SUMBER RADIKALISME DAN TERORISME* (Edisi 1)
SUMBER RADIKALISME DAN TERORISME*
(Edisi 1)
Sesungguhnya akar dan sumber inti dari pengkafiran, peledakan, fitnah, malapetaka dan tragedi mengenaskan yang dialami oleh kaum muslimin dan selain mereka pada zaman ini adalah pemikiran dan buku-buku karangan Sayyid Quthub. Dan diantara orang-orang yang terdidik dan terpengaruh dengan buku-buku yang berbahaya tersebut serta menjadi korbannya adalah para pemimpin jaringan teroris Al-Qaeda [1]. Khususnya orang pertama dalam jaringan ini, yaitu Osama bin Laden, dan orang keduanya, yaitu Aiman Azh-Zhawahiri yang amat terpengaruh dengan buku-buku berbahaya tersebut dan membelanya mati-matian.
Aiman Azh-Zhawahiri berkata: “Sesungguhnya Sayyid Quthub dialah yang pertama kali meletakkan undang-undang Jihadiyyin (Teroris) dalam kitabnya yang bak dinamit, yaitu Ma’âlim Fî Ath-Tharîq. Dan sesungguhnya dialah sumber inspirasi radikalisme. Dan bukunya Al-‘Adâlah Al-Ijtima’iyyah Fî Al-Islâm terhitung produk akal pemikiran yang paling berharga bagi para kelompok radikal. Pemikiran Sayyid merupakan cikal bakal bagi terciptanya revolusi Islam melawan musuh-musuhnya di dalam maupun di luar [2]. Dan senantiasa pasal-pasalnya yang berdarah mengalami pembaharuan setiap saat”. [3]
Dan tidak kalah pula peran Muhammad Quthub sebagai saudara kandung Sayyid Quthub dalam menularkan virus terorisme ke dalam diri Osama bin Laden. Ini semua karena Osama pernah berguru dengan Muhammad Quthub dan sangat terpengaruh dengan pemikiran-pemikiran takfir (vonis kafir) [4] dan Khawarijnya serta sistem harakahnya, yang tidak bisa diragukan lagi. Awal kali perjumpaan antara guru dan murid ini, ketika Osama belajar di Fakultas Ekonomi dan Manajemen [5] Universitas Malik Abdul Aziz Jeddah Arab Saudi.
Pada waktu bersamaan Muhammad Quthub menjadi dosen di universitas tersebut, dia pun bertemu dengannya. Kemudian setelah itu berjalanlah pertemuan demi pertemuan antara keduanya dan mulailah terjadi penyimpangan pemikiran dalam diri pemimpin Al-Qaeda ini.
Muhammad Quthub mengajarkan aqidah yang menyimpang dari aqidah salafush shalih, khususnya dalam masalah takfir, tauhid hakimiyah (berhukum dengan hukum Allah), masalah al-wala’ (loyalitas) dan al-bara’ (permusuhan) serta bersikap kepada penguasa muslim dan lain-lain. Kesimpulannya, Muhammad Quthub merupakan ustadz pertama bagi pemimpin Al-Qaeda dan yang menancapkan pemikiran serta manhaj (sesat) kepadanya.
Diantara yang menunjukkan akan pengaruh kuat Muhammad Quthub dalam diri Osama bin Laden adalah munculnya penamaan jaringan ini dengan nama “Al-Qaeda” yang bermakas di Afghanistan. Hal ini dikarenakan Muhammad Quthub sering kali menyebutkan nama Al-Qaeda dalam buku karangannya yang sangat berbahaya dan jelek, Wâqi’unâ Al-Mu’âshir.
Bahkan dalam satu pasal saja yang berjudul “Manhaj Al-Harakah” dia menyebutkan nama Al-Qaeda lebih dari 40 kali. Maka sang murid yang setia ini pun terinspirasi dari sang guru dalam menamai jaringan terorisnya ini.
PEMIKIRAN SESAT SAYYID QUTHUB
- Pengkafiran kaum muslimin secara menyeluruh.
Sayyid Quthub berkata: “Masuk dalam kategori masyarakat jahiliyah adalah masyarakat yang mengaku bagi dirinya sebagai masyarakat muslimah. Masyarakat seperti ini tidak termasuk dalam kategori masyarakat Islam…”. [6]
Dia juga berkata: “Keberadaan umat Islam telah terputus sejak berabad-abad lamanya”. [7]
Inilah ucapan Sayyid dalam kitabnya Ma’âlim Fî Ath-Tharîq yang dikultuskan oleh Aiman Azh-Zhawahiri dan dia katakan bahwa buku tersebut merupakan undang-undang bagi jihadiyyin serta disifatinya dengan dinamit.
