SALAF YANG MANA?
Ada tulisan: “Di antara bentuk penyimpangan dari manhaj salaf dalam tarbiyah: melibatkan para santri atau para pemula dalam perkara tahdzir, yang demikian itu melahirkan para penuntut ilmu yang gersang dari adab dan sopan santun dalam berilmu, bahkan akan melahirkan generasi-generasi yang penuh dg sifat ujub dengan kedangkalan ilmu yang dimilikinya”.
✅ Kalau boleh tanya: Salaf yang mana ya? Semoga ini bukan ujub (na’udzubillah min dzalika), tapi statement ini ajib/aneh/ganjil. Kenapa demikian? Perhatikan hal-hal berikut ini:
▶️ Syaikh Dr. Abdul Aziz Ar-Rayyis hafizhahullahu berkata ketika menjelaskan cara mengetahui manhaj salaf (salafush shalih) : (di antaranya) (Kalau) ada salah seorang ahli ilmu dan iman dari para pakar (ulama) yang menyebutkan bahwa hal tersebut adalah jalan/manhaj salaf atau ini adalah yang telah disepakati oleh mereka. Hal ini bisa diketahui lewat tulisan para imam-imam sunnah dalam kitab-kitab aqidah seperti “Ushul As-Sunnah oleh Imam Ahmad, Al-Ibanah Al-Kubra dan Ash-Shughra oleh Ibnu Baththah dan Asy-Syariah oleh Al-Ajurri…demikian seterusnya.”
(Haqiqah Ad-Dakwah As-Salafiyah hal. 14-15 oleh Syaikh Dr. Abdul Aziz Ar-Rayyis hafizhahullahu)
✅ Buktikan kebenaran ucapan yang dinisbatkan kepada manhaj salaf di atas! Di kitab aqidah apa?
✅ Apa yang dimaksud perkara tahdzir oleh penulis di atas? Tahdzir terhadap/atas/dari apa dan siapa?
▶️ Imam Ibnu Al-Qayyim rahimahullahu berkata:
فعليك بالتفصيل والتمييز فال إطلاق والإجمال دون بيان
قد أفسدا هذا الوجود وخبطا ال أذهان والآراء كل زمان
Maka wajib bagimu untuk memperinci dan menjelaskan karena ucapan mutlak dan global tanpa penjelasan
Sungguh telah merusak alam ini dan membuat kerancuan pemikiran dan pendapat di setiap zaman. (Al-Kafiyah Asy-Syafiyah atau Al-Qashidah An-Nuniyah hal. 84 poin 774-775)
▶️ Imam Ibnu Abi Al-Izzi Al-Hanafi rahimahullahu berkata: Para ulama salaf tidak melarang kata Jauhar, Jism, ‘Aradh dan selainnya hanya karena itu merupakan istilah baru untuk makna yang shahih, sebagaimana istilah bagi lafazh-lafazh untuk ilmu yang shahih. Dan mereka tidak melarangnya jika untuk menunjukkan akan kebenaran serta untuk membantah pengikut kebatilan. Namun mereka melarang istilah-istilah tersebut karena mengandung hal-hal yang dusta yang menyelisihi kebenaran yaitu menyelisihi Al-Quran dan As-Sunnah.
(Syarah Al-Aqidah Ath-Thahawiyah 1/20)
✅ Apakah yang dimaksud tahdzir terhadap orang yang tidak salah/menyimpang? Kalau ini sih berlaku untuk semuanya bahkan ulama pun tidak boleh mentahdzir orang yang tidak salah/menyelisihi Al-Quran dan As-Sunnah (hanya karena nggak sesuai hawa nafsunya).
✅ Kalau yang dimaksud oleh penulis dengan tahdzir adalah tahdzir dari Ahlul Bid’ah atau yang menyimpang.
