KARAKTERISTIK WANITA MUSLIMAH (Edisi 2)
Diantara karakteristik dan kepribadian seorang wanita muslimah adalah:
5. Wanita muslimah selalu bertaubat kepada Allah ta’ala.
Tidak ada manusia yang terlepas dari kesalahan dan kekhilafan. Itu adalah tabiat manusia baik laki-laki maupun perempuan, pria maupun wanita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كل بنى آدم خطاء ، وخير الخطائين التوابون
“Setiap anak Adam pasti pernah berbuat kesalahan dan sebaik-baik yang berbuat kesalahan adalah bertaubat.” (HHR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Bukan ukurannya salah atau tidak salah karena semua pasti bisa salah. Namun apa yang diperbuat setelah kesalahan, terus dalam kesalahan atau bertaubat? Seorang wanita muslimah ketika dia tahu telah jatuh ke dalam dosa dan noda, maka dia pun bergegas untuk kembali kepada Allah. Dia pun meninggalkan perbuatan dosanya, menyesali serta bertekad untuk tidak mengulanginya.
Allah ta’ala berfirman:
يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ تُوبُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِ تَوۡبَةً۬ نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمۡ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمۡ سَيِّـَٔاتِكُمۡ وَيُدۡخِلَڪُمۡ جَنَّـٰتٍ۬ تَجۡرِى مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَـٰرُ يَوۡمَ لَا يُخۡزِى ٱللَّهُ ٱلنَّبِىَّ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُ ۥۖ نُورُهُمۡ يَسۡعَىٰ بَيۡنَ أَيۡدِيہِمۡ وَبِأَيۡمَـٰنِہِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَآ أَتۡمِمۡ لَنَا نُورَنَا وَٱغۡفِرۡ لَنَآۖ إِنَّكَ عَلَىٰ ڪُلِّ شَىۡءٍ۬ قَدِيرٌ۬
“Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabb-mu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb Kami, sempurnakanlah bagi Kami cahaya Kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. At-Tahrim : 8)
6. Wanita muslimah selalu mengharap ridha Allah ta’ala.
Seorang wanita muslimah selalu bercita-cita untuk menggapai ridha Allah dalam semua aktivitas kehidupannya dan menjadikannya sebagai tolok ukur serta timbangannya. Apa yang Allah ridhai maka dia laksanakan dan apa yang tidak Allah ridhai maka dia pun tinggalkan. Ketika dia dihadapkan dengan dua pilihan antara ridha Allah dan ridha manusia, maka dia pun tanpa ragu dan bimbang akan memilih ridha Allah meski dibenci manusia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
من التمس رضا الله بسخط الناس رضي الله عنه وأرضى عنه الناس، ومن التمس رضا الناس بسخط الله; سخط الله عليه وأسخط عليه الناس
“Barangsiapa mencari ridha Allah dengan kemurkaan manusia maka Allah ridha kepadanya dan menjadikan yang lain ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang mencari ridha manusia dengan kemurkaan Allah maka Allah murka kepadanya dan menjadikan yang lain murka kepadanya. (HHR. Tirmidzi)
Ketika seorang wanita muslimah mulai mengenakan busana yang syar’i tentu ada sebagian orang yang tidak suka dengannnya. Namun dia yakin bahwa ridha Allah yang dia cari bukan ridha manusia. Imam Syafi’i rahimahullahu pernah berkata:
“Mencari keridhaan manusia adalah suatu cita-cita yang tidak mungkin bisa tergapai”.
7. Wanita muslimah adalah pejuang Islam.
Sesungguhnya diantara amal ibadah yang mulia yang dilakukan wanita muslimah adalah menolong dan membela agama Allah dalam kehidupannya sehari-hari. Yaitu dengan mengamalkannya dalam diri dan keluarga serta masyarakatnya. Inilah yang dipahami dan diamalkan oleh kaum wanita generasi pertama umat ini. Lihatlah Asma’ binti ‘Umais, istri Ja’far bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhuma, dia bersegera masuk Islam bersama suaminya di saat-saat genting dan mencekam. Dia juga menemani suaminya berhijrah ke negeri Habasyah yang penuh dengan onak dan duri. Semua itu dia lakukan di jalan Allah dan untuk menolong agama-Nya.
