BERPEGANGLAH DENGAN SUNNAH RASULULLAH ﷺ
🔷 Makna Sunnah
Imam Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullahu berkata: Sunnah adalah jalan yang ditelusuri, maka termasuk di dalamnya adalah berpegang teguh dengan Sunnah Rasulullah dan Sunnah Khulafa’ Rasyidin setelah beliau, baik dalam masalah aqidah/keyakinan, amal perbuatan dan ucapan. Inilah Sunnah yang sempurna. Oleh karena itulah para salaf dahulu tidaklah memutlakkan kata Sunnah kecuali untuk yang mencakup segara perkara. Hal ini diriwayatkan dari Al-Hasan, Al-Auza’i dan Al-Fudhail bin Iyadh.
Dan kebanyakan ulama mutaakhkhirin (setelah mereka) mengkhususkan kata Sunnah untuk yang berkaitan dengan aqidah karena ini adalah pokok agama dan yang menyelisihinya dalam bahaya besar.
(Jami’ Al-Ulum Wa Al-Hikam 2/120)
🔷 Dalil Kewajiban Berpegang Teguh Dengan Sunnah Rasulullah ﷺ
- Imam Ahmad rahimahullahu berkata: Aku melihat/memperhatikan di dalam mushaf lalu aku dapati (perintah) taat kepada Rasulullah ﷺ ada dalam tiga puluh tiga tempat (ayat). (Al-Ibanah Al-Kubra 1/260 no. 97 oleh Ibnu Baththah Al-Ukbari)
- Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata: Allah mewajibkan atas semua manusia untuk taat kepada Rasulullah ﷺ kurang lebih di empat puluh tempat dalam Al-Quran dan taat kepada beliau termasuk taat kepada Allah. (Majmu’ Fatawa 19/83)
- Dan ayat-ayat tentang hal ini terbagi menjadi tiga bentuk/redaksi (Lihat kitab Iqazhul Himmah Li Ittiba’ Nabi Al-Ummah hal. 12-45 oleh Syaikh Khalid bin Su’ud Al-Ajmi):
- Redaksi perintah dan anjuran. Contohnya:
- Allah berfirman:
یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوۤا۟ أَطِیعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِیعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِی ٱلۡأَمۡرِ مِنكُمۡۖ
“Wahai orang-orang yang beriman, Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri di antara kamu”. (QS. An-Nisa’ : 59)
Imam Ibnu Katsir Asy-Syafi’i rahimahullahu berkata: (Taatilah Allah) maknanya ikutilah kitab-Nya (Taatilah Rasul) maknanya ikutilah sunnahnya. (Tafsir Al-Quran Al-Azhim 1/677)
- Allah berfirman:
وَمَا كَانَ لِمُؤۡمِنࣲ وَلَا مُؤۡمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥۤ أَمۡرًا أَن یَكُونَ لَهُمُ ٱلۡخِیَرَةُ مِنۡ أَمۡرِهِمۡۗ وَمَن یَعۡصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ ضَلَّ ضَلَـٰلࣰا مُّبِینࣰا
“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, untuk memiliki pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa memaksiati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Ahzab: 36)
Imam Ibnu Katsir Asy-Syafi’i rahimahullahu berkata: Ayat ini umum mencakup segala hal. Yang demikian itu apabila Allah dan Rasul-Nya menghukumi dengan sesuatu, maka tidak boleh menyelisihinya dan tidak boleh bagi seorang pun untuk memiliki pilihan atau pendapat serta ucapan yang lain. (Tafsir Al-Quran Al-Azhim 3/641)
- Redaksi keutamaan dan pahala bagi yang mengikuti Sunnah Rasulullah ﷺ
- Allah berfirman:
تِلۡكَ حُدُودُ ٱللَّهِۚ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ يُدۡخِلۡهُ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ وَذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ
“(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah kemenangan yang besar.” (QS. An-Nisa’: 13)
