KARAKTERISTIK WANITA MUSLIMAH (Edisi 1)
Wanita merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Tidak dipungkiri lagi bahwa mereka memiliki peran yang besar dalam sejarah dunia ini khususnya dunia Islam. Namun sangat disayangkan, potensi dan kemuliaan di dalam diri wanita banyak disalah gunakan oleh sebagian orang. Bahkan yang lebih parah dari itu semua, banyak diantara para wanita yang justru meninggalkan dan menanggalkan kemuliaan tersebut.
Islam sebagai satu-satunya agama yang haq di atas muka bumi ini sangat amat memuliakan kaum wanita. Bagaimana tidak, Islam menjadikan mereka sebagai pencetak generasi yang akan datang. Islam mengaitkan antara kebaikan masyarakat dengan kebaikan mereka dan sebaliknya. Bahkan diantara pemuliaan Islam terhadap kaum wanita adalah mengkhususkan surat di dalam Al-Qur’an yang dinamakan dengan surat An-Nisa’ (kaum wanita) [1]. Oleh karenanya, Islam meletakkan dasar-dasar kepribadian bagi kaum wanita sehingga mereka bisa terus mulia dan menjaga kemuliaan mereka di dunia maupun di akhirat. Inilah dasar-dasar kepribadian wanita muslimah [2]:
1. Wanita muslimah adalah seorang penuntut ilmu agama
Ilmu agama merupakan pondasi bagi kehidupan seorang muslim dan muslimah. Tidak akan baik sebuah generasi yang tidak tahu ilmu agama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين
“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya maka Allah akan pahamkan dia dalam urusan agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Terlebih lagi bagi seorang wanita yang merupakan pencetak generasi, sebagai madrasah bagi anak-anaknya nanti, maka diwajibkan untuk dia berilmu terlebih dahulu. Imam Bukhari rahimahullahu berkata:
العلم قبل القول والعمل
“Ilmu sebelum berucap dan berbuat”
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: Sebaik-baik wanita adalah wanita kaum Anshar. Rasa malu yang mereka miliki tidak mencegah mereka dari belajar ilmu agama. (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Dan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha adalah suri taudalan bagi wanita muslimah dalam menuntut ilmu agama. Para ulama ahli hadits mengatakan bahwa beliau merupakan wanita yang paling banyak meriwayatkan hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari kalangan sahabat.
2. Wanita muslimah adalah seorang yang beriman kepada Allah ta’ala
Diantara yang membedakan wanita muslimah dengan yang lainnya adalah keimanan mereka yang mendalam kepada Rabb mereka. Mereka yakin bahwa Allah satu-satunya Sang Pencipta, pemberi rezeki dan Dialah satu-satunya Dzat yang wajib diibadahi serta Dialah satu-satunya Dzat yang memiliki nama-nama yang paling indah dan sifat-sifat yang paling mulia, tidak ada sekutu bagi-Nya. Ditangan-Nyalah segala takdir dan urusan manusia, tidak ada yang bisa memberi apa yang Dia cegah dan tidak ada yang mencegah apa yang Dia beri. Allah berfirman:
رَّبُّ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَمَا بَيۡنَہُمَا فَٱعۡبُدۡهُ وَٱصۡطَبِرۡ لِعِبَـٰدَتِهِۦۚ هَلۡ تَعۡلَمُ لَهُ ۥ سَمِيًّ۬ا
“Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di antara keduanya, Maka sembahlah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadat kepada-Nya. Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?”
(QS. Maryam : 65)
Sungguh menakjubkan kisah seorang wanita muslimah di zaman Nabi Ibrahim ‘alaihi as-salam yaitu istri beliau yang bernama Hajar. Ketika itu Nabi Ibrahim ‘alaihi as-salam hendak meninggalkan beliau sendirian bersama putranya Ismail yang masih menyusui di kota Makkah, yang pada saat itu tidak ada kehidupan sama sekali. Hajar bertanya kepada suaminya, yaitu Nabi Ibrahim: Apakah Allah yang memerintahkanmu untuk pergi meninggalkan kami? Ibrahim menjawab: Ya. Sang istri shalihah dan wanita muslimah ini menjawab dengan penuh keyakinan serta ketegaran iman: Kalau demikian, tidak akan mungkin Allah menyia-nyiakan kami. (HR. Bukhari)
