AQIDAH JAHMIYAH
Mengenal Lebih Dekat Aqidah Jahmiyah
1. Siapakah Jahmiyah itu ?
Jahmiyah adalah pengikut atau orang-orang yang menisbatkan diri kepada Jahm bin Shafwan At-Tirmidzi yang muncul pada awal abad kedua hijriyah.[1]
2. Mata Rantai Kelompok Jahmiyah
a. Jahm bin Shafwan (meninggal tahun 128 H)
b. Ja’ad bin Dirham (meninggal tahun 124 H)
c. Abaan bin Sam’aan (meninggal tahun 119 H)
d. Thalut
e. Labiid bin Al-A’shaam Al-Yahudi
-. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata: Sesungguhnya asal muasal ucapan ta’thil (mengingkari) sifat-sifat (Allah) itu diambil dari murid-murid Yahudi dan orang-orang musyrikin serta para penyembah bintang-bintang. Dan sesungguhnya yang pertama kali diketahui berpegang dengan ucapan tersebut di dalam Islam adalah Ja’ad bin Dirham. Kemudian Jahm bin Shafwan mengambilnya dari Ja’ad dan dialah yang menyebarkannya hingga dinisbatkan kepadanya aqidah kelompok Jahmiyah. Dan dikatakan bahwa Ja’ad mengadopsi ucapannya dari Abaan (Bayaan) bin Sam’aan dan Abaan mengadopsinya dari Thalut yang merupakan keponakan dari Labiid bin Al-A’shaam. Dan Thalut mengadopsinya dari Labiid bin Al-A’shaam Al-Yahudi yang menyihir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.[2]
-. Imam Ibnu Al-Qayyim rahimahullahu berkata: Ketika kelompok Jahmiyah ini sudah mulai banyak di akhir-akhir zaman para Tabi’in, mereka inilah yang pertama kali menentang wahyu dengan akal pikiran. Akan tetapi mereka masih minoritas, terhina dan tercela dimata para imam-imam (ahlussunnah). Guru besar mereka adalah Ja’ad bin Dirham dan dia disegani oleh sebagian manusia karena dia merupakan guru bagi Marwan bin Muhammad. Oleh karenanya dia dinamakan Marwan Al-Ja’di. Dan pada saat itulah Allah mencabut kekuasaan dan kekhalifahan dari Bani Umayyah dan mencerai beraikan mereka di seluruh pelosok negeri dan menghancurkan mereka sehancur-hancurnya dengan sebab barakah syaikh mu’aththilah (Ja’ad bin Dirham).
Ketika ajarannya sudah menyebar luas ditengah kaum muslimin maka Khalid bin Abdillah Al-Qasri yang merupakan gubernur di Iraq memburunya hingga berhasil menangkapnya. Beliau pun berkhutbah di hari raya idul adha dan diakhir khutbahnya beliau berkata: Wahai manusia, sembelihlah hewan-hewan kurban kalian! Semoga Allah menerima sesembelihan kalian. Sedangkan aku akan menyembelih Ja’ad bin Dirham karena dia meyakini bahwa Allah tidak berbicara dengan Nabi Musa dan tidak menjadikan Ibrahim sebagai kekasihnya. Maha tinggi Allah dari apa yang dia ucapkan. Kemudian beliau pun turun dari mimbar dan menyembelih Ja’ad. [3]
3. Aqidah Sesat dan Kufur Jahmiyah
a. Mengingkari nama dan sifat Allah.
b. Mengingkari ketinggian Allah di atas ‘Arsy dan bahwa makna istiwa’ adalah istiila’/menguasai.
c. Meyakini bahwa Al-Qur’an adalah makhluk atau bacaan Al-Qur’an ku adalah makhluk atau mengatakan tidak tahu Al-Qur’an itu makhluk atau bukan.
d. Menyatakan bahwa Allah ada dimana-mana.
e. Mengatakan bahwa iman itu hanya sekedar mengenal Allah.
f. Menyatakan bahwa manusia itu dipaksa dalam berbuat dan dia tidak punya kehendak dan kemampuan dalam berbuat.
g. Mengatakan bahwa surga dan neraka itu tidak kekal.
h. Mengatakan bahwa ilmu Allah itu baru dan Allah tidak mengetahui sesuatu melainkan setelah terjadinya sesuatu itu.
i. Mengingkari kabar berita tentang hari akhir, semisal orang beriman melihat kepada wajah Allah pada hari kiamat, adanya telaga, timbangan, jembatan, syafaat dan lain sebagainya.