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahu berkata: Firman-Nya “Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya” yaitu dengan melaksanakan perintah keduanya dan yang paling agung adalah mentaati keduanya dalam tauhid kemudian perintah-perintah yang lain dengan berbagai macam tingkatannya. Dan meninggalkan larangan-larangan keduanya dan yang paling agung adalah syirik kepada Allah kemudian meninggalkan maksiat dengan berbagai tingkatannya “niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya”. (Taisir Al-Karim Ar-Rahman Fi Tafsir Kalam Al-Mannan hal. 182)
- Allah berfirman:
وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمَ ٱللَّهُ عَلَيۡہِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّـۧنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّہَدَآءِ وَٱلصَّـٰلِحِينَۚ وَحَسُنَ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ رَفِيقً۬ا
“Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, para shiddiqin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (QS. An-Nisa’: 69)
Imam Ibnu Katsir Asy-Syafi’i rahimahullahu berkata: Barangsiapa yang melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya serta meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, maka Allah akan menempatkannya di tempat kemuliaan-Nya (surga) dan menjadikannya sebagai pendamping para nabi, kemudian yang di bawah derajat mereka, yaitu para shiddiqin kemudian para syuhada’ kemudian orang-orang beriman, yaitu orang-orang shalih yang baik lahir dan batin mereka. (Tafsir Al-Quran Al-Azhim 1/682)
- Redaksi ancaman bagi yang menyelisihi Sunnah Rasulullah ﷺ
- Allah berfirman:
فَلۡیَحۡذَرِ ٱلَّذِینَ یُخَالِفُونَ عَنۡ أَمۡرِهِۦۤ أَن تُصِیبَهُمۡ فِتۡنَةٌ أَوۡ یُصِیبَهُمۡ عَذَابٌ أَلِیمٌ
“..Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An-Nur: 63)
Imam Ibnu Katsir Asy-Syafi’i rahimahullahu berkata: Amru Rasulullah ﷺ adalah jalan beliau, manhaj beliau, metode beliau, Sunnah beliau serta syariat beliau. Maka semua ucapan dan perbuatan (manusia) harus ditimbang dengan ucapan serta perbuatan beliau. Yang sesuai maka diterima dan yang menyelisihi maka ditolak, siapapun yang mengucapkan dan melakukannya. Sebagaimana telah shahih dalam shahih Bukhari dan Muslim serta selain keduanya dari Rasulullah ﷺ beliau bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang melakukan suatu amalan (ibadah) tidak sesuai dengan ajaran kami maka tertolak.”
Maka berhati-hati serta takutlah orang yang menyelisihi syariat Rasul, baik secara lahir maupun batin “untuk mereka ditimpa fitnah” yaitu kekafiran atau kemunafikan atau kebid’ahan di dalam hati mereka. (Tafsir Al-Quran Al-Azhim 3/407)
- Allah berfirman:
وَمَن یُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعۡدِ مَا تَبَیَّنَ لَهُ ٱلۡهُدَىٰ وَیَتَّبِعۡ غَیۡرَ سَبِیلِ ٱلۡمُؤۡمِنِینَ نُوَلِّهِۦ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصۡلِهِۦ جَهَنَّمَۖ وَسَاۤءَتۡ مَصِیرًا
“Dan barangsiapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang beriman, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam neraka Jahannam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisa’: 115)
Imam Ibnu Katsir Asy-Syafi’i rahimahullahu berkata: Barangsiapa yang mengikuti selain jalan syariat yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ hingga dia berada di suatu sisi dan syariat di sisi yang lain…(Tafsir Al-Quran Al-Azhim 1/725)
- Hadits Al-Irbadh bin Sariyah
