AQIDAH SYAIKH ABDUL QADIR AL-JAELANI RAHIMAHULLAHU TENTANG IMAN KEPADA HARI AKHIR (Edisi 6)
Syaikh Abdul Qadir Al-Jaelani rahimahullahu berkata:
- Wajib kita mengimani adanya adzab kubur dan tekanan kubur bagi pelaku kemaksiatan dan kekafiran. Dan wajib juga meyakini adanya nikmat kubur bagi ahli ketaatan dan keimanan. Hal ini berlainan dengan kelompok Mu’tazilah yang mengingkarinya serta mereka mengingkari adanya pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir. Adapun dalil Ahlussunah akan hal diatas adalah firman Allah:
یُثَبِّتُ ٱللَّهُ ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ بِٱلۡقَوۡلِ ٱلثَّابِتِ فِی ٱلۡحَیَوٰةِ ٱلدُّنۡیَا وَفِی ٱلۡـَٔاخِرَةِۖ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat” (QS. Ibrahim: 27).
2. Wajib kita mengimani bahwa Allah menerima syafaat Nabi kita Muhammad ﷺ bagi pelaku dosa besar sebelum mereka masuk neraka dan juga yang sudah masuk neraka lalu mereka keluar darinya dengan sebab syafaat beliau ﷺ dan selainnya dari orang-orang yang beriman. Hal ini berlainan dengan kelompok Qadariyah (Mu’tazilah) yang mengingkarinya.
3. Wajib mengimani adanya jembatan yang terpancang di atas neraka jahannam. Ada yang Allah kehendaki masuk ke neraka jahanam (jatuh dari jembatan) dan ada pula yang Allah kehendaki selamat darinya. Mereka mendapatkan cahaya (ketika melewati jembatan tersebut) sesuai dengan amal perbuatannya. Ada yang berjalan, berlari, naik (tunggangan), merangkak dan ada pula yang terseret. Nabi ﷺ menyifati jembatan tersebut memiliki kail (penarik).
4. Ahlussunah meyakini bahwa nabi kita memiliki telaga pada hari kiamat. Orang-orang beriman (selain ahlul bid’ah) meminum darinya, sedangkan orang-orang kafir tidak bisa meminumnya. Barangsiapa yang meminum darinya dia tidak akan haus selama-lamanya. Luasnya 1 bulan perjalanan, airnya lebih putih dari susu dan lebih manis dari madu. Di sekitarnya ada bejana-bejana sebanyak bintang-bintang di langit. Ada 2 talang yang mengalirkan air dari Al-Kautsar (sungai di surga ke telaga). Kelompok Mu’tazilah mengingkari hal ini. (Semoga) mereka tidak akan bisa meminum dari telaga tersebut dan mereka dimasukkan ke neraka dalam keadaan kehausan jika tidak bertaubat dari aqidah sesat mereka dan pengingkaran mereka terhadap kebenaran serta dari penolakan mereka terhadap ayat-ayat, hadits-hadits dan atsar para salafush shalih.
5. Ahlussunah meyakini bahwa Allah ta’ala akan menghisab hamba-Nya yang beriman pada hari kiamat dan mendekatkannya kepada-Nya. Dan makna hisab disini adalah Allah memperlihatkan kepada hamba-Nya kadar pahala dan sanksi dosa dengan dia membaca amal perbuatan baik dan jeleknya (sewaktu di dunia). Ada kelompok mu’aththilah yang mengingkari hal ini dan Allah telah mendustakan mereka lewat firman-Nya:
إِنَّ إِلَیۡنَاۤ إِیَابَهُمۡ – ثُمَّ إِنَّ عَلَیۡنَا حِسَابَهُم
“Sungguh, kepada Kamilah mereka kembali, Kemudian sesungguhnya (kewajiban) Kamilah menghisab mereka.” (QS. Al Ghasyiyah: 25-26)
6. Ahlussunnah meyakini adanya timbangan pada hari kiamat untuk menimbang kebaikan dan kejelekan, dia memiliki dua daun timbangan dan neraca. Kelompok Mu’tazilah, Murji’ah dan Khawarij mengingkari hal ini dan mereka mengatakan bahwa makna timbangan tersebut adalah keadilan bukan timbangan amal perbuatan. Al-Quran dan Sunnah Rasul mendustakan ucapan mereka.
وَنَضَعُ ٱلۡمَوَ ٰزِینَ ٱلۡقِسۡطَ لِیَوۡمِ ٱلۡقِیَـٰمَةِ فَلَا تُظۡلَمُ نَفۡسࣱ شَیۡـࣰٔاۖ
“Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit” (QS. Al-Anbiya’: 47)
فَأَمَّا مَن ثَقُلَتۡ مَوَ ٰزِینُهُۥ – فَهُوَ فِی عِیشَةࣲ رَّاضِیَةࣲ – وَأَمَّا مَنۡ خَفَّتۡ مَوَ ٰزِینُهُۥ – فَأُمُّهُۥ هَاوِیَةࣱ
“Maka adapun orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang). Dan adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.” (QS. Al-Qari’ah: 6-9)
Manusia terbagi menjadi tiga kelompok dalam masalah timbangan amal:
- Yang lebih berat kebaikannya daripada kejelekannya, maka dia masuk surga.
- Yang lebih berat kejelekannya daripada kebaikannya, maka dia masuk neraka.
- Yang sama antara kebaikan dan kejelekannya. Mereka dinamakan ashaabul a’raaf. Mereka akan mendapatkan rahmat dari Allah jika Allah kehendaki hingga mereka masuk surga.
وَبَیۡنَهُمَا حِجَابࣱۚ وَعَلَى ٱلۡأَعۡرَافِ رِجَالࣱ یَعۡرِفُونَ كُلَّۢا بِسِیمَىٰهُمۡۚ
“Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas (yang disebut A’rāf); dan di atas A’rāf (tempat yang tertinggi) ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tandanya.” (QS. Al-A’raf: 46).
7. Ahlussunah meyakini bahwa surga dan neraka itu sudah diciptakan (sekarang), keduanya sudah Allah persiapkan, salah satunya untuk kenikmatan bagi yang taat dan beriman dan yang lain untuk hukuman bagi yang bermaksiat dan melampaui batas. Keduanya Allah ciptakan kekal abadi dan tidak akan pernah musnah selama-lamanya. Surga tersebut adalah surga yang pernah dihuni oleh Adam dan Hawa’ alaihima As-salam serta Iblis yang terlaknat kemudian dia mengeluarkan mereka darinya. Adapun kelompok Mu’tazilah, maka mereka mengingkari hal tersebut.
(Diringkas dari Al-Ghunyah Li Thaalibii Thariiqi Al-Haq hal. 99-107, cetakan pertama tahun 1433 H/2012 M Daar Ihya’ At-Turats Al-Arabi oleh Syaikh Abdul Qadir Al-Jaelani rahimahullahu)