WASIAT TERAKHIR ASY-SYAIKH AL-‘ALLAMAH AL-MUHADDITS ALI BIN HASAN AL-HALABI AL-ATSARI RAHIMAHULLAH*
✏️ Penanya [1]: Wahai guru kami, Semoga Allah senantiasa mencurahkan kebaikan dan keberkahan kepada antum dan ilmu antum. Wahai guru kami, sebagaimana yang telah antum sebutkan bahwa pembahasan ini (tentang sikap ahlussunnah terhadap pemimpin kaum muslimin, seperti dalam makalah kita beberapa saat yang lalu tentang kajian terakhir bersama Asy-Syaikh Al-‘Allamah Al-Muhaddits Ali bin Hasan Al-Halabi Al-Atsari rahimahullahu) pada hakikatnya merupakan pembahasan yang disepakati dalam aqidah Ahlussunnah wal Jamaah. Setiap orang sebenarnya (yang mengaku salafi) memahami pembahasan ini. Akan tetapi wahai guru kami, sangat disayangkan kami melihat pada tahun-tahun terakhir ini sebagian dai yang menisbatkan diri kepada dakwah salafiyah membuat kerancuan (menyusupkan ajaran/bid’ah Abdullah bin Saba’ Al-Yahudi atau pemikiran Khawarij) di dalam aqidah salafiyah. Kami melihat di Medsos atau WhatsApp mereka mengkritik (bahkan mencela) presiden. Inilah kebiasaan mereka, mengkritik dan mengkritik (pemimpin kaum muslimin) baik dengan terang-terangan atau dengan remang-remang. Pertanyaannya, wahai guru kami: Apa kiat-kiat meraih keistiqamahan diatas aqidah shahihah? karena kami khawatir menjadi berubah (mencla-mencle alias plin-plan) di dalam pembahasan (aqidah) yang terang benderang ini. Demikian dariku, semoga Allah mencurahkan keberkahan kepada antum dan membalas antum dengan kebaikan yang banyak.
Syaikh rahimahullahu menjawab: Semoga Allah mencurahkan keberkahan kepadamu wahai saudaraku. Sebagai permulaan aku katakan, kritikan terhadap pemimpin kaum muslimin di hadapan umum atau di WhatsApp atau Facebook atau Medsos [2], aku yakini hal itu tidak ada manfaatnya bahkan mendatangkan keburukan dan menyebabkan banyak kerusakan [3] yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah.
Wahai orang yang mengkritik (pemimpin kaum muslimin dihadapan umum), apa yang memadharatkanmu jika engkau jadikan kritikan itu hanya tertuju kepada problematika yang engkau ingin untuk mengkritiknya, atau fenomena yang menyelisihi syariat atau bentuk-bentuk penyimpangan dari syariat [4] tanpa engkau menyebut pemimpin/pemerintah kaum muslimin (presiden atau menteri-menterinya), meskipun seandainya mereka itu non muslim. Karena semua itu akan tercatat/terarsipkan di dokumen pemerintah atau hal itu akan selalu diawasi. Kemudian hal tersebut akan menyebabkan dampak-dampak negatif yang tidak ada yang mengetahui (bagaimana dahsyatnya) kecuali Allah.
Namun jika engkau memang seorang penasihat yang amanah dan jujur dalam dakwahmu maka kritiklah fenomena (yang menyelisihi syariat) tanpa engkau menyebut Fulan dan ‘Allan (dari pemimpin kaum muslimin). Bahkan aku katakan kepadamu wahai saudaraku, penanya yang mulia -semoga Allah membalasmu dengan kebaikan- seandainya engkau mengkritik orang yang mengkritik pemimpin kaum muslimin dengan engkau sebutkan namanya atau sifatnya seperti fulan atau ustadz fulan atau yang semisal dengannya apakah dia akan menerima? tidak akan dia terima, namun dalam waktu yang bersamaan dia mengarahkan kritikannya kepada pemimpin kaum muslimin. Ini adalah cara pandang yang pincang terhadap problematika yang ada, baik dari sisi syariat maupun dari sisi pertimbangan kemaslahatan dan kemadharatan.
Adapun kiat-kiat meraih keistiqamahan diatas aqidah shahihah maka sangat banyak, tapi yang terpenting adalah:
- Berdoa dan merendahkan diri kepada Allah ‘azza wa jalla agar Allah menjadikan kita istiqamah. Dahulu Nabi ﷺ banyak berdoa: Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati dan penglihatan, jadikan hati kami istiqamah diatas ketaatan kepada-Mu.
- Berteman dekat dengan ahlussunnah yang bersih nan murni (aqidah dan manhajnya) yang jauh dari syubhat [5], kerancuan, kesamar-samaran dan fitnah-fitnah (pemikiran-pemikiran yang menyimpang).
- Mengambil ilmu dari para ulama (atau ustadz) yang terpercaya (aqidah dan manhajnya) [6].
- Tetap konsisten dan terus menerus belajar aqidah Ahlussunnah wal Jamaah yang berkaitan dengan pembahasan yang penting dan sangat penting ini. [7]
[*] Di acara kajian singkat dan soal jawab lewat zoom tanggal 5 Rabi’ul Awal 1442 H atau 22 Oktober 2020. Lihat link youtube https://youtu.be/ZG9ur5rp_ZM menit 37.12 – 41.04
[1] Yaitu penulis tulisan singkat ini, semoga Allah senantiasa memberikannya keistiqamahan diatas aqidah dan manhaj salaf hingga akhir hayat nanti.
[2] Manhaj Rasul ﷺ dan salafush shalih adalah menasihati pemimpin dengan sembunyi-sembunyi (empat mata) seperti dalam hadits ‘Iyadh bin Ghanmin radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dll. Dan ini berlaku untuk semua orang baik dari kalangan ulama atau perkumpulan ulama atau dai, ustadz, Doktor, magister atau sarjana/Lc dll. Adapun mengkritiknya di hadapan umum atau medsos maka itu adalah metode bid’ah. Barangsiapa yang mendukungnya maka berhati-hatilah dengan ancaman keras dari Rasulullah ﷺ: Allah melaknat orang yang mendukung kebid’ahan. (HR. Muslim)
[3] Inilah salah satu pembeda antara salafi dan haraki. Seperti dalam kasus menyikapi revolusi Khumaini. Salafi menolak mentah-mentah dan mentahdzir karena punya pandangan jauh akan bahaya dibelakangnya sedangkan haraki (seperti Ikhwanul Muslimin) punya pandangan yang sempit. Maka sungguh sesat orang yang mengaku salafi tapi kelakuannya haraki dengan suka mengkritik pemerintah atau mendukung yang mengkritik pemerintah (baik presiden atau menteri) di medsos.
[4] Seperti melarang orang dari riba, mencegah manusia dari minuman keras dll, tanpa mengatakan ini semua karena sebab pemerintah atau presiden atau menteri ini dan itu atau bahkan memvonis mereka panen dosa. Na’udzubillahi min dzalika.
[5] Apalagi ustadz yang suka menebar syubhat, suka mencla-mencle, hobi nyinyiri pemimpin kaum muslimin bahkan sampai hari-hari ini, nyinyiri seruan Ittiba’ sunnah dalam menghadapi penghina Nabi ﷺ, menyeru persatuan ala haraki Ikhwanul Muslimin. Na’udzubillahi min dzalika.
[6] Bukan yang jahil tapi nglama’ atau ustadz syubhat atau yang mencla-mencle.
[7] Masihkah ada yang meremehkan masalah ini?! Jika ada, hendaknya dia periksa lagi aqidah dan manhajnya bahkan juga akalnya.