Demikian pula apa yang dilakukan oleh Asma’ binti Abi Bakar radhiyallahu ‘anhuma. Dikala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dan Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu dalam persembunyian di gua Tsaur saat hijrah ke kota Madinah. Asma’ selalu mondar-mandir untuk mengantarkan makanan kepada Rasul dan ayahnya dikala malam hari disaat orang-orang kafir Quraisy mengejarnya dan akan membunuhnya. Bahkan Asma’ dengan tegarnya menyembunyikan rahasia mereka berdua disaat diinterogasi oleh orang-orang kafir Quraisy. Itulah wanita-wanita pejuang Islam yang tegar diatas ujian.
8. Wanita muslimah loyalitasnya untuk Allah ta’ala.
Seorang wanita muslimah yang beriman kepada Allah, maka dia akan selalu menjadikan wala’ (loyalitas) nya hanya untuk Allah semata. Dan bukan untuk yang menyelisihinya, baik ayah atau suaminya. Allah ta’ala berfirman:
لَّا تَجِدُ قَوۡمً۬ا يُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأَخِرِ يُوَآدُّونَ مَنۡ حَآدَّ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ وَلَوۡ ڪَانُوٓاْ ءَابَآءَهُمۡ أَوۡ أَبۡنَآءَهُمۡ أَوۡ إِخۡوَٲنَهُمۡ أَوۡ عَشِيرَتَہُمۡۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ ڪَتَبَ فِى قُلُوبِہِمُ ٱلۡإِيمَـٰنَ وَأَيَّدَهُم بِرُوحٍ۬ مِّنۡهُۖ وَيُدۡخِلُهُمۡ جَنَّـٰتٍ۬ تَجۡرِى مِن تَحۡتِہَا ٱلۡأَنۡهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَاۚ رَضِىَ ٱللَّهُ عَنۡہُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ حِزۡبُ ٱللَّهِۚ أَلَآ إِنَّ حِزۡبَ ٱللَّهِ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ
“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Meraka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.” (QS. Al-Mujadilah : 22)
Perhatikanlah kisah Ummu Al-Mukminin Ummu Habibah Ramlah binti Abu Sufyan radhiyallahu ‘anha, Ummu Habibah menikah dengan Ubaidullah bin Jahsy. Dan ketika Ubaidullah masuk Islam maka Ummu Habibah pun masuk Islam bersama suaminya, padahal ayahnya masih dalam kekafiran. Pada saat kaum muslimin berhijrah ke negeri Habasyah Ummu Habibah dan suaminya pun ikut berhijrah. Ummu Habibah pun meninggalkan ayahnya Abu Sufyan dalam keadaan murka kepadanya. Ketika mereka sampai di negeri Habasyah, ujian dan cobaan masih menghujani Ummu Habibah yaitu dengan murtadnya sang suami dari agama Islam kepada agama Kristen. Bahkan sang suami pun berusaha untuk memurtadkan beliau namun Ummu Habibah tetap tegar dan kokoh diatas keimanan.
Namun sangat disayangkan, berapa banyak di zaman sekarang ini kaum wanita muslimah rela menjual agama mereka demi cinta buta nan palsu serta semu. Mereka menikah dengan orang-orang kafir baik orang Kristen ataupun Yahudi ataupun Syiah Rafidhah. Tidak berselang lama, akhirnya mereka pun murtad dari Islam, Na’udzu billah min dzalik.
9. Wanita muslimah selalu berhias dengan rasa malu.
Termasuk hal yang sudah dimaklumi bersama bahwa rasa malu merupakan tabiat seorang wanita. Yaitu rasa malu yang dapat mengantarkannya kepada kebaikan dan untuk menjauhkan dari kejelekan. Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu pernah berkata: Dahulu Rasul shallallahu ‘alahi wa sallam lebih pemalu daripada seorang gadis yang ada di bilik kamarnya” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasa malu merupakan bagian daripada cabang keimanan dan sumber segala kebaikan. Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
الإيمان بضع وسبعون شعبة فأفضلها قول: لا إله إلا الله، وأدناها إماطة الأذى عن الطريق، والحياء شعبة من الإيمان
“Iman itu memiliki 70 lebih cabangnya, yang paling tinggi adalah ucapan لا إله إلا الله dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu adalah bagian dari cabang keimanan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Beliau juga bersabda:
الحياء لا يأتي إلا بخير
“Rasa malu itu tidak mendatangkan kecuali kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari ‘Áisyah radhiyallahu ‘anha beliau berkata:
“Dahulu kaum mukminah menghadiri shalat subuh berjamaah bersama Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam dengan memakai jilbab kemudian mereka pulang ke rumah-rumah mereka selesai shalat dan tidak ada seorang pun yang mengenali mereka karena masih gelap. (HR. Bukhari dan Muslim).
SELESAI.