PENGAKUAN TOKOH IKHWANUL MUSLIMIN TENTANG SAYYID QUTHUB
Pengakuan Tokoh Ikhwanul Muslimin Tentang Pemikiran Takfir Sayyid Quthub[1]
1. Al-Qardhawi berkata: Di fase ini muncul kitab-kitab Asy-Syahid[2] Sayyid Quthub yang merupakan fase terakhir dari pemikirannya yang membuahkan takfir (menvonis kafir) masyarakat (kaum muslimin) dan penundaan dakwah kepada sistem islami dengan pembaharuan fiqih serta pengembangannya dan menghidupkan kembali ijtihad. Dan dia juga menyeru kepada pemboikotan terhadap masyarakat secara lahir maupun batin serta menyeru kepada jihad untuk menyerang semua orang.[3]
2. Farid Abdul Khaliq berkata: Kami telah mengisyaratkan sebelumnya bahwa benih pemikiran takfir itu muncul di antara sebagian para pemuda Ikhwanul Muslimin di penjara Al-Qanaathir di akhir-akhir tahun 50 an dan awal-awal tahun 60 an. Dan sesungguhnya mereka itu terpengaruh dengan pemikiran Asy-Syahid Sayyid Quthub serta tulisan-tulisannya. Mereka mengambil darinya keyakinan bahwa masyarakat sekarang itu adalah masyarakat jahiliyah. Dan bahwasanya dia telah mengkafirkan penguasanya yang tidak berhukum dengan hukum Allah serta rakyatnya yang ridha dengan selain hukum Allah tersebut.[4]
3. Salim Al-Bahnasaawi berkata: Dan sungguh Sayyid Quthub telah menukil sebagian ucapan Maududi dan mencantumkannya di tulisan-tulisannya terutama di jilid ke tujuh dari kitab Azh-Zhilal. Kemudian datanglah sebagian orang yang menyimpulkan dari apa yang telah ada tersebut dan selainnya bahwa kaum muslimin sudah kafir. Hal ini dikarenakan mereka mengucapkan kalimat syahadat namun tidak memahami maknanya dan tidak mengamalkan konsekuensinya. Meskipun mereka shalat, puasa, haji dan mengaku sebagai kaum muslimin, hal itu tidak bisa merubah status kekafiran mereka.[5]
——————————————
[1] Diterjemahkan dari kitab At-Takfiir Wa dhawaabithuhu hal. 40-45 oleh Syaikh Ibrahim Ar-Ruhaili.
[2] Imam Bukhari berkata di dalam kitab jihad bab: Tidak boleh dikatakan : Fulan Syahid.
[3] Aulawiyaat Al-Harakah Al-Islamiyah hal.110.
[4] Al-Ikhwan Al-Muslimun fii miizani al-haq hal.115.
[5] Al-Hukmu Wa qadhiyatu takfir al-muslim hal.50.