- Apa nggak terbalik/keliru statement di atas? Justru yang kita dapati dalam kitab aqidah salafush shalih itu mereka (salafush shalih) mengajari tahdzir kepada anak-anak mereka dan para pemuda yang baru belajar ilmu agama dari ahlil bid’ah. Ini di antara buktinya:
- Yunus bin Ubaid rahimahullahu melihat anaknya keluar dari tempat salah satu ahlil bid’ah, maka beliau berkata: Wahai anakku darimana engkau? Sang anak menjawab: Dari si fulan. Sang ayah berkata: Wahai anakku aku lebih suka engkau keluar dari rumah orang b4nci (pelaku maksiat) daripada engkau keluar dari rumah fulan dan fulan (yang sesat, yaitu ‘amru bin Ubaid tokoh Mu’tazilah)
(Syarhu As-Sunnah hal. 124-125 oleh Imam Al-Barbahari rahimahullahu)
⬆️ Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan hafizhahullahu berkata: Inilah yang Yunus (bin Ubaid) mentahdzir (mengajarkan tahdzir kepada) anaknya darinya, karena dia duduk di majelis ‘Amru bin ‘Ubaid. (Ithaf Al-Qari Bi At-Ta’liqat Ala Syarhi As-Sunnah 2/187 oleh Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullahu) - Dahulu Ibnu Thawus pernah duduk bersama anaknya, lalu ada orang Mu’tazilah mendatanginya dan dia berkata sesuatu untuk dijawab oleh Ibnu Thawus, maka Ibnu Thawus pun memasukkan kedua jarinya ke dalam kedua telinganya. Dan beliau berkata kepada anaknya: Wahai anakku, masukkan kedua jarimu ke dalam kedua telingamu agar engkau tidak mendengar sedikitpun dari ucapannya, karena hati ini lemah. Dan beliau terus mengatakan: Wahai anakku, tutup rapat telingamu….tutup rapat telingamu hingga orang Mu’tazilah itu pergi.
(Ikmal Tahdzib Al-Kamal 7/ 414-415 dan kisah ini juga dibawakan oleh Syaikh Dr. Abdurrazzaq Al-Badr dalam potongan video yang sudah kita posting dengan judul “Ulama salaf mengajari anaknya tahdzir”).
▶️ Syaikh Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr hafizhahullahu mengatakan dalam kitab beliau yang berjudul “Min Washaya As-Salaf Li Asy-Syabab” (wasiat salaf untuk para pemuda) hal. 8-9: (wasiat kedua) Di antara wasiat-wasiat salaf untuk para pemuda adalah:
- Apa yang dikatakan oleh Hammad bin Zaid: Kami pernah menjenguk Anas bin Sirin ketika beliau sakit, lalu beliau berkata: Wahai para pemuda, bertakwalah kepada Allah, perhatikanlah/selektiflah dari mana engkau mengambil hadits-hadits (ilmu agama) ini, karena itu bagian dari agama kalian. (Diriwayatkan oleh Al-Khatib dalam Al-Jami’ Li Akhlak Ar-Rawi Wa Adab As-Sami’ no. 139).
⬆️ Syaikh Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr hafizhahullahu menjelaskan riwayat di atas dengan ucapan beliau: Inilah wasiat yang agung sekali, yaitu bahwasanya seorang pemuda yang akan menimba ilmu dan mencari hadits selayaknya belajar dari para ulama yang kokoh dan terpercaya, ahli ilmu dan bashirah, pakar dalam ilmu. Tidak boleh sembarangan dalam mencari ilmu, namun mencari ilmu dari pengikut Sunnah yang kokoh langkahnya diatas Sunnah. - Dari Syaudzab rahimahullahu, dia berkata: Sesungguhnya di antara nikmat Allah atas seorang pemuda jika dia tumbuh (dalam belajar agama atau ibadah) untuk dipersaudarakan dengan ahlussunnah yang bisa mengarahkannya kepada Sunnah.
- Dari ‘Amru bin Qais Al-Malaai rahimahullahu beliau berkata: Apabila engkau melihat seorang pemuda awal kali tumbuh (belajar agama) bersama ahlussunnah wal jamaah, maka harapkan (kebaikannya). Namun jika engkau melihatnya bersama ahlil bid’ah, maka jangan harapkan (kebaikannya) karena seorang pemuda itu tergantung awal pertumbuhannya.
- Dari ‘Amru bin Qais rahimahullahu beliau berkata: Sesungguhnya seorang pemuda ketika tumbuh condong kepada para ulama, maka dia akan selamat, tapi kalau condong kepada yang lainnya, maka dia akan binasa.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah dalam kitab Al-Ibanah Al-Kubra 1/204 no. 42-44) - Berkata Artha bin Mundzir: Aku lebih suka anakku menjadi orang fasik daripada menjadi pengikut hawa nafsu (ahlil bid’ah).
