STATUS ORANG YANG MENYELISIHI PRINSIP AQIDAH SALAF
Imam Harb bin Ismail Al-Karmani (wafat tahun 280 H) rahimahullahu berkata:
- Inilah madzhab/aqidah para imam (salaf), Ashhabul Atsar, Ahlussunnah yang merupakan figur teladan sejak zaman para sahabat Nabi ﷺ hingga hari ini. Dan aku menjumpai para ulama di Irak, Hijaz (Makkah dan Madinah), Syam dan selain mereka di atas prinsip aqidah tersebut.
- Barangsiapa yang menyelisihi sesuatu darinya atau mencelanya, atau memperolok orang yang berpegang teguh dengannya, maka dia adalah mukhalif (orang yang menyelisihi kebenaran), mubtadi’ (ahlul bid’ah), keluar dari Jamaah (bukan Ahlussunnah wal Jamaah), menyimpang dari manhaj Sunnah serta jalan kebenaran.
(Diantara prinsip aqidah tersebut adalah:)
▶️ Berjihad bersama pemimpin kaum muslimin yang baik maupun yang zhalim tetap berlaku dan tidak bisa dibatalkan oleh kezhaliman yang zhalim ataupun kecurangan yang curang.
- Shalat Jumat, shalat Idul Fitri dan Idul Adha serta berhaji bersama pemimpin kaum muslimin meskipun mereka bukan orang yang baik, adil dan bertakwa.
- Tunduk patuh kepada pemimpin kaum muslimin (selama tidak dalam kemaksiatan kepada Allah) dan tidak membatalkan ketaatan kepadanya serta tidak memberontak kepadanya dengan pedang (maupun lisan/tulisan) hingga Allah memberikan jalan keluar bagimu.
- Jangan memberontak kepada pemimpin kaum muslimin, namun tetap mendengar dan mentaatinya (selama tidak dalam kemaksiatan). Dan jangan membatalkan baiat terhadapnya. Barangsiapa yang melakukan hal di atas (memberontak atau membatalkan baiat), maka dia adalah ahlul bid’ah, orang yang menyelisihi (prinsip aqidah salaf) dan dia telah memisahkan diri dari barisan (kaum muslimin).
▶️ Allah di atas ‘Arsy di atas langit yang ketujuh.
- Apabila ahlul bid’ah, orang yang menyelisihi (prinsip aqidah salaf) atau zindiq berhujjah dengan firman Allah:
وَنَحۡنُ أَقۡرَبُ إِلَیۡهِ مِنۡ حَبۡلِ ٱلۡوَرِیدِ
“dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.” (QS.Qaf: 16)
وَهُوَ مَعَكُمۡ أَیۡنَ مَا كُنتُمۡۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِیرࣱ
“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hadid: 4)
هُوَ مَعَهُمۡ أَیۡنَ مَا كَانُوا۟ۖ
“Dia pasti ada bersama mereka di mana pun mereka berada.” (QS. Al-Mujadilah: 7) dan selainnya dari ayat-ayat yang mutasyabihat (samar-samar), maka katakan: Yang dimaksud oleh ayat-ayat tersebut adalah ilmunya Allah, karena Allah tabaraka wa ta’ala di atas ‘Arsy di atas langit ketujuh. Dia mengetahui segalanya dan Dia terpisah dari makhluk-Nya serta tidak ada satu tempat pun yang luput dari ilmu-Nya.
(Kitab As-Sunnah 33/50 oleh Imam Al-Harb Al-Karmani rahimahullahu cetakan pertama tahun 1425 H/2014 M Dar Al-Lu’luah, Beirut-Lebanon)