j. Mengarang kata-kata jism dan jihah/arah.[4]
-. Imam Abul Hasan Al-Asy’ari rahimahullahu berkata: Yang merupakan ucapan Jahm adalah surga dan neraka itu pasti musnah dan binasa, iman adalah sekedar mengenal Allah, kekufuran hanyalah ketidaktahuan tentang Allah dan pada hakikatnya tidak ada seorang pun yang berbuat melainkan hanya Allah. Allah lah yang berbuat dan ketika disandarkan perbuatan kepada manusia itu hanyalah majaz. Seperti dikatakan: Pohon bergerak, bumi berputar, matahari tergelincir. Sesungguhnya yang berbuat demikian itu adalah Allah….dia juga mengatakan bahwa ilmunya Allah itu baru dan bahwasanya Al-Qur’an adalah makhluk dan tidak boleh dikatakan bahwa Allah senantiasa mengetahui segala sesuatu sebelum terjadinya.[5]
4. Apakah kelompok Jahmiyah itu masih kaum muslimin?
-. Imam Ibnu Abi Al-‘Izzi rahimahullahu berkata: Para ulama berbeda pendapat tentang kafirnya kelompok Jahmiyah. Apakah mereka masih dalam kategori 72 golongan (dari kaum muslimin) atau tidak? Mereka terbagi menjadi dua pendapat: Diantara yang mengatakan mereka bukan termasuk 72 golongan adalah Abdullah bin Mubarak dan Yusuf Al-Asbaath.[6]
-. Syaikh DR.Ghalib Al-‘Awaaji hafidzahullahu berkata: Mayoritas ulama salaf condong kepada pengkafiran kelompok Jahmiyah dan mengeluarkannya dari kaum muslimin. Diantara mereka adalah Imam Ad-Daarimi.[7]
5. Ucapan ulama salaf tentang Jahmiyah.
-. Imam Abu Hatim Ar-Razi dan Abu Zur’ah Ar-Razi rahimahumallahu berkata: Kelompok Jahmiyah adalah kafir.[8]
-. Wahb bin Jarir rahimahullahu berkata: Kelompok Jahmiyah adalah zindiq. Mereka menginginkan bahwa Allah tidak istiwa’/tinggi diatas ‘Arsy.[9]
-. Abdullah bin Mubarak rahimahullahu berkata: Kita tidak mengatakan seperti yang dikatakan oleh kelompok Jahmiyah yaitu bahwasanya Allah di atas muka bumi. Akan tetapi kita mengatakan bahwa Allah tinggi di atas ‘Arsy.[10]
-. Sa’id bin ‘Amir rahimahullahu berkata: Ucapan kelompok Jahmiyah lebih jelek daripada Yahudi dan Nashara. Yahudi, Nashara dan semua agama mengatakan bahwa Allah ada di atas ‘Arsy sedangkan Jahmiyah mengatakan Dia tidak di atas ‘Arsy.[11]
-. Ali bin Hasan berkata: Aku mendengar Ibnu Mush’ab berkata: Kelompok Jahmiyah kafir karena (mengingkari) beberapa ayat di dalam Al-Qur’an. Mereka berkata: Sesungguhnya surga itu akan sirna. Sedangkan Allah berfirman:
إِنَّ هَـٰذَا لَرِزۡقُنَا مَا لَهُ ۥ مِن نَّفَادٍ
Sesungguhnya ini adalah benar-benar rizki dari Kami yang tiada habis-habisnya. (QS. Shaad : 54)…[12]
-. Waki’ rahimahullahu berkata: Barangsiapa yang mendustakan hadits Isma’il dari Qais dari Jarir dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang ru’yah (orang beriman melihat kepada wajah Allah disurga) maka dia adalah Jahmiy maka jauhilah.[13]
-. Zuhair As-Sajistani rahimahullahu berkata: Aku mendengar Ibnu Abi Muthii berkata: Kelompok Jahmiyah adalah kafir.[14]
-. Waki’ rahimahullahu berkata: Kelompok Jahmiyah adalah kafir. Al-Marisi adalah Jahmiy. Dan kalian tahu bagaimana mereka ini bisa kafir, karena mereka mengatakan bahwa cukup bagimu mengenal Allah dan ini adalah kekafiran.[15]
-. Imam Bukhari rahimahullahu berkata: Aku tidak membedakan apakah aku shalat dibelakang pengikut Jahmiyah, Syiah Rafidhah atau shalat dibelakang Yahudi dan Nashrani. Tidak boleh mengucapkan salam kepada mereka, tidak boleh menjenguk mereka, tidak boleh menikahkan dengan mereka, tidak boleh mereka dijadikan saksi dan tidak boleh dimakan sesembelihan mereka.[16]
—————————————————–
[1] Syarah Aqidah Thahawiyah 2/794 oleh Ibnu Abi Al-Izzi Al-Hanafi dan Al-Intishar hal.336 oleh Syaikh Muhammad Musa Alu Nashr.
[2] Al-Fatwa Al-Hamawiyah Al-Kubra 243-245.
[3] Ash-Shawaa’iq Al-Mursalah 3/1070-1072.
[4] Al-Inthishar hal.336-337.
[5] Maqaalaat Al-Islamiyyin 1/338.
[6] Syarah Aqidah Thahawiyah 2/795.
[7] Firaq Mu’ashirah 3/1158.
[8] Ashlu As-Sunnah wa I’tiqaduddin point 29.
[9] Khalqu Af’aal Al-‘ibaad no.6 hal.6 oleh Imam Bukhari.
[10] Idem no.11 hal.7.
[11] Idem no. 13 hal.7.
[12] Idem no.19 hal.8.
[13] Idem no.25 hal.9
[14] Idem no. 32 hal.10
[15] Idem no.34 hal.10.
[16] Idem no.40 hal.11.