WEJANGAN SEPUTAR POLITIK (Edisi 3)
Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman hafizhahullahu berkata:
Kami mengingkari kalau politik sekarang ini ada agama di dalamnya[1], Akan tetapi kami tidak mengingkari bahwa dalam agama ada politik. Politik yang satu ini (politik syar’i) ada tujuan dan mashlahat yang diperhitungkan. Dan kami melarang anak-anak yang masih ingusan dan yang masih dalam tahapan belajar untuk (lancang) menetapkan atau meramal (nasib politik).
Dan kami katakan kepada para pemuda yang semangatnya berapi-api dan mereka melangkahi para pakar ulama: Sesungguhnya tidak selayaknya bagi kalian untuk masuk ke dalam kancah politik, karena kalian belum menguasainya. Dan dilarang bagi kalian untuk menjadi komentator (peramal/paranormal) politik.
Dan kami mengatakan: Sesungguhnya jalan kalian untuk meraih kemuliaan ilmu tidak mungkin bisa bergandengan dengan kotoran politik[2]. Dan kalian akan dikuasai oleh perangai yang buruk dan politik ini akan menjerumuskan kalian ke dalam sarang penyamun.
Yang wajib secara syariat bagi para ulama (dan para da’i) terutama di zaman ini adalah menghidupkan ajaran Allah lewat tashfiyah dan tarbiyah[3] serta menfokuskan diri untuk menjalankan misi dan visi yang mulia ini. Tidak layak bagi mereka untuk masuk ke dalam kubangan politik dari dekat maupun dari jauh[4]. Meskipun mereka adalah orang yang paling paham tentang apa yang menimpa negeri mereka dari topan perselisihan. Jangan sampai tragedi besar mengeluarkan ulama dari kewibawaan mereka dan mengguncang kemuliaan mereka serta jangan sampai fitnah tersebut menggiring mereka ke dalam jurang yang tidak ada seorang pun yang selamat dan tidak ada manfaatnya lagi pengobatan.[5]
————————————————————
[1] Itulah politik yang penuh dengan kemunafikan, lawan bisa jadi kawan, kawan bisa jadi lawan, wala’ (loyalitas/cinta) dan bara’ (benci) bukan karena Allah namun karena partai dan kemaslahatan dunia, hukum berdasarkan selera mayoritas meski jelas-jelas menabrak hukum Allah dan rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[2] Sungguh benar apa yang dikatakan oleh beliau, politik ini telah mengotori sebagian da’i bahkan “doktor” yang mengaku salafi hingga keluar ucapan dan statement yang kotor darinya. Mengapa kalian tidak sadar?
[3] Tashfiyah adalah memurnikan ajaran Islam dari kotoran yang menempel baik kotoran syirik, bid’ah, khurafat, dan pemikiran-pemikiran sesat. Tarbiyah adalah mendidik umat diatas tauhid dan sunnah yang murni berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman salafush shalih. Kedua hal ini (tashfiyah dan tarbiyah) seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Maka sungguh batil ucapan/sikap sebagian da’i yang hanya mencukupkan diri dengan dakwah kepada tauhid atau sunnah saja tanpa tashfiyah/membasmi kesyirikan dan kebid’ahan.
[4] Namun sangat disayangkan virus harakah yang hobi politik telah merasuki sebagian da’i salafi hingga ada dari mereka yang ingin masuk kancah parlemen, ingin mendirikan partai salafi, menjadi pengamat politik (karbitan), bermetamorfosis menjadi paranormal politik dan lain sebagainya. Na’udzu billahi min dzalika.
[5] As-Siyasah al-lati yuriduha As-Salafiyyun hal. 35-37 oleh Syaikh Masyhur Hasan Alu Salman Cet.1 tahun 1425 H/2004 M.