3. Wanita muslimah selalu taat kepada perintah Allah dan Rasul-Nya.
Telah dimaklumi bersama bahwa tugas kaum wanita dan pria adalah menaati Allah dan Rasul-Nya, tidak ada perbedaan diantara mereka di dalam hal ini. Allah ta’ala berfirman:
إِنَّ ٱلۡمُسۡلِمِينَ وَٱلۡمُسۡلِمَـٰتِ وَٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَٱلۡمُؤۡمِنَـٰتِ وَٱلۡقَـٰنِتِينَ وَٱلۡقَـٰنِتَـٰتِ وَٱلصَّـٰدِقِينَ وَٱلصَّـٰدِقَـٰتِ وَٱلصَّـٰبِرِينَ وَٱلصَّـٰبِرَٲتِ وَٱلۡخَـٰشِعِينَ وَٱلۡخَـٰشِعَـٰتِ وَٱلۡمُتَصَدِّقِينَ وَٱلۡمُتَصَدِّقَـٰتِ وَٱلصَّـٰٓٮِٕمِينَ وَٱلصَّـٰٓٮِٕمَـٰتِ وَٱلۡحَـٰفِظِينَ فُرُوجَهُمۡ وَٱلۡحَـٰفِظَـٰتِ وَٱلذَّٲڪِرِينَ ٱللَّهَ كَثِيرً۬ا وَٱلذَّٲڪِرَٲتِ أَعَدَّ ٱللَّهُ لَهُم مَّغۡفِرَةً۬ وَأَجۡرًا عَظِيمً۬ا (٣٥) وَمَا كَانَ لِمُؤۡمِنٍ۬ وَلَا مُؤۡمِنَةٍ إِذَا قَضَى ٱللَّهُ وَرَسُولُهُ ۥۤ أَمۡرًا أَن يَكُونَ لَهُمُ ٱلۡخِيَرَةُ مِنۡ أَمۡرِهِمۡۗ وَمَن يَعۡصِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ فَقَدۡ ضَلَّ ضَلَـٰلاً۬ مُّبِينً۬ا
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzab : 35-36)
Allah juga berfirman:
مَنۡ عَمِلَ صَـٰلِحً۬ا مِّن ذَڪَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٌ۬ فَلَنُحۡيِيَنَّهُ ۥ حَيَوٰةً۬ طَيِّبَةً۬ۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا ڪَانُواْ يَعۡمَلُونَ
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl : 97)
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: Allah merahmati kaum wanita muhajirin yang pertama, ketika Allah ta’ala menurunkan ayat:
وَلۡيَضۡرِبۡنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَىٰ جُيُوبِہِنَّۖ
“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya. (QS. An-Nuur : 31) mereka pun langsung merobek sarung-sarung mereka lalu memakainya untuk berhijab. (HR. Bukhari)
4. Wanita muslimah ridha dengan takdir Allah.
Seorang wanita muslimah meyakini di dalam lubuk hatinya yang terdalam bahwa apa yang Allah takdirkan baginya tidak akan meleset darinya dan apa yang Allah tidak takdirkan tidak akan mungkin menimpanya. Dan bahwasanya segala sesuatu dengan takdir Allah. Karenanya semua perkaranya itu baik, jika diberi kenikmatan maka dia bersyukur kepada Rabb-nya yang telah menganugerahkan kepadanya nikmat tersebut. Maka dia pun menjadi orang-orang yang bersyukur, taat dan meraih pahala. Dan jika dia ditimpa musibah maka dia bersabar hingga dia menjadi orang-orang yang bersabar, sukses dan bahagia.
Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عجبا لأمر المؤمن إن أمره كله خير ، وليس ذاك لأحد إلا للمؤمن ؛ إن أصابته سرّاء شكر ؛ فكان خيراً له ، وإن أصابته ضرّاء صبر ؛ فكان خيراً له . رواه مسلم .
“Istimewa perkara orang muslim, Semua perkaranya baik dan hal ini hanya ada pada diri orang beriman. Jika dia diberi kenikmatan dia bersyukur maka itu baik baginya dan jika dia ditimpa musibah maka dia bersabar dan itu baik baginya.” (HR. Muslim)
Dengan keimanan yang kokoh dan mendalam ini maka seorang wanita muslimah akan siap menghadapi segala terjangan ombak dan badai dalam mengarungi bahtera kehidupan di dunia ini. Ingatkah kita akan kisah seorang wanita dari kalangan sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tegar bagaikan karang di tengah samudera, ketika dia mendengar keempat putranya yang kesatria terbunuh di medan perang? Itulah Khansa’ radhiyallahu ‘anha, dia berkata ketika mendengar kematian keempat putranya: Segala puji bagi Allah yang telah memuliakanku dengan kematian mereka dan aku berharap semoga Allah mengumpulkanku dengan mereka di surga-Nya.
BERSAMBUNG
————————–
[1] Lihat Takrimu Al-Mar’ah Fi Al-Islam oleh Syaikh Muhammad bin Jamiil Zainu.
[2] Lihat Syakhshiyah Al-Mar’ah Al-Muslimah Kama Yashuughuhah Al-Islam Fi Al-Kitab Wa As-Sunnah oleh DR.Muhammad Ali Al-Hasyimi.