POHON RAMADHAN
Islam datang untuk menyelisihi agama Nashara dan Yahudi. Setiap muslim senantiasa meminta kepada Allah agar dijauhkan dari jalan orang-orang tersebut ketika membaca akhir surat Al Fatihah setiap kali shalat. Dan Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk kaum tersebut.” (HSR. Abu Daud).
Bahkan larangan tasyabbuh ini juga mencakup masalah istilah atau ungkapan yang khusus bagi mereka, sebagaimana Allah berfirman:
( يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقُولُوا رَاعِنَا وَقُولُوا انظُرْنَا وَاسْمَعُوا)
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian mengatakan (kepada Nabi Muhammad) raa’ina, akan tetapi katakanlah unzhurnaa wa isma’uu.” (QS. Al Baqarah : 104).
Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata tentang ayat diatas: Allah ta’ala melarang hamba-hamba Nya yang beriman dari menyerupai orang-orang kafir baik dalam ucapan dan perbuatan mereka. (Tafsir Al-Quran Al-‘Adzim 1/197
Diantara bentuk tasyabbuh ini adalah apa yang diistilahkan dengan “Pohon Ramadhan” yang memang pencetusnya* ingin untuk mengikuti jejak orang Nashara dalam pembuatan “pohon natal” untuk merayakan hari raya mereka.
Syaikh Ali bin Hasan ketika kita tanya tentang hal ini lewat perantara ustadzana Al-Fadhil Al-Waalid Abdurrahman bin Abdul Karim Attamimi hafidzahumallahu menjawab: 100 % (ini merupakan tasyabbuh yang terlarang tersebut).
———————————-
* Media eletronik Shadaa Al Wathan dengan judul “Syajaratu Ramadhan ibtikaarun arabiyyun amriikiyun….” tanggal 26 Mei 2018.