimpi ketika tidur.
47. Mereka mengatakan bahwa mendoakan orang-orang yang telah meninggal dunia dari kaum muslimin serta bersedekah untuknya itu akan sampai kepada mereka.
48. Mereka membenarkan bahwa di dunia ini ada sihir dan bahwasanya tukang sihir itu kafir, sebagaimana yang telah Allah firmankan. Dan bahwasanya sihir itu benar terjadi dan ada di dunia ini.
49. Dan mereka berpendapat akan (disyariatkannya) shalat jenazah untuk setiap yang meninggal dunia dari ahli kiblat yang baik maupun yang jelek serta menetapkan adanya warisan mereka.
50. Dan mereka mengikrarkan bahwa surga dan neraka itu adalah makhluk (yang telah diciptakan).
51. Dan bahwasanya orang yang mati maka dia mati karena takdirnya. Dan demikian pula yang mati karena bunuh diri.
52. Dan bahwasanya rizki itu dari Allah, Dialah yang memberi rezeki kepada para hamba-Nya baik yang halal atau yang haram.
53. Dan bahwasanya setan-setan itulah yang membisikkan kepada manusia, membuat keraguan dan merusaknya.
54. Dan bahwasanya orang-orang shalih itu terkadang Allah istimewakan dengan tanda-tanda kekuasaan-Nya (karamah).
55. Dan bahwasanya sunnah itu tidak bisa menghapus Al-Qur’an [2].
56. Dan bahwasanya anak-anak kecil itu nasibnya (di akhirat) apa kata Allah. Jika Allah berkehendak Allah akan mengadzab mereka [3] dan jika Allah berkehendak Allah akan memperlakukan mereka sesuai kehendak-Nya.
57. Dan bahwasanya Allah mengetahui apa yang diperbuat oleh hamba-hamba-Nya serta mentakdirkannya dan bahwa segala sesuatu itu ada di Tangan Allah.
58. Mereka bersabar atas hukum Allah, menjalankan perintah Allah dan meninggalkan apa yang dilarang Allah.
59. Mengikhlaskan amal, menasihati kaum muslimin, melaksanakan ibadah kepada Allah, meninggalkan dosa-dosa besar seperti zina, ucapan dusta, fanatik golongan, berbangga diri, sombong, meremehkan manusia dan ujub.
60. Mereka berpendapat untuk menjauhkan diri dari semua da’i yang menyeru kepada kebid’ahan. Menyibukkan diri dengan membaca Al-Qur’an, menulis hadits serta mempelajari ilmu agama. Dengan diiringi oleh sikap rendah hati, tenang, perangai yang baik, menebar kebaikan, mencegah dari kejelekan, meninggalkan ghibah/menggunjing, namimah/mengadu domba, serta memperhatikan makanan dan minuman.
Inilah kumpulan apa yang mereka (ahlul hadits dan sunnah) perintahkan, yang mereka pegah teguh dan amalkan. Semua yang mereka katakan maka kami juga mengatakannya dan kami berpendapat dengannya. Dan tidak ada yang memberi kita taufik kecuali Allah. Dialah yang mencukupi kami dan Dia sebaik-baik yang memberi kecukupan. Kami minta pertolongan dan bertawakkal kepada-Nya, dan kepada-Nya lah tempat kembali.
——————————-
[1] Diterjemahkan dari kitab Maqaalaat Al-Islamiyyin 1/345-350 oleh Imam Abul Hasan Al-Asy’ari dengan tahqiq Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid.
[2] Syaikh Muhammad Al-Khumais mengatakan ketika mensyarah ucapan diatas: Ini adalah kekeliruan dari penulis rahimahullahu…karena yang benar menurut kebanyakan ahlussunnah bahwa sunnah itu bisa menghapus (hukum) Al-Qur’an. (I’tiqad Ahlissunnah Syarhu maa Qarrarahu Al-Asy’ari hal. 170.
[3] Beliau berkata: Yang benar bahwa Allah tidak akan mengadzab mereka, sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat Al-Isra’ 15.