عَنْ أَبِي نَجِيْحٍ العِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ رَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُ قاَلَ : وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظًةً بَلِيْغَةً وَجِلَتْ مِنْهَا القُلُوْبُ وَذَرَفَتْ مِنْهَا العُيُوْنُ فَقُلْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا قَالَ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَ جَلَّ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَي اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ المَهْدِيِّيْنَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Dari Abu Najih Al-Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Rasulullah ﷺ pernah memberikan wejangan yang amat mendalam hingga hati-hati bergetar dan air mata bercucuran. Kami berkata: Wahai Rasulullah, seolah-olah ini adalah wejangan perpisahan, maka berilah kami wasiat. Beliau bersabda: Aku wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat kepada pemimpin kaum muslimin meskipun dari budak Ethiopia. Barangsiapa yang hidup setelahku, maka dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka pegang erat Sunnahku dan Sunnah para Khulafaur Rasyidin yang telah mendapatkan petunjuk, gigitlah dengan gigi geraham kalian. Dan jauhkan diri kalian dari hal yang baru (bid’ah) dalam urusan agama karena setiap bid’ah itu sesat.” (HSR. Abu Daud, Tirmidzi dll)
- Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي
“Barangsiapa yang tidak suka dengan Sunnahku, maka dia bukan dari golonganku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
- Rasulullah ﷺ bersabda:
فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللّٰهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.
“Sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad ﷺ dan sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan (dalam urusan agama) dan setiap bid’ah sesat. (HR. Muslim)
- Al-Khalifah Ar-Rasyid Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘anhu berkata (ketika mencium Hajar aswad):
إنِّي لَأَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لَا تَضُرُّ وَلَا تَنْفَعُ، وَلَوْلَا أَنِّي رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ ﷺ يُقَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ
“Sesungguhnya aku tahu engkau adalah batu yang tidak bisa mendatangkan madharat dan manfaat. Seandainya aku tidak melihat Nabi menciummu, maka aku tidak akan menciummu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
- Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu berkata:
اتَّبِعُوْا وَلَا تَبْتَدِعُوْا فَقَدْ كُفِيْتُمْ
“Ikuti (Sunnah Rasulullah ﷺ) dan jangan mengada-ada karena kalian sudah dicukupi.” (HR. Ad-Darimi)
- Utsman bin Hadhir rahimahullahu berkata: Aku pernah menemui Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma lalu aku berkata:
أوصِنِي، فَقَالَ: عَلَيكَ بِالاستِقَامَةِ، اتَّبِعْ وَلا تَبتَدِعْ
“Berilah aku wasiat, maka beliau berkata: Wajib bagimu bertakwa kepada Allah dan istiqamah. Ikutilah (Sunnah Rasulullah ﷺ) dan jangan berbuat bid’ah.” (HR. Ad-Darimi)
- Imam Az-Zuhri rahimahullahu berkata:
الاِعْتِصَامُ بِالسُّنَّةِ نَجَاةٌ
“Berpegang teguh dengan Sunnah adalah keselamatan.” (Al-Ibanah Ash-Shughra no. 130 oleh Imam Ibnu Baththah Al-Ukbari)
- Imam Al-Auza’i rahimahullahu berkata:
اصْبِرْ نَفْسَكَ عَلَى السُّنَّةِ وَقِفْ حَيْثُ وَقَفَ الْقَوْمُ وَقُلْ بِمَا قَالُوْا وَكُفَّ عَمَّا كَفُّوْا وَاسْلُكْ سَبِيْلَ سَلَفِكَ الصَّالِحِ فَإِنَّهُ يَسِعُكَ مَا وَسِعَهُمْ
“Bersabarlah dirimu di atas Sunnah, berhentilah kemana kaum (salafush shalih) berhenti dan katakan apa yang mereka katakan serta cegahlah apa yang mereka cegah. Telusurilah jalan para salafush shalih karena itu melapangkanmu sebagaimana hal itu melapangkan mereka.”
(Syarhu Ushul I’tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah 1/174 no. 315 oleh Imam Al-Lalikai)