Memang benar, inilah undang-undang jaringan Al-Qaeda: Pengkafiran kepada masyarakat kaum muslimin secara menyeluruh.
- Peledakan, pengerusakan, penculikan dan gerakan bawah tanah.
Sayyid Quthub berkata: “Kita dahulu telah sepakat untuk tidak menggunakan kekuatan sebagai sarana untuk merubah sistem pemerintahan atau untuk mendirikan hukum Islam. Akan tetapi, dalam waktu bersamaan kita telah mengikrarkan untuk memakai kekuatan ketika ada penindasan terhadap jaringan ini, yang berjalan di atas metode pengajaran aqidah, pendidikan masyarakat [8], dan penegakan qaidah bagi Islam dalam masyarakat. Dan makna semua ini adalah: pembahasan tentang pelatihan (militer) sekelompok orang yang akan melawan penindasan dan melakukan perlindungan terhadap jaringan ini. Demikian juga pembahasan tentang senjata dan harta yang dibutuhkan untuk kepentingan tersebut. Adapun pelatihan… telah disepakati dalam mempercepat pelatihan mereka, karena jika terbatas pada teori belaka tanpa adanya pelatihan dan persiapan (militer), dikhawatirkan akan merasuk rasa bosan ke dalam diri para pemuda”. [9]
Inilah yang dikatakan oleh Sayyid Quthub dan diakuinya tentang gerakan bawah tanahnya [10], persiapan senjata dan pengamanannya, serta pelatihan (militer) bagi pemuda yang bergejolak untuk menggunakannya demi membela jaringan yang bid’ah ini. Kemudian melakukan kejahatan (terorisme) kepada kaum muslimin dengan berkedok Islam dan membelanya.
Inilah fakta yang ada pada kelompok-kelompok takfir, teroris dan harakah. Khususnya jaringan teroris Al-Qaeda yang sesat, yang merupakan murid setia bagi pemikiran dan manhaj Sayyid Quthub.
Sayyid Quthub berkata: “Adapun masalah persenjataan, maka pembahasan ini ada dua sisi: Pertama: mereka memberitahuku -dan yang menjadi juru bicara dalam masalah ini adalah Majdi- bahwa lantaran sulitnya memperoleh perbekalan untuk pelatihan (militer), maka mereka berusaha untuk membuat bom rakitan. Dan percobaan demi percobaan telah sukses, maka dibuatlah beberapa bom. Akan tetapi masih butuh perbaikan dan percobaan yang terus menerus. Kedua: Bahwa Ali Asymawi menjengukku tanpa janji terlebih dahulu. Dan dia memberitahuku bahwa sekitar dua tahun sebelum perjumpaan kami, dia meminta beberapa senjata yang telah ditentukan spesifikasinya dari seseorang di salah satu negara arab, kemudian dibiarkan waktu berjalan. Dan sekarang datang kabar bahwa senjata-senjata tersebut telah dikirim dalam jumlah yang banyak, sekitar dua gerobak dan akan dikirim lewat Sudan dan akan sampai kira-kira dua bulan”. [11]
Lihatlah, apa yang diperbuat para teroris yang membuat senjata-senjata, bahan peledak dan bom tersebut? Hasilnya adalah seorang teroris yang jahil/bodoh mengikatkan bom rakitan di badannya dan meledakkan dirinya sendiri hingga dia membunuh dirinya, kaum muslimin dan orang-orang kafir yang tidak berhak dibunuh (seperti Mu’âhadin dan Musta’manin), menghancurkan dan merusak dengan nama jihad dan Islam yang lurus ini.
Dan inilah keadaan jaringan Al-Qaeda yang di antara aksi terorismenya adalah peledakan yang berdosa di negeri ‘Amman yang tercinta, yang memakan korban kaum muslimin; anak-anak kecil, kaum wanita dan orang-orang yang tidak bersalah serta selain mereka dari Musta’manin, Mu’âhadin dan Musâimin [12].
