KEUTAMAAN BERPEGANG TEGUH DENGAN SUNNAH RASULULLAH
Seorang muslim dan muslimah yang telah bersyahadat bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah diwajibkan untuk melaksanakan konsekuensinya. Yaitu membenarkan apa yang beliau sabdakan, melaksanakan perintahnya, menjauhi larangannya dan tidak beribadah kepada Allah melainkan sesuai dengan tuntunan syariatnya. [1]
Sunnah Rasul yang dimaksud disini adalah metode hidup beliau yang telah Allah jadikan sebagai suri tauladan bagi kita semua.
Allah berfirman:
لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ۬ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأَخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرً۬ا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”
(QS. Al-Ahzab : 21)
Agar kita bisa lebih termotivasi untuk meneladani sunnah/metode hidup beliau maka perlu untuk kita ketahui bersama keutamaan-keutamaan berpegang teguh dengan sunnah Rasul. Inilah sebagian keutamaan-keutamaan tersebut: [2]
1. Dijamin mendapat pahala, tidak ada rasa takut dan sedih.
Allah berfirman:
بَلَىٰ مَنۡ أَسۡلَمَ وَجۡهَهُ ۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحۡسِنٌ۬ فَلَهُ ۥۤ أَجۡرُهُ ۥ عِندَ رَبِّهِۦ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ
“Tidak demikian bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
(QS. Al-Baqarah : 112)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata: Menyerahkan diri kepada Allah dan berbuat kebaikan merupakan dua landasan pokok yaitu mengikhlaskan amal perbuatan kepada Allah dan berbuat kebaikan yaitu menyesuaikan dengan sunnah dan syariat. [3]
2. Dicintai Allah dan diampuni dosanya.
Allah berfirman:
قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ۬ رَّحِيمٌ۬
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS. Ali Imran : 31)
Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: Ayat ini merupakan tolak ukur bagi yang mengaku-ngaku cinta Allah akan tetapi dia tidak mengikuti Nabi Muhammad dalam syariat, jalan dan sunnahnya. Maka orang itu dusta dalam pengakuannya. Jika pengakuan orang itu benar maka wajib untuk dia mengikuti syariat Nabi Muhammad dan sunnah beliau dalam segala ucapan dan perbuatan beliau. [4]
3. Dimasukkan ke dalam surga Allah.
Allah berfirman:
تِلۡكَ حُدُودُ ٱللَّهِۚ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ يُدۡخِلۡهُ جَنَّـٰتٍ۬ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَاۚ وَذَٲلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ
“(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan yang besar.”
(QS. An-Nisa’ : 13)
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu berkata: Firman-Nya “Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya” yaitu dengan melaksanakan perintah keduanya dan yang paling agung adalah mentaati keduanya dalam tauhid kemudian perintah-perintah yang lain dengan berbagai macam tingkatannya. Dan meninggalkan larangan-larangan keduanya dan yang paling agung adalah syirik kepada Allah kemudian meninggalkan maksiat dengan berbagai tingkatannya “niscaya Allah memasukkannya kedalam syurga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya”. [5]
4. Ditemani para nabi, shiddiqin dan syuhada’ serta orang-orang shalih di surga
Allah berfirman:
وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمَ ٱللَّهُ عَلَيۡہِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّـۧنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّہَدَآءِ وَٱلصَّـٰلِحِينَۚ وَحَسُنَ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ رَفِيقً۬ا
“Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”
(QS. An-Nisa’ : 69)
Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: Barangsiapa yang melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya serta meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Maka Allah akan menempatkannya di tempat kemuliaan-Nya (surga) dan menjadikannya sebagai pendamping para nabi, kemudian yang dibawah derajat mereka yaitu para shiddiqin kemudian para syuhada’ kemudian orang-orang beriman yaitu orang-orang shaleh yang baik lahir dan batin mereka. [6]
5. Dirahmati Allah
Allah berfirman:
وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ وَٱلۡمُؤۡمِنَـٰتُ بَعۡضُهُمۡ أَوۡلِيَآءُ بَعۡضٍ۬ۚ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَيُطِيعُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥۤۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ سَيَرۡحَمُهُمُ ٱللَّهُۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ۬
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(QS. At-Taubah : 71)
Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “mendirikan shalat, menunaikan zakat” yaitu mentaati Allah dan berbuat baik kepada makhluk-Nya.”dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya” yaitu di dalam hal yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang. “mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah” yaitu Allah akan merahmati siapa saja yang tersifati dengan sifat-sifat tersebut di atas. [7]
6. Dianugerahi keberuntungan/kebahagiaan dan kemenangan.
Allah berfirman:
إِنَّمَا كَانَ قَوۡلَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذَا دُعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ لِيَحۡكُمَ بَيۡنَهُمۡ أَن يَقُولُواْ سَمِعۡنَا وَأَطَعۡنَاۚ وَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ (٥١) وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ وَيَخۡشَ ٱللَّهَ وَيَتَّقۡهِ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ هُمُ ٱلۡفَآٮِٕزُونَ (٥٢)
“Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan Kami patuh”. dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung. Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, Maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan.”
(QS. An-Nuur : 51-52)
Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: (mereka) selalu mendengar dan taat. Oleh karena itu Allah mensifati mereka dengan keberuntungan yaitu dapat meraih yang diinginkan dan selamat dari yang dikhawatirkan…”Maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan” yaitu mereka meraih kemenangan dengan semua kebaikan dan merasa aman dari segala kejelekan di dunia maupun di akhirat. [8]
7. Diberi Hidayah
Allah berfirman:
قُلۡ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَۖ فَإِن تَوَلَّوۡاْ فَإِنَّمَا عَلَيۡهِ مَا حُمِّلَ وَعَلَيۡڪُم مَّا حُمِّلۡتُمۡۖ وَإِن تُطِيعُوهُ تَهۡتَدُواْۚ وَمَا عَلَى ٱلرَّسُولِ إِلَّا ٱلۡبَلَـٰغُ ٱلۡمُبِينُ
“Katakanlah: “Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka Sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang”.
(QS. An-Nuur : 54)
Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Katakanlah: “Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul” yaitu ikutilah kitabullah dan sunnah rasul-Nya. “dan jika kamu berpaling” yaitu kalian berpaling darinya dan meninggalkan apa yang beliau ajarkan kepada kalian. “maka Sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya” yaitu menyampaikan risalah dan melaksanakan amanah. “dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu” yaitu menerima apa yang Rasul bawa dan mengagungkannya serta melaksanakan konsekuensinya. “Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk” karena Rasul menyeru kepada jalan yang lurus. [9]
————————–
[1] Lihat Ushul Ats-Tsalatsah hal.15 oleh Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab.
[2] Point 1-6 dinukil secara global dari Iqadzu Al-Himmah Littiba’ Nabi Al-Ummah hal.29-38 oleh Syaikh Khalid bin Su’ud Al-‘Ajmi.
[3] Majmu’ Fatawa 28/175 oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
[4] Tafsir Ibnu Katsir 2/26 oleh Imam Ibnu Katsir.
[5] Tafsir Taisiir Al-Kariim Ar-Rahman 1/182-183 oleh Syaikh Abdurrahman As-Sa’di.
[6] Tafsir Ibnu Katsir 2/310.
[7] Idem 4/153.
[8] Tafsir Ibnu Katsir 6/68-69.
[9] Idem 6/70.