AQIDAH SEPENUH HATI
Imam Ash-Shabuni Asy-Syafi’i (wafat tahun 449 H) rahimahullahu berkata:
Saudara-saudaraku seagama meminta kepadaku untuk aku menyusun bagi mereka pembahasan-pembahasan tentang ushuluddin/aqidah:
- Yang dipegang teguh oleh para imam-imam dan ulama kaum muslimin serta para salafush shalih* yang telah mendahului kita,
- Mereka menyeru dan berdakwah kepadanya di setiap waktu,
- Serta melarang orang-orang yang beriman -yang membenarkan yang bertakwa- dari yang bertentangan dan yang menyelisihi aqidah mereka (tidak diam atau ingin aman karena takut dibully kemudian cuek atau pura-pura tidak tahu atau jika yang salah itu golongannya dibiarkan atau menyembunyikan kebenaran).
- Dan mereka juga berwala’/loyalitas kepada yang mengikuti aqidah tersebut. (namun justru sekarang yang salah aqidahnya malah dibela dan didukung mati-matian dan yang benar aqidahnya dimusuhi dan dijatuhkan habis-habisan dengan segala cara)
- Serta memusuhi**,
- Membid’ahkan (aqidah yang menyimpang).
- Bahkan mengkafirkan yang meyakini selainnya (tentunya sesuai dengan kaidah-kaidah takfir/pengkafiran ala ahlussunnah bukan ala khawarij/teroris).
(Aqidatus Salaf wa Ashabil Hadits hal. 159-160 oleh Imam Ash-Shabuni Asy-Syafi’i rahimahullahu, penerbit Darul ‘Ashimah cetakan kedua 1419 H/1998 M. Dan Alhamdulillah kitab ini masih kita kaji live FB setiap hari Selasa ba’da Maghrib)
[*] Inilah Dakwah Salafiyah yang hanya meneruskan tongkat estafet aqidah dan manhaj mereka. Bukan mengarang-ngarang aqidah baru atau membuat statement yang menyelisihi aqidah dan manhaj mereka. Semoga Allah senantiasa memberikan keistiqamahan kepada kita semua untuk berpegang teguh dengan aqidah dan manhaj salaf hingga akhir hayat nanti.
[**] Jangan setengah hati atau mencla-mencle seperti oknum yang menyeru kepada manhaj salaf dalam menyembunyikan nasihat untuk pemimpin kaum muslimin, namun dalam waktu yang bersamaan juga memuji pihak-pihak yang menasihati pemimpin di hadapan umum atau juga ikut memposting kritikan mereka di medsos. Na’udzubillahi min dzalika.
أَفَلَا یَتَدَبَّرُونَ ٱلۡقُرۡءَانَۚ وَلَوۡ كَانَ مِنۡ عِندِ غَیۡرِ ٱللَّهِ لَوَجَدُوا۟ فِیهِ ٱخۡتِلَـٰفࣰا كَثِیرࣰا
“Maka tidakkah mereka mentadabburi Al-Quran? Sekiranya (Al-Quran) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya” (QS. An-Nisa’: 82)