- Sa’id bin Jubair berkata: Aku lebih suka anakku bersahabat dengan orang fasik penjahat daripada bersahabat dengan yang ahli ibadah tapi mubtadi’.
- Malik bin Maghul pernah dikabarkan kepadanya: Kami melihat anakmu bermain-main burung, maka beliau menjawab: Itu lebih baik daripada dia bersahabat dengan ahlil bid’ah.
(Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Baththah Al-Ukbari dalam Al-Ibanah Ash-Shughra hal. 149-150 no.87, 89, 90)
▶️ Syaikh Ahmad bin Muhammad Asy-Syihhi hafidzahullahu berkata dalam kitab beliau “Al-Washaya As-Saniyah Li At-Taibina Ila As-Salafiyah” hal. 16-17 (Alhamdulillah sudah penulis terjemahkan dengan judul “Wasiat Emas Bagi Pengikut Manhaj Salaf” : Apabila anda -wahai orang yang bertaubat (baru hijrah) sudah paham pentingnya ilmu dan keutamaannya serta bahaya meninggalkannya, maka ketahuilah bahwa yang pertama engkau mulai dalam belajar ilmu adalah (wasiat ketiga) mulailah dengan mempelajari Ushul (prinsip-prinsip) Ahlussunnah Wal Jamaah.
Ketahuilah -semoga Allah memberikan Taufiq kepadamu untuk mentaatinya- Sesungguhnya aku tidaklah memaksudkan dengan Ushul ini hanyalah tiga macam tauhid saja. Akan tetapi aku maksudkan juga adalah prinsip-prinsip yang telah disepakati oleh ahlussunnah wal jamaah dan mereka menyelisihi dengannya ahlul bid’ah dan Al-Furqah seperti masalah wala’ dan bara’, amar ma’ruf nahi mungkar, sikap terhadap para sahabat memuliakan dan membela mereka, sikap terhadap pemimpin kaum muslimin (semisal tidak boleh mencelanya/mengkritiknya di hadapan umum), sikap terhadap pelaku maksiat dan dosa besar, SIKAP TERHADAP AHLIL BID’AH DAN MEMBANTAH/MENTAHDZIR MEREKA, dll.
✅ Seandainya benar (sekedar tanazul) statement di atas “Di antara bentuk penyimpangan dari manhaj salaf dalam tarbiyah: melibatkan para santri atau para pemula dalam perkara tahdzir…”
- Apakah contohnya itu seperti kalau ada ustadz B memanggil santri-santrinya atau alumninya ke ruangan kantornya kemudian menginterogasi dan mentahdzir mereka dari ustadz C atau agar mereka membatalkan kajian dengan ustadz C (semisal bedah buku “Menyelami Samudera kalimat tauhid)?! Kalau contohnya benar seperti ini berarti ustadz B menyimpang ya dari manhaj salaf dalam tarbiyah?
- Ataukah hak tahdzir hanya untuk ustadz B saja atau yang sejalan dengannya? Sedangkan ustadz C nggak boleh mentahdzir?
أَتَأۡمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلۡبِرِّ وَتَنسَوۡنَ أَنفُسَكُمۡ وَأَنتُمۡ تَتۡلُونَ ٱلۡكِتَـٰبَۚ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ
“Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca Kitab? Tidakkah kamu mengerti?” (QS. Al-Baqarah: 44)
✅ Sekedar nasehat umum saja:
- Jangan kita seperti ahlil bid’ah yang sudah bangkrut hujjah, kemudian mengata-ngatai Salafiyyin dengan ucapan mereka “Jangan merasa benar sendiri”, “Sok menjadi juru kunci surga” dan yang semisal dengannya.
- Jangan seperti orang awam yang ketika dicegah dari kemungkaran atau dia melihat orang yang melaksanakan nahi mungkar kemudian mengatakan “Jangan sok suci”.
☑️ Semoga Allah memberikan kepada kita semua keistiqamahan di atas manhaj salafush shalih hingga akhir hayat kita nanti.