Sayyid Quthub juga berkata: “Yang aku katakan kepada mereka: Sesungguhnya apabila kita ingin membalas penindasan ini jika terjadi, maka wajib dengan pukulan yang mematikan dan dengannya terjamin keselamatan mayoritas para pemuda muslim (Ikhwanul Muslimin) [13]. Oleh karena itu, dalam pertemuan berikutnya dengan Ahmad Abdul Majid, mereka membawa daftar usulan aktivitas yang dapat melumpuhkan fasilitas pemerintahan agar tidak dapat melakukan pengejaran terhadap anggota jaringan Ikhwanul (Muslimin) ketika terjadinya penangkapan terhadap mereka, seperti yang terjadi pada waktu-waktu lalu. Aktivitas ini sebagai aksi pembalasan terhadap penangkapan anggota jaringan dengan menyingkirkan para pemimpin, terutama presiden, perdana menteri, ketua MPR, ketua intelijen, dan ketua Polisi. Kemudian dengan menghancurkan sebagian fasilitas umum yang dapat melumpuhkan sarana transportasi di Kairo agar mereka tidak dapat melakukan pengejaran terhadap anggota jaringan Ikhwanul (muslimin) yang lain. Dan juga, fasilitas umum yang ada di luar Kairo seperti pusat listrik dan jembatan layang…”. [14]
Inilah manhaj, pemikiran dan perbuatan Sayyid Quthub yang merupakan (bapak terorisme) biang keladi pengkafiran, peledakan, pengerusakan, pembuatan bom teroris, penculikan terhadap para pemimpin dan penghancuran fasilitas umum. Dan perbuatan keji ini diikuti oleh jaringan teroris Al-Qaeda yang telah berlumuran darah kaum muslimin di negara-negara Islam.
- Seruan kudeta.
Sayyid Quthub mengatakan: “Mungkin telah jelas bagi anda bahwa tujuan utama jihad dalam Islam [15] adalah menghancurkan sistem yang bertentangan dengannya serta mendirikan sistem pemerintahan yang didasari kaidah-kaidah Islam. Dan ini adalah tujuan kudeta Islami [16] yang umum, tidak terbatas dalam satu wilayah saja. Bahkan di antara hal yang diinginkan oleh Islam dan selalu diperhatikan adalah terjadinya kudeta yang menyeluruh di semua penjuru negeri. Dan ini adalah tujuan yang agung dan cita-cita yang mulia”. [17]
Dia juga mengatakan: “Orang yang beriman dengan suatu aqidah dan sistem -baik individu atau kelompok-, maka dia akan terbawa dengan tabiat aqidah dan imannya tersebut untuk berusaha menghancurkan sistem hukum yang berdiri di atas pemikiran yang berlawanan dengan pemikirannya”. [18]
Ucapan Sayyid di atas sangat jelas dalam menyeru para pemuda dan kaum muslimin untuk memberontak dan mengkudeta pemerintah. Hal ini dianggapnya sebagai jihad yang wajib, dan ini pun diikuti oleh jaringan Al-Qaeda yang menyeru para pemuda untuk memberontak. Mereka (Sayyid Quthub dkk) telah merusak kebanyakan para pemuda muslim di negeri-negeri Islam yang memiliki semangat berapi-api namun jahil terhadap agamanya [19], baik di Mesir, Syiria, Jordania, Al-Jazair, Maroko, Arab Saudi dan negeri-negeri Islam lainnya [20].
- Pengkafiran terhadap negara Islam dan jahil terhadap makna kalimat tauhid.
Sayyid Quthub berkata: “Orang-orang yang tidak mengEsakan Allah dalam hakimiyah (hukum) di segala tempat dan waktu mereka adalah kaum musyrikin. Dan tidak mengeluarkan mereka dari kesyirikan ini keyakinan mereka tentang Lâ Ilâha Illallâh, namun mereka tidak menunjukkan syiar-syiar untuk Allah”. [21]
Dia juga berkata: “Tidak ada di atas muka bumi ini negara Islam dan masyarakat muslim. Kaidah bermuamalah di dalamnya adalah syariat Allah dan fiqih Islam”. [22]
Dia juga berkata: “Kalimat Lâ Ilâha Illallâh, telah dipahami oleh seorang arab yang paham makna bahasanya dengan ‘Tidak ada hukum kecuali bagi Allah’.” [23]
Dalam ucapan-ucapannya ini Sayyid Quthub dengan kejahilannya menjadikan hakimiyah sebagai tauhid [24] yang tidak mungkin Islam ada kecuali dengan mewujudkannya dan dia juga menampakkan kebodohannya terhadap makna tauhid uluhiyah dan rububiyah.
Sayyid Quthub berkata: “Yang paling khusus dari tauhid uluhiyah adalah rububiyah, kepemimpinan, kekuasaan dan hakimiyah”. [25]
Dia juga mengatakan: “Tauhid uluhiyah bukan merupakan bahan perselisihan antara (para rasul dan kaum mereka), akan tetapi tauhid rububiyahlah yang dihadapi oleh para rasul, khususnya Nabi yang terakhir”. [26]
Ucapan ini menunjukkan akan kebodohan Sayyid terhadap kandungan Al-Quran, hakikat dakwah para rasul serta hakikat tauhid uluhiyah [27]. Dan di dalam ucapan di atas juga terdapat pencampur adukan antara tauhid rububiyah dan tauhid uluhiyah. Dan maksud dari pencampur adukan antara keduanya serta kebodohan dan penyamaran tersebut adalah menggantikan tauhid uluhiyah (yang merupakan prioritas dakwah para nabi) dengan tauhid hakimiyah (yang selalu dijadikan senjata oleh kaum Khawarij untuk mengkafirkan pemimpin kaum muslimin dan kaum muslimin).
- Celaan Sayyid Quthub kepada para ulama.
Sayyid Quthub berkata: “Sesungguhnya aktivitas dalam medan pemikiran untuk fiqih Islami adalah amalan yang menguntungkan, karena tidak ada risiko di dalamnya, akan tetapi itu bukan amalan untuk Islam dan tidak termasuk metode agama ini serta bukan tabiatnya. Lebih baik bagi orang yang menginginkan kesenangan dan keselamatan untuk menyibukkan diri dengan sastra, kesenian atau bisnis. Adapun menyibukkan diri dengan fiqih sekarang dengan mengatasnamakannya untuk Islam, maka aku kira -wallahu a’lam- itu hanyalah menyia-nyiakan waktu dan pahala, selama manusia masih dalam kejahiliyaan menyembah pemimpin mereka”. [28]
Dalam ucapan Sayyid Quthub di atas terdapat celaan yang keji terhadap para ulama. Sayyid Quthub mengira bahwa para ulama tersebut tidak mau bersusah payah dalam menegakkan Islam, mereka hanya ingin bersantai ria. Sayyid Quthub menuduh bahwa para ulama adalah para pengecut hanya menginginkan keselamatan, (tidak mau risiko perjuangan). Dan Sayyid Quthub juga, sadar atau tidak sadar, telah meremehkan ilmu agama dan fiqih tentang hukum-hukum Allah serta syariat-Nya yang mulia. Sekaligus dia telah menjauhkan umat -khususnya para pemuda- dari belajar ilmu agama ini beserta para ulamanya [29].
LINK PDF:
[*] Diringkas dan diterjemahkan dari kitab Kasyfu Al-Astâr ‘Amma Fî Tandzîmi Al-Qâidah Min Afkâri Wa Akhthâr oleh Abu Abdillah Umar bin Abdul Hamid Al-Bathusy hafizhahullah.
[1] Jaringan teroris Al-Qaeda merupakan bapak dari jaringan teroris ISIS. Karena kebengisan dan kekejaman ISIS yang melibihi bapaknya maka nama sang anak lebih populer sekarang dibanding nama bapaknya. Meskipun akar pemikiran dan aqidah mereka sama yaitu aqidah dan pemikiran Khawarij.
[2] Namun kenyataan di lapangan bukan revolusi Islam, tapi terorisme dan revolusi ala Khawarij. Sebagaimana Khumaini -laknatullahi alaihi- yang mengumandangkan revolusi Islam tapi faktanya adalah revolusi Syiah Rafidhah yang kafir.
[3] Harian Asy-Syarqu Al-Ausath edisi 8407 tertanggal 19/9/1422 H.
[4] Mudah memvonis seorang muslim sebagai orang kafir atau murtad tanpa dalil dan ilmu.
[5] Sungguh aneh bin ajaib, seorang sarjana ekonomi dijadikan rujukan dalam agama. Sedangkan ulama Ahlussunnah yang darah dan daging mereka telah bersatu dengan ilmu dan sunnah ditinggalkan bahkan dicaci maki tanpa takut siksa Allah. Apakah ini yang telah diperingatkan oleh Rasulullah “Diantara tanda hari kiamat adalah diambilnya ilmu dari orang yang jahil” (HSR. Thabrani)?.
[6] Ma’âlim Fî Ath-Tharîq hal. 101-103.
[7] Ma’âlim Fî Ath-Tharîq hal. 8.
[8] Aqidah dan pendidikan ala Khawarij.
[9] Limâdza A’damûni hal. 49-50.
[10] Umar bin Abdul Aziz rahimahullahu berkata: “Apabila anda melihat sekelompok orang menyembunyikan urusan agama mereka dari manusia (gerakan bawah tanah), maka ketahuilah bahwa mereka di atas kesesatan”. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Az-Zuhd hal. 48 dan Ad-Darimi dalam Sunannya 1/91.
[11] Limâdza A’damûni hal. 50-52.
[12] Dan ini pula yang diwarisi anak cucu jaringan teroris Al-Qaeda yaitu kelompok teroris ISIS di Indonesia.
[13] Inilah kelompok yang merupakan cikal bakal munculnya terorisme di dunia modern ini dengan nama jihad. Oleh karena itu, pernah didapati dalam sebuah rumah yang pernah dihuni oleh salah satu pelaku peledakan di hotel JW. Marriot dan Ritz Carlton slogan-slogan Ikhwanul Muslimin.
[14] Limâdza A’damûni hal. 55-56.
[15] Tujuan jihad dalam Islam adalah untuk menegakkan kalimat Allah bukan membuat terorisme dan kekacauan di negara kaum muslimin atau selainnya.
[16] Semuanya disandarkan kepada Islam, padahal Islam berlepas diri darinya.
[17] Fî Zhilâlil Qurân 3/1451.
[18] Idem.
[19] Sungguh benar sabda Rasulullah :
Akan muncul sekelompok manusia di akhir zaman, mereka masih muda belia dan bodoh (tentang agama). Mereka membaca al-Qur’an yang merupakan sebaik-baik ucapan, namun iman mereka tidak sampai ke kerongkongan mereka. Mereka keluar dari Islam sebagaimana keluarnya anak panah dari sasarannya. (HR. Bukhari)
[20] Di Indonesia juga.
[21] Fî Zhilâlil Qurân 3/1492.
[22] Fî Zhilâlil Qurân 4/2122.
[23] Fî Zhilâlil Qurân 2/1006.
[24] Ulama Ahlussunnah membagi tauhid menjadi tiga:
- Tauhid Rububiyah yaitu meyakini bahwa Allah satu-satunya dzat yang menciptakan, menguasai dan mengatur alam semesta.
- Tauhid Uluhiyah yaitu meyakini bahwa Allah lah satu-satunya sesembahan yang haq.
- Tauhid Asma’ wa Sifat yaitu meyakini bahwa Allah memiliki nama-nama yang baik dan sifat-sifat yang mulia sebagaimana yang dicantumkan dalam Al-Quran maupun hadits Rasul yang shahih.
Dan tidak ada seorang pun dari ulama Ahlussunnah yang menambahkan tauhid hakimiyah dalam pembagian ini.
[25] Fî Zhilâlil Qurân 4/1825.
[26] Fî Zhilâlil Qurân 3/1846.
[27] Allah berfirman tentang inti dakwah para Rasul (yaitu Tauhid Uluhiyah):
وَلَقَدۡ بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَۖ فَمِنۡهُم مَّنۡ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنۡهُم مَّنۡ حَقَّتۡ عَلَيۡهِ ٱلضَّلَٰلَةُۚ فَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلۡمُكَذِّبِينَ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut (sesembahan selain Allah). (QS. An-Nahl: 36).
لَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوۡمِهِۦ فَقَالَ يَٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرُهُۥ
Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: Wahai kaumku sembahlah Allah saja, sekali-kali tak ada sesembahan bagimu selain-Nya. (QS. Al-A’râf: 59)
وَإِلَىٰ عَادٍ أَخَاهُمۡ هُودٗاۚ قَالَ يَٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرُهُۥٓۚ أَفَلَا تَتَّقُونَ
Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum ‘Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Sesembahan yang Haq bagimu selain dari-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?. (QS. Al-A’râf: 65)
وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمۡ صَٰلِحٗاۚ قَالَ يَٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرُهُۥۖ
Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka Shaleh. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. (QS. Al-A’râf: 73)
Allah juga berfirman:
وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِيٓ إِلَيۡهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعۡبُدُونِ
Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Sesembahan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (QS. Al-Anbiyâ: 25)
[28] Fî Zhilâlil Qurân 4/2012.
[29] Dan inilah yang terjadi, sekelompok pemuda dengan semangat yang membara untuk menegakkan Islam dengan jihad, namun mereka tidak tahu hukum/syariat Allah dalam jihad. Apa itu jihad, macam-macam jihad, syarat-syarat jihad, siapa yang berhak dibunuh dan yang tidak berhak dan lain sebagainya.